chapter 49

1.1K 42 0
                                    

Fabi menatap Raney sendu. Gadis itu sedih karena Raney tidak mau bermain bahkan sekedar menyapa saja Raney tidak mau.

Sebenarnya, Raney rindu dengan Fabi yang sukses membuat senyuman Raney terbit beebrapa saat yang lalu. tapi rasa bersalah karena Raney masuk kedalam hidup Fabi dan membuat gadis itu dalam masalah, Raney berusaha untuk menghiraukan semua yang dilakukan Fabi.

Dalam kamus hidup Raney 'semua orang yang dekat denganku akan pergi'

"Kak Kevan, Fabi rindu kak Raney" Fabi meringis saat Kevan menggeleng.

"Sama" balas Kevan.

Tiba-tiba Kevan teringat betapa mengemaskan Raney yang dulu, Raney yang mampu membuatnya lupa akan masa lalu. Raney yang mampu membuat Kevan ingin menjadikannya hanya milik Kevan seorang.

"Gendong" ujar Raney manja.

"Naik" kevan menunduk Raney memeluk keher Kevan dan mendusel di ceruk lehernya.

"Aku suka bau tubuh kamu, kayak Arka" ucap Raney spontan. Kevan hanya diam menanggapi, dan berniat untuk mengganti parfumnya keesokan hari. Agar tidak disama-samakan lagi dengan si arka-arka itu.

"Cuma ketua geng, tapi rasa sayang Raney untuk laki-laki itu sangat besar. Kenapa aku tidak bisa sepertinya, apa ketampanan ku memudar?" Batin Kevan lalu meninggalkan raney dan bercermin.

Raney bersiul kemudian terkekeh "udah tampan kok!" Godanya membuat Kevan salting tingkat tinggi.

Tidak kehilangan akal, Kevan terus mencoba agar Raney kembali menjadi Raney yang dulu walaupun dengan sikap datar yang mungkin tidak akan pernah  bisa dirubah.

Mungkin.

Kali ini Kevan membujuk Raney. Laki-laki itu masuk kedalam kamar Raney mencoba membuat gadis itu bersemangat, walaupun harus mengeluarkan banyak suara.

"Raney, please jangan buat saya dan semuanya khawatir!" Pinta Kevan menggenggam tangan Raney. Kevan bernafas lega saat Raney tidak melepas tangannya.

Raney hanya diam tidak bergeming sama sekali.

"Raney saya ingin kamu nerima Fabi kembali dan mau main sama dia. Kamu gak sedih liat dia sedih kaya gitu saat kamu hiraukan dia, hmm?" Kevan mengelus punggung tangan Raney, membuat gadis itu terpejam.

"Kenapa kamu cuma mau bicara sama saya saja?" Tanya Kevan.

Raney membuka matanya "karena saya tidak menyayangi kamu" Kevan diam, sungguh tidak menyangka kata itu keluar dari mulut Raney.

"Berarti kamu hanya menjauhi orang yang kamu sayang?" Tebak Kevan tepat sasaran.

Raney mengangguk.

"Saya akan membuat kamu menyayangi saya dan tidak akan menjauhi saya" ucap Kevan bertekad kuat, Raney menoleh manik kelabu itu menumbuk manik biru laut Kevan. Hingga laki-laki itu kelimpungan.

Mata Raney membius Kevan.

"Buktikan!"

°°°

Setelah menyakinkan Raney bahwa Fabi tidak akan apa-apa kalau bersamanya, akhirnya Raney kembali menjadi gadis yang penyayang pada Fabi.

Kevan tersenyum melihat Raney yang mulai dekat dengan Fabi, sang adik.

"Kak jangan pergi" ujar Fabi lantang saat melihat Kevan memakai stelan jas, pasti Kevan ingin bekerja.

"Saya ingin bekerja maaf Fabi, sebagai gantinya malam ini kita have fun di time zone" janji Kevan membuat Fabi berlari dan memeluk Kevan.

"Janji ya jangan tinggalin Kevan dan kak Raney lagi" kevan mengusap pipi Fabi dan mengangguk mantap.

"Saya pergi dulu" Kevan melirik Raney yang hanya menatapnya tanpa bereaksi.

"Hai! Aku udah dateng nih!" ucap Selene yang baru datang, kemudian duduk didekat Raney, gadis itu menyambut Selene dengan senyuman.

"Kamu kaya adik saya, Randu"

Uhuk.

Selene tersedak ludahnya sendiri.

"Randu maksud kakak, Randu yang ini?" Selene menyodorkan ponselnya dimana terdapat photo mereka sedang berpose bertiga dengan pose-pose imut dan menggemaskan.

Raney terkejut namun dengan cepat dia kembali menormalkan ekspresi wajahnya "kamu kenal sama Randu?"

"Iya, kita satu sekolah dan temenan juga" balas Selene.

Raney mengusap rambut Selene penuh sayang "wah! Kakak senang Randu punya banyak teman, jaga anak itu ya" Raney memberi jeda, ia tertawa "anak itu tidak bisa menjaga dirinya sendiri, bahkan dia terlalu percaya dengan orang baru"

Selene mengangguk, dia akan menjaga seseorang yang berharga bagi tuannya, meskipun itu hanya berstatus keluarganya sekalipun.

"Saya pamit dulu, nitip Fabi" Raney pamit menuju dapur, setelah beberapa saat Raney datang dengan membawa piring berisikan camilan.

"Wah ada cookies sama susu dingin, Selene mau dong kak" ucap Selene antusias.

"Iya ambil aja, barengan sama Fabi juga tuh. Kakak mau bikinin jus dulu ya"

"Makasih kak" ucap Fabi. Sekali lagi dia merasa memiliki keluarga lebih tepatnya seorang kakak. Ini semua karena Vina, gadis itu pembawa keberuntungan bagi Selene.

"Fabi sini makan camilan yang di bikin kak Raney" Fabi yang tadinya sedang berbaring dan bermain dengan bonekanya mendekati Selene.

"Kak Selene tau gak?"

"Gak tau, kenapa?"

"Ini cookies yang buat Fabi sama kak Raney loh dan ini udah yang kedua kalinya apalagi kak Kevan juga suka"

Selene mengangkat tangannya untuk mengusap rambut Fabi "nanti kapan-kapan ajarin kakak juga ya, kakak mau bawa ke temen-temen kakak"

Fabi memasukkan cookies kemulutnya lalu mengacungkan kedua jempol pada Selene "siyap kak" ucapnya masih mengunyah.

"Selene mau bikin cookies juga? Wah boleh tuh kapan-kapan kesini aja. Beli bahan-bahannya soalnya kakak gak bisa keluar" papar Raney.

Selene mengangguk "list aja bahannya kak, ntar Selene belanja, kalau bisa uangnya sekaligus" Selene terkekeh bercanda.

"Iya" balas Raney membuat Selene diam. Tidak di sangka Raney menyerahkan list belanjaan dan juga uang pada Selene.

"Eh kok beneran sih kak?"

"Gak pa-pa len, oh ya nanti kalau cookies nya udah jadi kasih ke Vina sama Randu ya" pesan Raney. Dahi Selene menyerinyit heran.

"Kakak kenal Vina juga?"

"Iya dia udah temenan sama Randu dari SD" jelas Raney.

Selene manggut-manggut "ternyata itu sebabnya Vina Deket banget sama Randu, ternyata kalau udah lama itu emang beda ya"

raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang