Angela berjalan gontai menaiki tondakan yang cukup tinggi menuju rumah. Tas terayun di pundak dan satu tangannya sibuk menekan rok yang tertiup angin. Baru kali ini, ia merasa tak bertenaga setelah makan. Rasanya seperti kehilangan gairah untuk hidup.
Ia duduk di tondakan terakhir. Meletakkan tas di atas paha dengan kaki terjulur lurus ke depan. Meraih ponsel di tas dan menghubungi Ami---sahabatnya. Perbincangan kedua orang tersebut sangat instent. Angela menundukkan kepala dan menangis.
Terdengar suara Kekhawatiran dari sahabatnya di sana. Angela mengerti, tak seharusnya ia membebankan kehancurannya pada orang lain. Namun, sungguh wanita itu tak lagi mampu menahan gejolak yang ada.
Ia menggerutuki kebodohan dan nafsu sesaat. Bagaimana jika Xia sampai mengetahuinya. Ini akan menjadi kehancuran untuknya.
Padahal, baru beberapa hari yang lalu, ia berjanji untuk tidak mendekati Taehyung apalagi sampai seperti tadi.
Masih terasa sisa kecupan dari bibir pria itu. Darahnya pun masih tak berhenti berdesir tiap kali, ia mengingat kejadian sore tadi. Meski tak sampai melakukan hal di luar batas, tetap saja ia sempat menikmati ciuman Taehyung.
"Arghhh! Kenapa aku membalasnya." Dirinya hampir hancur. Ia menoleh ke rumah yang berpendar lemah di sana. "Rasanya aku telah berdosa pada Xia. Maafkan aku Tuhan."
Naluri sebagai wanita seolah terinjak kotoran yang sengaja, ia siram ke tubuhnya. Sangat amat menjijikan.
"Memang pantas aku disebut jalang oleh mereka."
Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu, apa yang sedang dirasakan. Kesulitan untuk memilih di antara sahabat dan perasaanya.
Angela melanjutkan langkah, takut. Meraih ragu knop pintu di sana. Antara khawatir dan menyesal. Ia pun membuka pintu segera.
"Aku pulang!" Ia tersenyum melihat Xia yang tengah fokus menonton drama kesukaan.
Terlihat beberapa bungkus makanan ringan dan minuman di atas meja. Angela duduk dan bertanya, "Siapa yang datang?"
"Taehyung," sahut Xia memakan keripik kentang. "Dia bilang merindukanku dan membawa banyak makanan ke mari."
Hancur dan sakit.
Seolah, magma panas terjun meluap di hati. Darahnya mendidih panas. Setelah melakukan ciuman dengannya, tanpa rasa salah Taehyung datang menemui sahabatnya.
Dirinya bagai karang yang terdampar di pantai. Tak dianggap dan diacuhkan begitu saja. Ditambah dengan bekas merah di leher jenjang Xia.
Pasti itu perbuatan Taehyung.
Tubuhnya melemah. Tangannya bergetar dengan bibir membeku. Ia tak sanggup berucap setelah itu.
"Ada apa?" Xia khawatir melihat Angela yang terlihat memucat. "Aku sakit?"
Angela menggeleng. "Tidak. Hanya sedikit lelah,"dustanya, tercabik.
Angela berusaha membuang luka. Menampilkan cengiran sumringah. Sedangkan Xia menatap curiga atas sikap Angela yang aneh.
"Jangan menaruh curiga apa pun padaku." Angela berkomentar sebelum Xia sempat mengatakan hal itu. "Aku tahu apa yang kau pikirkan," ucapnya.
Xia terkekeh. "Sejak kapan kau jadi cenayang?" Dia menatap heran.
"Sejak dewa dewi diciptakan," celotehnya membuat Xia, gemas.
Bagaimana kelanjutan setelah ini. Angela tak tahu. Hanya, untuk sekarang ia bisa menutupi perasaan yang kian mendalam untuk pria itu. Sampai kapan, dirinya akan berakhir bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanfictionMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...