Mungkin Tuhan sedang menghukum.
Alam pun sepertinya sama, bahkan rintik hujan seolah tak membiarkan langkah kecil menyentuh jernih airnya.Ada risau yang tersirat. Jauh, entah di mana hati teguh menahan sesak mendera. Sosok itu kadang muncul menghantui. Membawa ke alam halusinasi.
"Jimmy!" teriak wanita itu kala terjaga dalam tidur. Napas panjang terdengar berat sembari mengusap keringat di sekitar pelipis.
Nyatakah tadi?
Kenapa ada kehangatan dalam genggamannya. Bukankah ia telah tertidur dalam peti yang dingin?
Tak lama, wanita dengan balutan piyama merah tersentak setelah ponselnya tiba-tiba berdering.
Siapa yang melakukan panggilan selarut ini?
Xia tergesa mengambil ponsel di nakas. Lirikan mata tak percaya jelas tergambar dari wajah cantiknya. Kaget, tentu saja.
***
Langit di Seoul nampak lebih cerah dari biasanya. Gadis berparas ayu sudah berdiri di gerbang tinggi di sana. Terlihat pula senyuman tipis sudut bibir yang dipoles liptint merah muda.
Seperti biasanya, para pelayan menyapa bak dia adalah sang putri di sana. Dengan gaya mempesona, Mina mengibarkan rambut halus di udara dan melangkah tanpa membalas sapaan mereka. Ya, begitu sikap gadis yang selalu dibanggakan oleh ayahanda Taehyung. Wanita ningrat pilihan keluarga.
"Ke mana Bibi Chain?" tanyanya sedikit angkuh pada salah satu pelayan keluarga Kim.
"Nyonya sudah pergi sejak pagi dan tidak memberitahu ke mana beliau berlalu," sahut sang pelayan hati-hati. Sambil membawa nampan berisi minuman, ia berjongkok meletakan gelas di depan Min. Namun, tragedi sial terjadi.
"Di mana matamu, hah?" bentaknya saat minuman itu mengalir kesepatunya, sontak ia berdiri sambil mendorong tubuh paruh baya di sana. "Sial!"
"Maaf, Nona, saya tidak sengaja." Ia segera mengelap sepatu putih Mina dengan tisu di meja.
"Kau bodoh, hah?" Mina emosi mendorong tubuh itu kembali. Sembari mengusap sepatu mahalnya ia bercicit. "Orang miskin sepertimu tak tahu cara memperlakukan barang mahal. Pergi!"
"Maaf! Maafkan saya, Nona." Ia berdiri kemudian membungkuk sebelum berlalu.
"Menyebalkan!"
"Mina!" Seruan itu sempat mengagetkan sang empunya nama. Ia segera menoleh dan membungkuk menyapa ibu Taehyung.
Kepiawaiannya bersandiwara menutup semua yang terjadi. Dengan senyuman lebar, ia berjalan menghampiri Chain yang berada di depan pintu.
"Bibi, selamat siang."
"Siang. Kau datang sendirian?" Mina mengangguk. "Ada apa?"
Chain melangkah menuju sofa dan dikuti Mina yang duduk secara anggun seperti gadis bangsawan tanpa dosa.
"Ada beberapa berkas yang perlu saya ambil di kamar Oppa, Bi. Berkas penting yang perlu ditandatangi olehnya. Oh, ya." Dia menjeda ucapan. "Pengacara akan segera membebaskan Oppa, jika semua syarat dan bukti sudah terkumpul."
Wanita itu meraih jemari Chain. Menatap ibu Taehyung penuh maksud. "Saya akan berusaha sampai Oppa dibebaskan. Ini tidak benar, bukankah yang seharusnya dipersalahkan adalah Angela."
"Mina," tutur Chain lembut. Wanita itu menatap sopan. "Bukan maksud bibi untuk tidak berterima kasih, tapi Angela pun menjadi satu korban dalam masalah ini. Entah, siapa yang harus dipersalahkan." Chain nampak putus asa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...