chapter 47

669 29 0
                                    

Raney merasakan tenggorokannya kering. Ia menatap nakas yang kosong, ah Raney lupa membawa air ternyata.

Deg!

Jantung Raney terhenti untuk beberapa saat, kala matanya melihat segerombolan pria bertubuh besar berotot tengah mengendap-endap dibalik gelapnya lampu yang sengaja dimatikan.

Karena ketakutan sudah menguasainya. Raney langsung pergi menuju kamar Fabi, ia bukan takut akan nyawanya tapi takut akan nyawa Fabi, karena gadis kecil itu sangat berharga bagi Raney.

Fabi terkejut saat Raney membekap kuat mulutnya dan memerintahkan agar Fabi diam. Gadis kecil itu mengangguk dan berjalan mengikuti Raney yang mengendap-endap.

Ting!

Tak sengaja Raney menyentuh hiasan dinding.

Raney mengumpat dalam hati, gadis itu langsung menggendong Fabi dan masuk kedalam ruangan kerja Kevan sampai disana Raney langsung menekan tombol, lalu memasukkan Fabi.

Melihat hal itu para pria tadi langsung menggedor pintu kerja Kevan, Raney langsung menutup pintu ruangan rahasia itu mengabaikan Fabi yang berteriak memanggilnya dengan suara serak.

"Mau main-main sayang?" Salah satu dari mereka menyeringai dan membuka pintu dengan paksa.

"Sialan! Mereka banyak juga" Raney menelan ludah susah payah. Membayangkan saja gadis itu merasa tubuhnya remuk.

Pria itu memerintah anak buahnya untuk mencari Fabi. Benar ternyata dugaan Raney kalau mereka kesini Mecari Fabi. Ia mendekat kearah Raney dan memojokkan gadis itu.

"Aku akan bermain lembut sayang"

Buagh!!

Raney menendang perut pria itu sekuat tenaga menyebabkan pria itu tersungkur. Dengan cepat anak buahnya menolong bos mereka dan menatap Raney hendak menghabisinya.

"Lanjutkan pencarian kalian dan biarkan kami bermain!" titahnya. Raney langsung berlari keluar namun langkah kakinya lebih lambat dari pria itu dan menyebabkan ia tersungkur ke lantai karena ditarik secara paksa.

"Jangan mencoba melawan gadis manis" pria itu berjongkok kemudian mencengkeram dagu Raney hingga gadis itu meringis dan menggigit tangannya.

Pria itu memekik dia mengeram marah dan langsung mengeluarkan senjata saat Raney berlari.

Dor!

°°°

Kevan duduk di kursi empuk yang di taruh di ruangan lembab tersebut.

Matanya menatap nanar pada Selene yang sedang melakukan aksinya yaitu mencincang betis korban.

"Argh... Bunuh aku ...bunuh..." Pria itu tak sanggup menahan sakit yang teramat ini, bahkan keluarganya yang juga ada diruangan meraung meminta kepala keluarga mereka dibebaskan.

"Berisik" sarkas Kevan pada ibu dan anak pria tersebut berteriak kencang meminta Kevan berbaik hati dan mau melepaskan mereka semua.

"Lihatlah kematian orang yang kalian cinta. saya rasa ini lebih baik daripada saya yang tidak pernah tahu bagaimana kalian membunuh ayah saya waktu itu" kata Kevan dingin.

"Maafkan aku evil, aku sama sekali sudah menyesali perbuatanku dulu"

"Ya ya, anda pikir dengan minta maaf ayah saya bisa pulang? ibu saya bisa bahagia dan tetap hidup dengan saya? Sayangnya itu tidak akan terjadi, jadilah anda akan dikuliti hidup-hidup.

Mendengar kata tuannnya yang mengisyaratkan perintah. Selene langsung mengganti pisaunya dan menyilet daging korban hingga pingsan karena kehabisan banyak darah. Catat pingsan!

Selepas itu dia akan bangun lagi dan pingsan lagi begitu seterusnya.

Beralih menuju Ven tidak ingin berlama-lama pria itu hanya memasukkan peluru kedalam pistolnya. Kemudian menembakkan bagian-bagian tubuh korban hingga menembus kulit mereka.

"Tidak!!!!" Keluarga pria itu menangis histeris, Ven hanya diam kemudian menaruh pistolnya. Ven menatap tajam pada salah satu dari mereka yang mencekik leher anaknya dan kemudian mencekik lehernya sendiri hingga mati. Sudah tidak kuat lagi rupanya.

"Balas dendam selesai"

°°°

Kevan, Ven dan Selene nampak menikmati makanan mereka di salah satu restauran ternama dan berbintang tujuh di Denmark.

"Kapan kita pulang tuan?" Tanya Selene. Kevan mendongak pada gadis itu, yah sifatnya sangat berbeda dengan dulu.

"Kenapa?" Tanya Kevan bingung.

"Eng.enggak"

"Inggik inggik hilih bicid, bilang aja lo punya teman ka makanya gak rela ninggalin mereka" sindir Ven sambil memakan makanannya.

"Ven suka nyindir, pengen di silet lidahnya hmm" goda Selene membuat nyali Ven menciut seketika. Bagaimana kalau Selene membiusnya dan memotong lidahnya nanti?

"Jangan dong, gue gak mau buang lidah gue. Lo gak mau denger suara sexi serak serak basah gue" Ven menaik turunkan alisnya.

"Iyuhhh jijik!" Selene melakukan gesture tubuh ingin muntah.

"Jijik sok-sokan lo!"

"Jijik sik-sikin li" ulang Selene sambil menye-menye.

"Sumpah pengen gue bolongin tuh pala" Ven menatap Selene garang.

"Huwaaa Ven jahat tuan li--"

Brak!

"Sialan akan saya buat kalian hangus!"

Belum sempat Selene menyelesaikan aktivitasnya Kevan lebih dulu menggebrak meja disertai dengan umpatan, hingga membuat Selene dan Ven ketakutan setengah mati.

Aura membunuh yang menguar dri sosok Kevan rasanya ingin menguliti mereka hidup-hidup.

Pengunjung restauran terkejut melihat Selene dan Ven yang menunduk bersujud dibawah Kevan. Mereka merasa sangat bersalah karena mengganggu acara makan tuan mereka dengan bercanda ria.

Kevan meninggalkan Ven dan Selene yang masih berlutut "kita pulang, Ven siapkan semuanya!"

"Hah pulang"

"Yey pulang" tanpa tahu malu Selene jingkrak-jingkrak dan menarik Ven agar langsung mengurus keberangkatan mereka.





raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang