chapter 14

585 31 2
                                        

Raney membuka pakaian yang membungkus tubuhnya. mulai menyetel shower dengan air dingin membiarkan dari atas sampai bawah tubuhnya menggigil hebat karena kedinginan.

Satu jam lamanya, Raney keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah pun seluruh tubuh yang memucat dan mulai membiru secara perlahan.

"Dingin Arka, gini kan kejadian dimana aku nyaksiin kamu mati di pelukan aku?" lirih Raney terduduk dengan tubuh bergetar hebat karena dingin dan juga bersiap untuk menangis.

Rasanya hangat.

Air yang turun dari kelopak mata Raney, membuat dia hangat kembali, air mata Raney hangat.

Raney memakai baju santainya yang berlengan pendek dan semua ukurannya bahkan pendek hanya sebatas paha untuk panjang bawahannya. Raney membiarkan rambutnya basah. dia duduk di tepi jendela yang sebelum itu sudah dinaikkan hingga keatas.

Tok tok tok

Raney tidak menghiraukan suara itu dan tidak menolak saat seseorang masuk kedalam kamarnya.

"Ran ab--" Abi langsung menangkap tubuh Raney yang oleng ingin terjatuh menuju keluar jendela jika Bai tidak menarik raney. Abi merasakan tangannya seperti memegang es batu, dingin sekali, tapi dia tetap melanjutkan membawa Raney keatas tempat tidurnya kemudian menyetel AC dengan suhu yang lebih hangat.

"Ran lo gila" bentak Abi saat melihat suhu ruangan " ini gak baik buat kesehatan lo AC lo derajatnya minus dan diluar hujan lo mau bunuh diri dengan cara jatuh dari jendela tadi. Mikir dong ran, bodoh kalau sampai bunuh diri cuma karena Arka Ran ,kita semua sayang sama lo"

"Maafin ran bang"

Tunggu Raney memanggil Abi dengan sebutan 'abang' lagi? Apa telinganya masih berfungsi?.

"Bisa lo ulangin" Abi memeluk Raney mencoba menghangatkan tubuh Raney yang sialnya terlalu dingin bahkan dia juga ikut kedinginan karena memeluknya.

"Maafin Ran bang" ulang Raney masih setia membenamkan wajahnya di dada bidang sang kakak yang selalu mencoba membuatnya terbuka dan selalu dibalas dengan tatapan penuh benci dari Raney.

"Maaf maaf maaf maaf .... " Abi mencium kening adiknya yang berkali-kali berkata maaf, membuatnya ikut terhanyut kedalam rasa sakit yang dialami Raney. Jika Abi mengalami hal yang sama mungkin dia akan memilih mencari orang baru atau mungkin ikut pergi bersama kekasihnya tapi Raney tetap santai-santai saja dengan hidupnya.

"Kak Ran mau makan bareng gak?" Randu mengetuk dari luar kamar kemudian membukanya perlahan saat tidak mendengar suara sahutan dari dalam rupanya kedua kakaknya sedang berpelukan. Randu tidak ingin tinggal diam dia ikut memeluk kedua orang yang sangat disayanginya.

Randu meringis karena dingin saat dia menyentuh kulit sang kakak, randu beranjak menuju kamar mandi dia ingin mengambil sesuatu dari sana untuk menghangatkan kakaknya. Tapi pemandangan kamar mandi memuat randu melotot murka, dia tahu apa yang terjadi, Raney berendam dalam keadaan dingin ditambah hujan dan hal itu berlangsung selama waktu yang lama.

Randu mendekati kedua kakaknya kemudian membisikan kalimat pada Abi "bang kak Raney kayaknya berendam lama banget terus airnya air dingin" Abi melotot mendengar penuturan dari randu membuatnya ingat akan hari-hari dimana Raney juga mengurung dirinya dikamar mandi menyebabkan tubuhnya langsung biru dan dilarikan kerumah sakit.

"Ahahaha jadi gini inget pas aku sama kaka ujan-ujanan, setelah itu kaka pergi" Raney tersenyum kecut, dia meringkuk diujung ranjang sambil memegangi lututnya dan membenamkan wajahnya di sana "kalau gak ada ujan dan bisa berendam kan ya? Kaka pernah bilang kalau ran gak boleh ngusulin dia dengan cara bunuh diri dengan hal sadis atau sampai bunuh diri, cara yang paling pas ya gini mati perlahan-lahan" Raney menggumam, menyusun rencana sambil menahan dingin.

Abi masuk kedalam ruangan karena ingin menawarkan adiknya makan bersama dan yah dilihatnya hanya Raney dengan spidol yang dia coret-coret keatas lantai menyerupai rancangan untuk pengakhiran hidupnya sendiri.

"Ran lo ngapain" Abi menggulungkan selimut ke tubuh Raney yang hanya memakai tank top dan hotpants berbahan kain tipis apalagi AC ruangan yang sangat dingin menambah niat Abi untuk cepat pergi dari sini.

Abi membawa tubuh Raney kedalam mobil, didalam mobil yang mengarah keruang sakit gadis itu masih terus bergumam untuk kematiannya sendiri.

Dimana dia akan mati?

Kapan dia akan mati?

Bagaimana dia akan mati nanti?

Apa dia akan mati menggenaskan?

Setelah sampai diparkiran rumah sakit langsung saja Abi membawa tubuh Raney yang sudah membiru dan terasa membeku itu memasuki UGD.

Walaupun hanya kedinginan. Kondisi Raney cukup parah dia dinyatakan akan meninggal jika terus dibiarkan dan tidak cepat ditangani.

Athan dan Ariana tidak bisa menahan kekesalan mereka pada Arka, bagaimanapun Arka orang yang membuat Raney mereka berubah setelah kepergiannya.

Karena hujan Athan memilih menjemput seorang dokter daripada harus mengantar anaknya kerumah sakit.

"Bagaimana keadaan kamu?"

Raney hanya menatap dokter itu datar.

"Kalau kamu sakit, atau perlu apapun kamu bisa menghubungi saya. Oh ya saya akan menemani kamu saat di kampus dan juga dirumah sebagai--"

"Hmmm gue tau lo mau jadiin gue kelinci percobaan" balas Raney cuek. Dia memilih bangun dari tidurnya setelah mereka cuma berdua. Raney menepuk-nepuk kasur disebelahnya untuk dokter tersebut duduki.

"Ada ap-"

"Jangan coba-coba sok kenal sama gue"

Raney mengeluarkan pisaunya "atau lo gue bunuh"

Dokter tersebut hanya tersenyum dan mengambil pisau Raney perlahan "jangan bawa-bawa pisau, bahaya" katanya sambil tersenyum yang membuat Raney ikut tersenyum, tapi senyuman mereka berbeda jika dokter itu tersenyum manis Raney justru tersenyum miring, menarik salah satu sudut bibirnya kemudian menyeringai.

"Sepertinya aku salah mencari pasien, dia psycopath" batin dokter tersebut berusaha tenang walaupun jantungnya berdetak lebih cepat saat Raney menindihnya.

"Siapa lo? Bisa bikin gue jinak?" Raney mengambil pisau dari tangan dokter tersebut kemudian menaruhnya dipinggangnya.

Raney berdecak "mau nginep di kamar gue, atau gue lempar lewat jendela"

Laki-laki berjas putih itu menyeringai "mau nginep sama kamu"

"Brengsek!" Umpat Raney dengan amarah yang kentara, raney mengembuskan nafasnya saat melihat punggung dokter tersebut dari kejauhan.

"Mungkin kamu akan jadi orang yang mati selanjutnya" batinnya menatap dokter tersebut dingin.


raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang