Part 34

199 29 32
                                    

"Jelaskan, apa yang terjadi malam itu?"

Tak ada senyuman maupun ekspresi selain tatapan tajam mengintimidasi. Pria itu segera melangkah mendekat. Sedangkan Angela mematung tanpa bicara.

Setidaknya masih ada cahaya dalam gelap sorot mata di sana. Desir darah wanita itu mengalir cepat. Jantungnya berpacu lebih dari biasanya. Seandainya ia bisa lari dari sana, mungkin akan segera dilakukan sebelum tangan kekar itu menyambar lengannya kuat.

"Apa yang terjadi malam itu?" Taehyung mengulang pertanyaan yang sama dan Angela tetap bungkam. Wanita itu justru mencoba mengalihkan pandangan. Langkahnya tertantang oleh cengkraman yang Taehyung berikan. "Katakan!" teriaknya membuat Angela terperanjat.

"Kau sadar dengan apa yang terjadi, tetapi terus bungkam seolah kau mampu menahan semua ini."

"Apa? Apa yang sebenarnya Anda katakan, Tuan," tanya Angela yang entah bingung atau hanya berpura-pura mengalihkan perhatian.

Pria itu tersenyum hambar dan melepaskan cengkraman yang membuat wanita itu yang kesakitan. Bahkan sampai meninggalkan bekas merah di lengannya.

"Apa susahnya untuk jujur." Taehyung menggebrak meja kesal. Tatapannya kini lebih tajam dari sebelumnya. Namun, ada kepedihan di sorot mata itu. "Kau akan tetap diam, hah?"

Keinginan untuk bicara pada pria itu hanya 0,1% sebab 99,9% lebih memilih untuk menghindar. Tentu, ia bisa sedikit menebak perkara yang Taehyung pertanyakan. Satu hal, Angela tak mau keadaan semakin rumit karena ulah Taehyung. Bisa jadi setelah ini, ia justru akan makin dibenci oleh semua orang termasuk Xia Lee.

"Saya sedang sibuk maaf, Tuan, bisakah Anda keluar." Dia berbicara santai penuh percaya diri dan segera beralih duduk di kursinya.

Taehyung mendengkus kesal. Kesabarannya sudah ambang batas. Tak ingin menunggu lebih lama, ia segera menarik tangan Angela. Membawanya paksa menuju sebuah tempat.

"Lepaskan!" pintanya berusaha melepaskan kaitan tangan itu. Namun, gagal.

Alih-alih ingin memberontak, nyatanya Angela tetap mengikuti langkah itu dari belakang. Meski rasa malu yang ia rasakan saat ini, seperti seorang tersangka yang diseret keluar dari sarangnya. Pandangan beberapa orang membuatnya sedikit risih. Namun, Taehyung tak peduli.

Ia menunduk. Merasakan dan mungkin samar-samar mendengar bisik-bisik para pegawai lainnya. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas setelah ini, ia akan dituntut untuk dimintai penjelasan, termasuk wanita yang berdiri di ujung sana.

Mina.

Ia terlihat memicingkan mata menatap kedua orang tersebut. Ada perasaan tak suka dan benci menyelimuti. Namun, ia pun telah menyiapkan satu rencana untuk ini. Pertunjukan baik yang akan membawa kehancuran untuk Angela. Dia menyeringai di atas kemenangan.

***

"Kamar ini ....?" lirih Angela setelah menyoroti kamar yang pernah ia tempati. Masih seperti saat ia meninggalkannya. Sedikit berantakan dan seluruh perlengkapannya pun masih dalam posisi awal.

Aneh.

Dia berjalan gontai setelah pria itu melepaskan genggamnya dan terkesan sedikit kasar karena menghempaskannya begitu saja. Kembali ke hotel yang membawanya menikmati puncak gairah hingga melupakan statusnya. Ini takkan terelakkan lagi.

"Sampai kapan kau akan bungkam?" Angela menoleh. Menatap penuh tanya ke arah Taehyung. "Jelaskan secara rinci!" perintah Taehyung sekarang juga.

Merasa terusik akan luka lama. Sorot mata Angela kini berubah amat tajam. Bahkan terkesan dapat membunuh dengan tatapan itu. Ia tak menjawab dan memilih untuk menikmati rasa sakit yang mulai mendera.

Zero O'clock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang