Apa salahnya, bukankah di matamu semua wanita sama?
Perkataan dari Joonseun terus mengiang di telinga. Dengan guyuran air hangat dari shower, Taehyung memejamkan mata termenung sesaat.
Apa yang membuatnya selalu berpikir demikian. Itu dulu sebelum dia mengenal dua sosok wanita yang berpengaruh dalam kehidupannya saat ini.
Tangannya mengacak rambut yang diberi shampo secara kasar. Taehyung mulai frustasi, bagaimana mungkin seseorang seperti dirinya bisa dibuat sebingung ini.
Ditambah kilasan peristiwa yang menganggu akhir-akhir ini. Taehyung sering merasakan sentuhan tangan lembut membelai tubuh. Ada bayangan wanita yang terus meleguh menyebut namanya. Samar dan susah untuk diingat kembali.
Ia sangat yakin bahwa itu bukan hanya imajinasinya seperti sebelumnya. Belaian dan lumatan itu nyata. Taehyung berani bersumpah atas nama Tuhan.
Bukan Xia, lalu siapa?
Aroma tubuhnya tidak familiar sepertinya. Sekilas ia menangkap tato sayap di sekitar tubuh mulus yang ia jamah.
"Arghh! Apa itu hanya mimpi?" Taehyung mendengkus kesal.
Ia mengacak rambut kesal. Meyakinkan diri bahwa semua itu hanya mimpi. Sebab, selama berhubungan dengan beberapa wanita, ia tak pernah merasakan sentuhan selembut itu dan aroma tubuhnya seperti bau parfum seseorang yang ia kenal.
Usai mandi, ia tak langsung mengeringkan rambut. Melangkah samar meraih gelas yang dituangi anggur hitam. Ia duduk menyilang di sofa dengan menghadap ke jendela. Lampu menerangi sekitar, bermacam warna bak pelangi. Ia termenung sesaat sebelum sebuah panggilan membuatnya tersenyum senang.
"Xia." Segera ia meraih dan mengangkat sambungan telepon itu.
Cukup lama mereka berbincang dalam via suara sebab panggilan video ditolak oleh Xia. Wanita itu berdalih sedang terlihat jelek saat ini. Taehyung hanya tertawa kecil menanggapi.
"Baiklah, ini sudah malam. Tidur dan jangan menghubungi siapa pun lagi, mengerti!" Dia tersenyum mematikan ponsel.
Membanting tubuh kasar dengan rambut yang basah di ranjang. Entahlah, seketika perasaannya tidak tenang. Ia mengkhawatirkan sesuatu yang semestinya tidak perlu dikhawatirkan.
***
Pagi ini, pagi-pagi sekali Angela bergegas menuju sebuah danau yang terletak tidak jauh dari kediamannya. Dua hari yang lalu, Robert meminta untuk bertemu sebelum ia kembali ke negaranya, Jepang.
Pria itu, berjanji tidak ada melakukan hal apa pun. Bahkan jika angela tidak mempercayai ucapannya, dia diperbolehkan untuk tidak datang atau membawa senjata pelindung. Mati pun dia siap asal di tangan wanita terkasih.
Di tepi danau yang tenang. Air hijau kebiruan membentang luas. Dengan beberapa pepohonan di seberang sana. Tiupan angin menyapu wajah halusnya. Angela memejamkan mata menikmati aroma khas dari danau tersebut. Sedikit anyir dan ada campuran aroma daun teh sebelah sana.
Angela merapatkan pakaian untuk menghalau udara masuk ke dalam tubuh. Akan sangat gawat jika dia sampai sakit.
"Sudah datang." Seorang pria tampan sedang tersenyum ke arahnya. Dia membalas senyuman tulus dan ramah. "Apa kau ingat lima tahun lalu?" Angela mengangguk.
"Dulu kau selalu mengajak ke tempat ini saat kau sedang marah, sedih atau menangis. Aku selalu mengingat saat tubuhmu merengkuh dalam pelukan." Robert mengulas senyuman mengenang masa lalu. "Mengapa waktu cepat berlalu?" Ia menunduk.
"Ada fase di mana kehidupan memberi pelajaran penting untuk kita. Manusia tidak akan selalu berada di titik itu-Itu saja." Angel menjelaskan. Kakinya melangkah maju ke tepian danau. Dia menoleh ke arah sang mantan. "Waktu mungkin telah berlalu, tapi kenangan sulit untuk ditinggalkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...