Kala sendu mulai menyapa, kala hangat mulai lenyap. Dingin terasa membeku. Diantara gelapnya pekat malam, setitik cahaya dari langit menjadi satu penanda keberadaannya. Langkah kecil kian terseret lemah, menapaki kerikil di sekitar.
Gelegar riuh di angkasa seolah mengudang hujan datang. Namun, hingga detik ini pun, belum juga bumi merasakan dinginnya air surga itu. Akan tetapi, wajah cantiknya sudah dibanjiri linangan air mata.
Tatapan bak mata elang siap menerkam lawan. Tajam dan menukik, mengintimidasi pria yang tengah berdiri gugup dengan belati berlumuran darah. Kemudian dia segera berlari meraih sosok yang tergeletak lemah di sana.
"Ji--Jim ...." Angela meringkuk memeluk tubuh Jimmy, sedangkan sang empunya nama justru tertawa.
"Apa kau takut?" Angela mengangguk segera. Dia tersenyum kembali sembari mengusap wajah sang istri. "Maaf, membuatmu takut, uhuk." Terlihat jelas bahwa Jimmy tengah menahan seribu sakit menyerang.
Sialnya, sewaktu hendak menusuk ke perut Taehyung tadi, pisaunya meleset dan berbalik mengenai bagian kiri perutnya. Napasnya terengah sulit, sangat amat sakit untuk menghirup udara sekitar. Terasa sesak dan perih.
Dalam keadaan setengah sadar ini, Jimmy mencoba untuk tetap membuka mata, menatap wajah pilu Angela. Sejujurnya bukan ini yang dia minta. Mengapa setiap pengorbanan harus berakhir menyedihkan.
Gelegar riuh halilintar kian menambah suasana mencekam. Sayup-sayup suara angin sekitar berembus sedikit kencang, sekilas pria itu melihat seklibatan bayangan hitam, lalu sedetik kemudian berlalu. Terlepas dari itu, matanya tidak ingin berpaling pada wajah sang istri. Setidaknya, jika ini adalah akhir kehidupannya, dia bisa puas memandangi sebelum kematian menghampiri.
Kacau, segala rusak hanya karena keegoisan masing-masing. Asa yang dibangun harus menjadi puing-puing kehancuran yang telah siap menanti. Menari indah dalam duka yang mendalam. Memudarkan senyuman memahat kebencian.
Kesedihan bak sedang mengantri, mendekap hati menumbuhkan luka. Apa penyebab bumi selalu menghianatinya? Dosa apa yang Jimmy perbuat pada kehidupan lalu.
Senyum tipis masih ia torehkan di bibir, sementara satu pria lainnnya mendadak ambruk bersamaan dengan jatuhnya pisau di tangan. Sejenak mencuri atensi Angela, dia dengan tajam menatap benci padanya. Sungguh, ini hal yang menyedihkan.
"An--angel, aku ...."
"Diam!" teriak Angela menutup telinga, melirik nanar ke arahnya. Seketika Taehyung menunduk.
Bukan kesengajaan, ini murni kecelakaan. Taehyung tak menduga tusukan Jimmy justru meleset mengenai dirinya sendiri dan berbuntut dakwaan sebagai pembunuh suami Angela. Jelas, ini akan menambah kerumitan dalam hubungan mereka. Juga bagaimana jika kekuarga dan kolega mengetahuinya?
Tangiaan wanita itu tak mampu mengurangi sesak yang mendera. Justru aliran darahnya terasa kian menyempit menekan dada. Andai dia bisa menukar waktu dengan sesuatu.
Untuk kali ini, tolong Tuhan berpihak pada hidupnya. Jangan mengakhiri tanpa ucapan perpisahan lagi. Bila waktu habis sampai di sini, maka berikan sisa manis pada hatinya.
Hati terus menuntut untuk tetap tegar, tetapi bulir bening tidak bisa dikondisikan. Mengalir ke wajah bersamaan dengan air hujan membanjiri bumi. Terdengar isak dengan alunan kesedihan nada kehancuran.
Sampai berakhir dunia pun, mungkin kesedihan akan terus menggerogoti hati. Melumpuhkan perasaan melenyapkan senyuman. Cukup sampai di sini, ia mampu berdiri. Tubuh itu kian merosot lemah, hingga beberapa menit berlalu pun belum ada satu bantuan yang datang.
"Jimmy."
Hiks!
Terdiam kaku, pria itu bertahan. Menahan perih yang mengoyak tubuh. Sunggingan senyum terpahat manis dari wajahnya. Masih ada raut menggoda, mengusap bibir mungil itu dan berusaha mengecupnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...