chapter 32

558 35 0
                                        

Seorang gadis sedang terbaring di atas kasur king size dengan banyak alat yang menempel ditubuhnya. Sudah beberapa bulan dia tidak sadarkan diri dan kondisinya masih belum bisa dikatakan bagus.

"Enghh" gadis itu mengerang, dia mengerjab pelan. Menghela nafas, Raney menatap laki-laki di sampingnya.

"Raneysha cathleena, anak tengah keluarga demaris. Gadis yang baru-baru ini dikabarkan sudah tidak mempunyai hubungan dengan keluarga demaris. Gadis pembuat onar dan tidak pernah serius dengan laki-laki lain karena hanya mencintai satu laki-laki, yaitu Arkatama Wijaya"

Raney hanya menatap laki-laki itu dengan sorot mata datar. Ia melepaskan alat-alat yang menempel itu dengan sekali tarikan, banyak darah yang keluar dan membasahi sprei abu-abu tersebut. namun laki-laki di dekat gadis itu hanya memperhatikan gerak-gerik Raney yang kemudian mengambil pisau buah. Mungkin Raney ingin makan buah, pikirnya.

Laki-laki itu menahan pisau buah yang dilayangkan Raney ke perutnya sendiri.

Terlambat.

Pisau itu sudah menghunus perut rata Raney. Laki-laki itu merebut pisau buah tersebut dan melemparkan kesembarang arah.

"Kamu gila" hardik laki-laki itu, lalu mengangkat Raney ke ranjang dia mengobati Raney dengan teliti. Menghentikan pendarahan dan membalut luka di perut Raney.

Bukannya berterima kasih, gadis tersebut malah berusaha bangun dan menangis sekencang-kencangnya.

Dia memeluk laki-laki itu dan menaruh kepala di ceruk lehernya.

"Raney, kamu gak pa-pa?" Tanya laki-laki itu lembut, dia menyugar rambut Raney penuh sayang.

Raney mendongak dia menatap iris biru laut tajam namun menenangkan tersebut "Nama lo siapa?" Tanya Raney balik.

"Kevandra" jawab kevan sekenanya.

Raney menganggukan kepala tak urung dia kembali mendekap kevan "biarin gue mati!" cicit Raney pelan.

Kevan hanya menyorot Raney dengan tatapan mata datar. Kenapa gadis ini seperti sekarang? Dia ingin mati! Tidak seperti orang-orang yang memimpikan kehidupan panjang.

"Minum" Kevan menyodorkan secangkir air putih pada Raney dan langsung diminum habis oleh gadis bernetra kelabu tersebut dengan sekali tarikan tanpa jeda.

Beberapa bulan yang lalu, kevan berburu dihutan. Dia ingin melengkapi kepala harimau yang ada di dinding kamarnya. Maka dari itu Kevan memutuskan untuk berburu dan mengisi waktu luang.

Dari kejauhan di melihat seorang gadis yang sedang berkelahi dengan seekor macan ,beberapa waktu gadis itu melawan namun setelahnya dia berhenti dan membiarkan macam tersebut mengoyak dan mencakar kulit mulusnya.

Melihat hal itu Kevan langsung menembak macan tersebut, ia menghampiri Raney yang sudah bersimbah darah.

"Biarin gue mati!" Lirihnya. Walau kondisinya sudah terbilang menggemaskan gadis bermanik kelabu tersebut masih berusaha berontak saat Kevan melepas bajunya dan melilitkan ke bagian tubuh Raney yang banyak mengeluarkan darah.

Kevan membawa Raney ke kediamannya, menaruh Raney di ranjang yang biasa ia tiduri dan mengalah untuk tidur di kamar tamu.

Biasanya Kevan tidak terlalu suka ada orang yang masuk ke kamarnya selain untuk membersihkan kamar serta baju-bajunya. Tapi entah kenapa saat melihat Raney dia menjadi sosok yang ingin berbagi.

Karena tidak terlalu paham tentang penyakit Raney. Kevan memutuskan mendatangkan seorang dokter dan yang dikatan dokter tersebut diluar dugaan.

Dokter tersebut berkata kalau Raney adalah pasien yang langka, dia phobia hujan dan tidak bisa merasakan kasih sayang. Dia juga dikabarkan depresi berat dan perokok serta pemabuk.

Kevan merasa terhenyak. Laki-laki bermanik biru laut itu menatap Raney dengan sorot sendu, betapa menyakitkan dan menderitanya gadis ini, pikirnya.

"Kamu tidur lagi, istirahat!" titah Kevan mengurai pelukan mereka yang langsung dilawan Raney dengan kembali memeluk Kevan.

"Jangan pergi argh.." Raney mengerang saat perutnya terasa keram dan sakit saat Raney bergerak.

Kevan membaringkan Raney dan tersenyum tipis. Hei tidak senyuman laki-laki itu sangat tipis "tidur! Saya akan menemani kamu" ujarnya menenangkan.

Raney masuk ke alam mimpinya, rupanya air yang tadi diberikan Kevan mengandung obat penenang yang ampuh membuat Raney diam dan bisa tertidur kembali.

Suasana cukup gelap, hanya ada sinar kunang-kunang berwarna hijau menyala ditempat ini. Raney terus berjalan hingga menemukan laki-laki yang duduk membelakanginya, diatas pohon yang sudah tumbang.

"Hei!" Raney menyentuh bahu laki-laki tersebut. Saat berbalik, dia langsung terjungkal dan terjatuh ke tanah.

Laki-laki itu tersenyum manis. Bukannya membantu di malah ikut berbaring disamping Raney.

"Kaka!" Cicit Raney saat dia menoleh kesamping, dimana wajah mereka sangat dekat. Arka hanya menampilkan senyuman tipis yang selalu Raney sukai.

Raney menangis.

Arka meletakkan tangan kanannya dibawah kepala Raney "jangan nangis hei, kamu kangen aku gak?"

"Raney kangen banget sama Kaka" Raney memeluk tubuh Arka dan mencium aroma maskulin dari tubuh Arka.

"Kamu jadi gadis kuat ya sekarang!" Puji Arka mengelus surai Raney.

"Kuat?" Ulang Raney bertanya.

"Hmm" Arka berdehem.

"Jangan pergi" ucap Raney, berusaha menggapai bayangan Arka yang terus naik ke langit dan menyatu dengan bintang-bintang.

Arka tersenyum manis bahkan wajah datar yang biasa ia tampilkan hilang dengan raut indah ini "jangan berhenti sama aku. Kamu berhak bahagia, aku kirimin kamu malaikat"

"Aku gak mau"

"Arka jangan pergi"

"Arka"

"KAKA" Raney langsung terbangun dari tidurnya dan mendapati Kevan tengah memeluk dirinya.

"Kamu gak pa-pa?" Kevan melepaskan pelukan mereka dan menghapus jejak air mata dan keringat dingin yang membanjiri wajah serta tubuh Raney.

Raney mengambil tangan kiri Kevan , dia menilik arloji yang menunjukkan jam 06.00 pagi.

"Apa yang biasanya kamu lakukan?" Tanya Raney, dia mencoba beradaptasi dengan gaya bicara Kevan yang menggunakan saya-kamu.

"Jam 07.00 nanti saya bekerja" balas Kevan.

"Berapa usia kamu?"

"22"

"Usia saya 20 kita hanya beda 2 tahun" balas Raney dia turun dari kasur Kevan dan kembali memegangi perutnya yang terasa keram.

"Istirahat dulu. Kondisi kamu masih belum stabil" tegas Kevan.

Raney hanya menatap Kevan datar kemudian mengangguk patuh.

"Siap-siap" ujar Raney.

Kevan menaikan salah satu alisnya "siap-siap" ulangnya yang diangguki oleh Raney.

"Untuk?"

"Bekerja" Kevan mengangguk dan menutup kamarnya.






raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang