"Bagaimana dengan rencana kita?" Mina bertanya dengan nada penekanan.
"Hah, kau sudah tak sabar rupanya." Si wanita berambut panjang hanya terkekeh sambil menyeruput kopi yang baru di pesan.
"Kau pikir aku bisa menunggu lebih lama lagi, hah!" Dia mulai emosi. Sedangkan lawan bicara justru terlihat sangat santai.
"Aku tak suka diperintah. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan," ucapnya berlalu dan pergi tanpa memperdulikan amarah Mina yang membuncah.
"Arghhh! Sialan! Dasar Jalang biadab!" teriak Mina yang tak peduli dengan pandangan orang terhadapnya. "Angel, tunggu saatnya nanti." Matanya bergerak ke atas dengan rahang mengeras serta kepalan tangan yang kuat.
***
Lalu lalang kendaraan berjalan tanpa henti seolah tak mengenal lelah mengisi padatnya kota Seoul. Dari arah ujung timur seorang wanita berpakaian rapi melangkah santai menyusuri tepian.
Sesekali ia berusaha menghirup udara yang mulai tercemar polusi. Bibirnya berdecak mengalunkan nada pada lagu yang ia putar lewat ponsel dengan earphone yang terpasang di telinga.
Angela kembali di buat galau karena keadaan. Di sisi lain, ia mengharapkan kehadiran seseorang yang mengisi relung hatinya yang kosong. Namun, di sisi sebaliknya Angela di lema pada perasaan yang sukar diungkapkan.
Keberadaan seolah hanya menjadi penghalang orang lain untuk bahagia. Ia menunduk mengusap perutnya dan menoleh ke belakang tepatnya pada papan nama bertuliskan Mom's.
Entah apa yang ia pikirkan. Yang jelas Angela sedang tak bisa berpikir jernih. Sejak pertanyaan Taehyung beberapa hari yang lalu, ia bahkan sengaja menjauhi Xia karena rasa bersalahnya.
Dalam keramaian dan riuh suara klakson kendaraan bermotor, ia termenung dan terdiam sejenak sebelum memutuskan sesuatu.
"Apa ini sudah benar? Apakah ini akan baik untuk semuanya?" Tatapannya tajam pada mobil yang melaju kencang. "Tuhan, mengapa kau terus mempermainkan hidupku setelah kau mengambil segalanya dariku."
Angela mulai melangkah ke depan. Berjalan menerobos lampu merah yang mulai menyala. Mati tak menjamin semua berakhir dengan baik justru sebaliknya. Hanya akan menambah kehancuran dan masalah.
Setelah melewati zebra cross, ia memilih untuk duduk di kursi bawah pohon. Seperti ini keadaan yang menyulitkannya untuk bernapas.
"Aku ingin kembali," ucap Angela pada sambungan telepon. "Mungkin sudah waktunya aku harus pergi dari tempat ini."
Dia terlihat menunduk. Air matanya bahkan menetes tanpa permisi. "Aku tak tahu, aku hanya, hiks." Hatinya terluka jauh dari yang ia bayangkan. Ini kesalahan Angela. "Bagaimana aku harus mengakhiri semuanya, hiks."
Tak ada yang bisa ia sembunyikan lagi. Angela benar-benar dalam keterpurukan. Sorot kesedihan begitu terpancar sendu. Ia tahu dan tak seharusnya melakukan ini berlalu jauh.
"Ayah, hiks, aku harus bagaimana?"
"Siapa yang melukaimu?" Sebuah sentuhan mengusap air matanya lembut. Angela terperanjat dan segera menatap ke arah tersebut.
"Jim?"
Pria berkebangsaan asli Korea itu tersenyum dan lekas duduk untuk memberi sandaran pundaknya untuk Angela. Menepuk dan mengusap punggung si wanita yang pernah sempat mengisi kehidupannya.
"Menangislah jika itu akan membuatmu nyaman. Tumpahkan seluruh air matamu di pundakku." Jimmy tak berhenti membuatnya Angela nyaman. Ia berusaha agar si wanita dapat menghilangkan segala penat yang ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanficMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...