"lepasin tuh bocah kalau mau selamat!" Raney berjongkok, menangkup kedua pipinya menggunakan tangan.
Pria yang memakai pakaian serba hitam itu menatap Raney dengan mata melotot, sedangkan hidung dan mulutnya tidak mengekspresikan apapun karena tertutup masker.
"Jangan ikut campur, kami tidak ingin mencelakaimu"
Raney masih setia pada posisinya dia mengambil ponsel kemudian menekan no telepon darurat.
"Hallo ini dari pihak kepolisian, dengan siapa? Ada yang bisa kami bantu?"
Raney menyeringai saat laki-laki tadi kembali melotot dan mendekatinya.
"Ada pak ,sepertinya ada kasus penculikan anak dibawah umur dan--"
Tangan Raney yang tadinya memegang ponsel ditendang oleh salah satu anak buah pria tadi menyebabkan Raney meringis dan menatap nyalang mereka.
Bugh..
Bugh..
Bugh..
Dalam beberapa menit anak buah pria itu habis dikalahkan oleh Raney, dia meludah pada mereka.
"Gantiin hp gue sama iPhone keluaran terbaru, kalau enggak kalian gue mutilasi" mereka bergidik ngeri dengna ancaman Raney yang terdengar serius. kemudian menyerahkan dompet masing-masing dengan ragu dan takut bahkan badan mereka seakan mati rasa saat mengambil dompet.
Memungut dan megambil uang dari dompet mereka yang ternyata lumayan banyak Raney meletakkan di ranselnya. Sial karena sibuk menghabisi mereka Raney jadi melupakan anak kecil tadi.
"Markas lo?" Tanya Raney berjongkok didekat anak buah pria tadi yang sudah tidak berdaya namun cukup mampu untuk membuka mulut dan mengeluarkan suara.
***
Sampai di markas orang tersebut, Raney hanya menganggukkan kepalanya melihat kondisi bangunan yang sudah lapuk dan tidak terpakai, dia memasangi penyetrum pada motornya kemudian masuk kedalam sana dengan mengendap-endap.
Bukan takut hanya saja Raney tidak ingin tertangkap.
"Kamu harus ngomong sama ayah kamu supaya dia mau bekerjasama dengan perusahaan bos kami. Kalau kamu gak mau nanti kamu akan merasakan apa yang namanya penderitaan" orang tersebut terkekeh keras mendekati kata tertawa. Usai mengatakan itu dia mengarahkan telepon pada anak yang sedang duduk dan menangis tersedu-sedu.
"Papa..hiks..hiks... Tolongin...aku.. mpah.. aku..takut.." ucap anak itu sesegukan.
"Kalian apakan anak saya? kembalikan dia!" Pria disebrang sana nampak sangat ketakutan melihat kondisi anaknya yang jauh dari kata 'rapi' .
Pria itu tertawa "haha kalau ingin anakmu selamat tanda tangani kontrak yang akan saya kirimkan besok"
"Kembalikan dulu ana--"
Tut. Ponsel dimatikan secara sepihak, Raney masih ditempatnya memperhatikan dari sela-sela lubang yang ada disana. Setelah mereka keluar dan pintu dikunci Raney mulai berdiri didepan pintu.
Dia mengeluarkan pisau lipat yang tersimpan di salah satu sisi pinggangnya. Ini salah satu kebiasaan Arka , laki-laki itu selalu membawa pisau kemanapun jadi Raney menuruti gayanya kalau-kalau dia juga memerlukan seperti saat ini.
Raney memutar lubang kunci dengan pisau tersebut, berhasil pintu terbuka.
"Hmphh...hmph...hmph.." nafasnya terengah-engah karena ditutup kain.
"Mereka bodoh ,kenapa menutup mulut bocah ini kalau disini tidak ada yang bisa mendengarnya?" gumam Raney.
"Jangan bicara keras-keras okay, gue mau nolongin lo bukan macam-macam" Raney ingin melepaskan ikatan mulut anak itu dengan jarinya. Tapi ikatan itu terlalu kuat terpaksa Raney memotong tali itu dengan pisau miliknya kemudian meletakkannya kembali dipinggangnya.
"Kakak siapa? Kenapa nolongin aku? Kakak suruhan papa? Kakak suruhan kak Bara?"
Raney menggeleng kemudian menarik tangan anak itu agar tidak berisik dan mengakibatkan mereka ketahuan nanti.
"Kak aku fanno nama kakak siapa?" Raney mendudukan fanno keatas motor "pegangan"
Usai mengatakan itu Raney langsung membawa motor dengan kecepatan penuh berbelok dan melaju dengan kecepatan tinggi sedangkan fanno yang ada dibelakang tidak bergerak ataupun berucap , dia sangat ketakutan.
Setelah sampai dirumahnya Raney menggendong Fanno memasuki kediaman demaris.
Ariana datang menghampiri mereka berdua "siapa dia sayang?"
"Fanno" kata Fanno memperkenalkan namanya. Ariana hanya tersenyum enggan menceritakan lebih banyak karena sepertinya Fanno tipe anak kecil yang senang bercerita.
"Gue mau mandi lo terserah mau ngapain tapi jangan buat rusuh" Raney meninggalkan Fanno yang langsung berbincang dengan Ariana.
°°°
Raney menuruni tangga dengan tangan bersedekap "lo ngapain sama mereka?" Tanya Raney pada Fanno yang tertawa bersama Abi dan Randu.
"Eh kak Ran ,ini aku lagi main sama bang Abi. Soalnya aku udah kenal sama kak abi, kak Abi temannya bang bara" kata Abi mengenalkan dan Raney hanya mengangguk tanpa ekspresi lalu kembali kekamarnya.
"Kak Ran!" Panggil Fanno sukses membuat Raney menoleh dan menaikan salah satu alisnya seolah bertanya 'kenapa?'.
"Ehumm kak Ran besok nganterin aku kan?" Tanya Fanno ragu karena dari yang dia ketahui Raney itu manusia yang....tidak bisa ditebak kadang marah kadang baik, kadang ramah kadang suka nge-KO in orang.
"Ngapain? Kan ada Abi" kata Raney berlalu meninggalkan mereka.
Abi tersenyum melihat punggung adiknya yang menjauh "Raney kami yang dulu udah balik" Raney berbalik menatap Abi dengan tatapan datar.
"Ran lo aja ya yang nganter si Fanno, gue besok ada urusan. Alamat rumahnya ntar gue kirim ke hp lo"
"Hp gue hancur. besok baru beli, catet aja"
°°°
Ardi mengusap batu nisan adiknya dan terus mengucapkan kata maaf.
"Arka maafin abang ya? Abang gak bisa jadi Abang yang baik buat kamu. Maaf abang udah rampas kebahagiaan lo dengan buat mama sama papa ngelimpahin semua kasih sayang mereka ke gue"
"Ngapain lo disini?" Ketus Raney yang baru datang ,lalu mencium batu nisan Arka.
Ardi meringis "sebegitu sayangnya lo sama Arka?"
"Lo punya mata kan?"
"Kaka dengerin aku mau bacain kamu doa ya. Tapi dalem hati aja, nanti pembunuh yang ada disini kepanasan" Raney melirik Ardi sekilas lalu memejamkan matanya lalu mulai merapalkan doa untuk Arka.
Ardi hanya memperhatikan sambil tersenyum "kapan gue bisa dapet cewek kayak yang didapat Arka, sampai-sampai dia rela jengukin Arka sampe saat ini dan gak ada yang bisa gantiin Arka meskipun itu gue? " gumam Ardi yang dapat didengar Raney dan dianggap Raney hanya angin saja.
"Dadah Kaka Raney mau pulang dulu, nanti Ran kesini lagi" pamit Raney lalu melenggang pergi.
"Lo beruntung walaupun udah gak ada Arka"

KAMU SEDANG MEMBACA
raneysha (COMPLETED)
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR BISA ENJOY READ DALAM VERSI LENGKAP] Terjebak cinta masa lalu, terjebak dengan orang yang telah pergi. Tidak bisa hidup tanpa orang itu, di dalam hidupku hanya satu laki-laki yaitu dia, Arkatama Wijaya. ~Raneysha cathlee...