chapter 26

497 29 2
                                    

Randu menendang bola ke sembarang arah setelah dirasa lelah dia duduk di bawah pohon besar untuk bernaung.

"Arghhh ,kenapa harus gini sih?" Randu mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana tidak. semalam baru saja nama Raney dihapus dari kartu keluarga, bahkan nama Raney juga dicabut dari surat wasiat.

Ini semua karena Bagas, om nya yang meracuni pikiran semua orang di rumah mereka kecuali dirinya, karena jika Randu tidak terpengaruh itu tidak masalah, keputusan anak bungsu tidak akan diladeni.

Bagas ini memiliki dendam kesumat dengan raney, makanya tingkahnya tidak bisa dikatakan sebagai orang normal jika berhadapan dengan Raney, Bagas akan menyiksa Raney semampu yang dia bisa.

°°°

Abi mengecup punggung tangan Jane yang diperban, ini semua salah Raney, gara-gara dia tidak ke kampus dan bilang ingin berhenti beberapa haters Jane jadi melakukan cyber bullying.

"Kamu gak pa-pa?" Abi menahan Jane yang ingin bangun dari brankar.

Jane menggeleng lemah "Jane gak pa-pa bang, oh ya Raney mana?" Kepala Jane bergerak kesamping mencari Raney, kalau saja gadis itu ada dibelakang Abi atau sedang tidur di sofa, ternyata tidak ada.

"Raney?" Abi mengerutkan keningnya "dia gak ada lagi pergi"

"Oke deh, kalau abang ketemu Raney bilangin Jane mau ketemu. Kangen hehe. Oh ya bang siapa yang bawain Raney nasi goreng kalau Jane gak ada di kampus?" Tanya jawab antusias, membuat Abi kesal.

"Kenapa sih nanyain dia, aku kan disini sama kamu?"

Jane menaikan sebelah alisnya, kenapa sifat Abi berubah?. biasanya dia orang yang sama dengan Jane, sama-sama menyukai Raney dan bahkan topik yang dibahas selalu tentang Raney. Karena Jane tidak ingin memperkeruh suasana makanya dia tidak bertanya macam-macam.

Jane menepuk-nepuk kasurnya "sini" suruh Jane yang langsung dituruti Abi.

Setelah Abi duduk disampingnya, Jane langsung bersandar di dada bidang Abi.

"Bang Jane semalam gak bisa tidur. Jane masi inget kejadian itu" lirih Jane membuat Abi mengepalkan kedua tangannya, lalu selanjutnya terdengar dengkuran halus pertanda Jane sudah masuk ke alam mimpinya.

"Tidur yang nyenyak Jane, ini semua salah anak sialan itu. Untung dia udah gak ada lagi hubungan sama gue"

°°°

"Kak!"

Bara menoleh kemudian mengerutkan keningnya.

Fanno yang mengerti kalau kakaknya sedang bertanya maksud dari panggilnya langsung memasang tampang memelas "kak mau ketemu kak Raney, Fanno mau diboncengin motor kan Raney kayak dulu" rengek Fanno yang hanya dibalas dengan delikan dari Bara, ia sama sekali tidak peduli.

"Sama kakak mau gak?" Abi melepaskan pandangan dari laptopnya kemudian menatap adiknya yang ingin sekali bertemu dengan Raney, dia saja tidak tahu dimana gadis itu sekarang.

"Gak mau, kakak bawa motornya kayak siput. Kalau sama kak Raney ngebut, ngeng ngeng ngeng..." Fanno memperagakan pengendara yang melajukan motornya di atas kecepatan normal dengan tangan dan mulutnya.

Bara terkekeh "iya deh.bener kata kamu lebih jago Raney dari pada kakak. nanti kalau emang kamu ditakdirkan ketemu sama kak Raney dia bakalan dateng nemuin kamu" Bara menyugar rambut Fanno kebelakang.

Setelah mendengar Bara yang bilang tentang takdir, Fanno jadi yakin kalau nanti dia dan Raney akan dipertemukan dan Raney akan membawanya ngebut membelah jalanan.

°°°

"Pengawal psyco dah pergi nih jane, jadi sekarang gak ada yang lindungin Lo lagi" seorang gadis dengan riasan tebal dan rambut yang digerai mendekati Jane yang sedang duduk di cafetaria kampus sambil mengaduk-aduk makanannya, dia tidak berselera karena Raney tidak masuk beberapa hari ini.

"Eh kalau Grace ngomong tuh, dijawab!" Bentak seorang gadis yang dandanannya tidak jauh berbeda dengan Grace dan tangannya sudah bebas dari gips.

"M.A.L.E.S" ungkap Jane memutar bola matanya jengah, membuat Grace dan temannya naik pitam.

Byur.

Siraman dari es teh yang dipesan Jane berhasil membasahi rambut Bob dan pakaiannya.

"Duh gue males debat ya Grace, kurang kerjaan ya Lo. Rumah Raney kayaknya butuh pembantu" ucap Jane lalu berdiri dari tempatnya.

Grace mencekal lengan Jane, ia tertawa keras "sebegitunya lo sama Raney ya Jane?,sampai-sampai rela cariin dia pembantu. Emang ya gak punya orang tua itu berat!" Grace terkekeh dan puas setelah membuat air mata Jane keluar.

Jane menghempaskan tangan Grace dan berlari menuju loker, ia membawa bajunya ke bilik ganti dan mengganti bajunya disana.

"Akhirnya selesai" Jane tersenyum saat melihat penampilannya yang sudah bersih dan rapi, oh ya karena rambut Jane pendek jadi mengeringkannya hanya perlu waktu sebentar apalagi star campus menyediakan hair dryer.

Byur.

Lagi? Iya , lagi-lagi Jane disiram bahkan kali ini lebih parah. Gadis berambut pendek itu di siram dengan air bekas perasan pel.

"Bangsat! SIAPA LO KELUAR BRENGSEK!" amarah Jane sudah diujung tanduk. bukan dia yang mematahkan tangan Valerie. Kenapa dia yang disalahkan? Valerie juga kenapa mencari masalah dengan Raney? Akibatnya ya itu, Raney akan melukainya.

"Apa lo bilang brengsek?" Grace meminta pengulangan. Jari-jari penuh kuteknya sudah mencakar leher Jane dan naik keatas menjambak rambut Jane membuat dengan terpaksa dia mendongak.

"Lep..as...shh" Jane memukul-mukul tangan Grace yang berada dibelakang kepalanya.

Valerie menatap Jane sendu setelahnya dia tersenyum puas.

Plak

"Ini tamparan buat lo karena temenan sama Raney" tamparan dari Valerie membuat Jane semakin takut. Darahnya mendesir karena ketakutan yang kini tengah menguasainya.

Jane kembali meringis saat Grace menguatkan jambakannya "kalian kenapa? Shhh... Sih... Jang...jangan sakitin aku..uhhh kata ran.. Raney.. kalau kalian nyakitin orang yang...dia sayang.. "

"Apa ran bakalan kasih gue pelajaran?, Gue gak peduli. Dia gak akan bisa, secara dia udah berhenti dari star campus"

Jane mencakar tangan Grace, berhasil membuat tangan Grace lepas dari rambutnya "liat aja nanti" kata Jane bergetar, jujur Jane sangat takut, dia memeluk lututnya sendiri. Menangis sesenggukan.

"Berani lo sama gue?" Grace sudah ingin melampiaskan kekesalannya pada Jane tapi Valerie menghalanginya dan mengatakan kalau ini semua sudah cukup.

Setelah memastikan kondisi benar-benar sepi, Jane menangis sepuasnya, mengeluarkan semua keluh-kesahnya sampai dia hilang kesadaran.

"Bang Abi, kenapa sih gak dateng ngampus. Raney juga? Apa mereka gak sayang Jane?"

raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang