Masih dalam keadaan di mana, ia harus bergelut pada pikiran yang membuat frustasi. Di bathup yang berisi air hangat serta cairan sabun, Taehyung tenggelam dalam pikiran. Menenangkan diri atau sebut saja, efek pusing yang berlebihan.
Berkali-kali, ia mencerna segala kejadian yang telah terjadi. Namun, setiap kali mencari jalan keluar hanya berakhir buntu. Masalah tak kunjung berhenti sebab baru beberapa jam yang lalu, ia bertengkar dengan Xia karena masalah kecil.
Persoalan sepele.
Hanya permintaan kecil yang tak bisa ia lakukan. Padahal sang kekasih sedang meminta untuk ditemani ke dokter karena kesehatan yang kurang baik. Jika dipikir, mengapa Taehyung menolaknya?
Tentu, jawabannya adalah Angela.
Ia tahu, setelah itu pasti dirinya akan dihadapkan dengan situasi canggung dan mungkin mencengkam. Keberadaannya di sekitar wanita itu justru akan menjadi momok menakutkan yang tidak ingin dibayangkan.
Bagaimana situasi buruk ini bisa terjadi dan apa yang akan dilakukan, jika Xia sampai mengetahui aksi bejatnya selama ini.
Dalam kebimbangan, ia terus merutuki kebodohan dan sikapnya yang dianggap tidak mencerminkan sosok pria pada umumnya. Apakah harus terus berdiam diri atau menghancurkan pondasi harga dirinya.
Panggilan ponsel dari sahabatnya, Gimin menjadi pelebur segala gundahnya. Ya, setidaknya masih ada orang yang bisa diajak berbicara. Meski, ia tahu mungkin tidak akan membantu apa pun.
***
"Apa kau gila, hah?" pekiknya setelah satu jam lalu menemui Gimin di tempat biasa. Di mana lagi kalau bukan di antara musik yang menggema dengan lampu berpijar bagai kilat serta para wanita yang berpakaian seksi di sana
Diskotek tempatnya para manusia malam beraksi. Mereka kadang menyebut lokasi itu sebagai surga dunia. Padahal, baru satu langkah berjalan hal pertama yang akan terendus adalah bau alkohol yang menyengat.
Minimnya cahaya menambah sensasi yang membuat pria hidung belang siap mengayunkan tangan mengusap dan membelai kemolekan tubuh para wanita.
Gimin tersenyum tipis sembari menepuk pundaknya. "Kau terjebak lagi rupanya." Ia mengulurkan bir yang baru sampai. "Jangan terlalu dipikir. Lagipula bukankah ini hanya masalah kecil untukmu, Tae?"
Ucapan itu seperti sebuah peluru yang pernah ia tarik pelatuknya. Namun, justru berakhir mengenai dirinya. Taehyung tahu, ini bukan pertama kali dirinya dihadapkan dengan masalah seperti ini.
Sial, karma mulai berlaku.
Taehyung melirik tajam. Tatapannya jelas kentara bahwa ia sedang tak ingin becanda. Sedangkan sahabatnya dibuat terkekeh karena keadaannya yang memprihatinkan. Rambut gimbal, kaos oblong. Sungguh, ia tak layak disebut sebagai CEO karena penampilan lebih seperti anak jalanan. Untung saja, penjaga dan manager diskotek mengenalnya dengan baik.
"Aku heran, mengapa kau sampai bersikukuh untuk mengetahui pasti keadaan wanita itu. Padahal kau sendiri bilang bahwa dia tak mempermasalahkan apa yang telah kalian lakukan." Gimin menenggak bir untuk membasahi tenggorokan yang kering. "Ini rejeki, Bro, tetapi anehnya kau justru yang terkesan meminta pertanggungjawaban dari ini, sinting," tawanya mengejek sahabatnya.
"Kau tidak tahu." Taehyung kian frustasi hingga tak sadar susah menenggak lebih dari setengah botol bir.
"Jelas, kan aku tak ikut mencicipinya."
"Tutup mulutmu!" Taehyung emosi. "Dia bukan barang. Jaga sikapmu, bangsat!" Hampir saja sebuah pukulan melayang ke wajah Gimin, tetapi dengan sigap pria itu menangkisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock
FanficMenjadi pengusaha muda, kaya dan mapan tak lantas membuat pria tampan bernama Kim Taehyung berpuas diri. Dirinya yang selalu haus akan keserakahan dipertemukan dengan dua wanita yang mengubah cara pandang hidup. Mencintai dua wanita yang ternyata su...