Mencuci sayuran yang sudah di ambil dari kulkas, kemudian memotongnya. Raney menyamplungkan aneka sayuran itu pada teflon.
"Biasanya Kevan suka sayur apa lagi, Blaria?" Tanya Raney pada salah satu pelayan yang cukup berumur disampingnya, bernama Blaria.
"Tuan biasanya menyukai sayur hijau nona" jelas Blaria.
"Apapun itu?" Tanya Raney.
"Ah untuk itu saya tidak terlalu tahu, saya hanya memasak sawi, brokoli, bayam, dan kacang untuk sayuran tidak pernah diganti" papar Blaria.
"Hmm" dehem Raney.
"Ada yang perlu kamu jelaskan tentang Kevan?"
"Apa kamu ingin tahu?" Raney mengangguk.
"Tuan Kevan itu anak dari keluarga no1 terkaya di dunia. Dia sudah saya rawat sejak kecil, tuan Kevan dulunya adalah anak yang ramah tapi sekarang berubah menjadi laki-laki dingin. Dan satu hal lagi tuan Kevan membenci kebohongan" papar Blaria menekankan kata terakhirnya.
"Ah sudah cukup" Raney menginterupsi Blair untuk berhenti bercerita karena menurut Raney informasi dari Blair tidak terlalu penting.
Ia menata sayuran tersebut di piring.
"Ehmm ada yang perlu saya bantu nona?" Tanya Blair tak enak, sebab Raney menggantikan tugas wanita itu memasak.
"Tidak perlu. Kamu bisa melakukan pekerjaan lain"
"Saya takut jika dimarahi tuan nyonya"
"Tidak usah memanggilku nyonya, aku merasa berkuasa karena panggilanmu, panggil aku Raney saja" ujar Raney kembali melanjutkan memasak ikan "oh ya Blair, kamu bisa melanjutkan pekerjaan lain"
Blair mengangguk patuh "terimakasih Raney" Raney balas mengangguk.
"Aduh" Raney meringis saat tangannya tidak sengaja terciprat minyak panas.
"Kamu gak pa-pa?" Entah darimana datangnya. Kevan meniup-niup tangan Raney bermaksud menyembuhkan rasa sakit dari minyak itu Kevan mendekatkan tubuh mereka.
Raney menatap Kevan datar. pun wajah mereka hanya berjarak sekitar satu senti saja, jika Kevan maju selangkah lagi maka bibir mereka akan menempel.
Ctik
Kompor dimatikan. Kevan menarik tangan Raney kemeja makan dia berjalan menuju lemari yang tak jauh dari sana dan mengambil kotak p3k.
"Siapa yang menyuruh kamu masak?" Kevan mengoleskan salep pereda luka bakar pada punggung tangan Raney. "Apakah itu Blair? akan saya beri pelajaran nanti" Raney menggeleng.
"Ini atas keinginanku sendiri. Karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku walaupun aku tidak memintanya. Huh kupikir aku sudah bahagia dan bisa pergi tapi kenapa aku harus dihukum dengan hidup lagi" monolog Raney. Jujur dia merasa marah saat dia kembali hidup.
"Kamu tidak ingin hidup?" Tanya Kevan.
"Tidak" jawab Raney.
"Kenapa?" Tanya Kevan lagi.
"Percuma saya hidup kalau dia sudah pergi" balas Raney dengan nada pelan.
Raney bangkit dari duduknya, ia mengambil piring yang sudah tersaji sayuran disana lalu meletakkan di depan Kevan "semoga kamu suka" kata Raney tanpa ekspresi.
"Apa kamu ingin buah?" Tanya Raney mengambil pisau buah yang ada didepannya. Sontak Kevan mengambil pisau tersebut, dia teringat kejadian tempo hari, jika Raney didekatkan dengan pisau gadis itu bisa-bisa menusuk dirinya lagi. Begitulah pikir Kevan.
"Ayolah kamu pikir aku akan menusuk perutku lagi?" Kevan mengangguk "tidak akan kamu pikir dengan apa sayuran yang kamu makan itu dipotong?, Jika aku ingin mati, aku bisa menusuk perut didapur" Raney mengambil pisau buah yang diserahkan Kevan dan mengupas buah yang tadi sempat tertunda.
"Apa kamu ingin makan?" Tanya Kevan.
"Aku tidak lapar untuk saat ini" Raney memasukan potongan buah kedalam mulutnya.
"Makanlah" Kevan menyuapkan sesendok sayuran yang tadi dibuat Raney kemulut gadis itu tak lupa menambahkan nasi.
"Eh anjir ya ampun gue gak salah lihat kan? nih es balok nyuapin cewek" histeris laki-laki yang baru datang.
Raney menatap dari atas sampai bawah laki-laki itu dan mengalihkan pandangannya pada pisau ditangannya. Ia memutarnya berkali-kali.
"Apakah aku boleh melemparinya pisau?" Tanya Raney menatap Kevan meminta persetujuan, sepersekian detik setelah Kevan mengangguk sebilah pisau sudah mengenai kerah baju laki-laki itu dan menghunus kepala banteng yang ada dibelakangnya.
"Lo gila?" Laki-laki itu mengelus dada, bersyukur karena nyawanya masih selamat. Meleset sedikit saja nyawanya pasti tidak akan terselamatkan. Apalagi saat dia melihat kepala banteng yang keras mampu ditusuk oleh pisau yang dilemparkan Raney.
"Gue suka deh kayanya sama lo, siapa nama lo?" Tanya Raney.
"Uhuk" Kevan tersedak. Dia tidak salah kan gadis ini bilang dia suka pada laki-laki yang baru ditemuinya. 'Gadis ini terlalu jujur' pikir Kevan.
Melihat Kevan yang tersedak, laki-laki itu menarik kedua sudut bibirnya "gue Venthonio gibraka" ucap Ven memperkenalkan diri.
Saat Ven ingin mendekati meja mereka. Kevan lebih dulu menyuruh Ven untuk pergi bersamanya.
"See you next time, dangerous babe" Ven melambaikan tangan kanannya pada Raney yang hanya dibalas dengan anggukan dari Raney.
Setelah masuk kedalam mobil ,Ven mengendarai mobil dengan kecepatan normal.
"Gue kira dia unik. Bener gak Van?" Tanya Ven matanya sibuk menjelajahi jalanan "dia dingin kaya lo, bahkan gak kelihatan tergoda sama lo atau gue kaya cewek-cewek biasanya"
Kevan hanya berdehem sebagai jawaban.
"Bisa gak gue dapetin dia Van?" Tanya Ven lagi, Kevan hanya menatapnya sebentar kemudian memakai airpod. Enggan meladeni percakapan yang menurutnya tidak terlalu penting ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
raneysha (COMPLETED)
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR BISA ENJOY READ DALAM VERSI LENGKAP] Terjebak cinta masa lalu, terjebak dengan orang yang telah pergi. Tidak bisa hidup tanpa orang itu, di dalam hidupku hanya satu laki-laki yaitu dia, Arkatama Wijaya. ~Raneysha cathlee...