chapter 34

511 38 0
                                    

Aku adalah sebuah kutukan.
Semua yang bersama dan menyayangiku akan bernasib sial.
Entah ini sudah yang menjadi keberapa kali, aku membuat mereka menderita bahkan sampai pergi dan berujung tidak akan kembali  lagi untuk selamanya.
Kenapa?
Kenapa semua yang aku inginkan tidak pernah aku dapatkan.
Aku gadis yang haus akan kasih sayang, aku tidak pernah mendapat kasih sayang ayahku dari kecil. Orangtuaku sibuk, mereka lebih mementingkan pekerjaan daripada diriku.
Ah rasanya aku terlalu mempermasalahkan itu, baiklah karena aku tidak mempunyai hubungan dengan mereka lagi, aku pikir semua ini tidak perlu dikenang.

***

Raney menengadahkan wajahnya ke langit yang sudah berwarna biru malam itu.

Dia duduk di pembatas balkon mansion super mewah milik Kevan. Ah betapa keyanya laki-laki itu? Bahkan luas kamar yang ditempati Raney 2 kali lipat kamarnya.

Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang Raney, membuat gadis itu menatap laki-laki yang tak lain adalah Kevan dengan sorot datar, seperti biasa tanpa ekspresi.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ah rasanya menyulitkan, Raney tidak terllau fasih berbahasa seperti sekarang dia bahkan menggunakan aku dan saya sebagai pengganti kata 'gue' Yang biasanya Raney ucapkan.

"Apa kamu ingin mengakhiri hidup?" Kevan mengangkat Raney dan meletakkan tubuh rapuh itu di atas kasur. Laki-laki berambut panjang itu berjalan kearah balkon kamarnya dan mengunci pintu itu agar Raney tidak kesana lagi.

Berbahaya.

Netra biru laut itu menatap Raney tajam dan yang ditatap hanya menampilkan raut wajah datar.

"Jangan membahayakan diri kamu!" Kata Kevan kemudian mengusap puncak kepala Raney.

"Maaf" lirih Raney pelan.

Kevan mengangguk, laki-laki itu berjongkok dan menatap netra kelabu Raney sehingga mata mereka saling menumbuk.

"Berjanjilah untuk tidak membahayakan diri kamu!" Kevan mengangkat jari kelingking dan mengarahkan pada Raney, tidak ingin banyak berbicara Raney menautkan kedua kelingking mereka.

"Janji ini hanya berlangsung satu hari" ucap Raney membuat Kevan mengerutkan kening, bingung.

"Kenapa?" Tanya Kevan bingung.

Raney melepaskan tautan kelingking mereka "karena aku akan membahayakan diriku ,jika itu diperlukan untuk membalas kebaikanmu" balas Raney.

Kevan menatap takjub pada Raney, dia lebih menajamkan penglihatannya dan yang dilihat Kevan di balik manik kelabu itu hanya ada luka dan kekosongan.

"Apa kamu mau jalan-jalan, besok?" Tanya Kevan berdiri.

Raney menggeleng "kurasa belum ,masih ada beberapa hal yang perlu kulakukan. Lain kali aku yang akan mengajakmu"

°°°

Hari ini sudah seminggu Raney menumpang di rumah Kevan ah bukan ini mansion. Bukan sembarang mansion, tempatnya sudah seperti istana bahkan Raney harus berlari selama setengah jam untuk sampai menuju gerbang.

Raney memutuskan untuk melihat-lihat lingkungan sekitar.

Pria berpakaian serba hitam dengan peralatan seperti earphone dan pistol menghadang jalan Raney.

"Anda siapa?" Tanyanya dengan suara berat dan tegas.

Raney hanya menatap pria itu datar "Raney" tanpa Raney duga pria tersebut dan beberapa temannya membungkuk. Karena kebingungan Raney bertanya pada mereka "kenapa kalian membungkuk, apa ada seseorang yang membuat kalian takut?"

"Its me! dangerous babe" suara berat dari Ven berhasil membuat dirinya tersungkur seraya memegangi perut karena Raney menyikut keras perut Ven saat merangkul pundak Raney tadi.

"Bangun!" Seru Raney "untuk apa kalian takut pada dia? Dia bukan siapa-siapa" kata Raney membuat mereka semua semakin menunduk.

Coba saja Raney tahu semuanya, maka gadis itu akan menarik kembali kata-katanya tadi.

"Mau kemana? Gue anter !" Ven kembali. merangkul bahu Raney, kali ini gadis itu tidak menjawab dia hanya menatap datar jalanan dan berhenti disebuah tempat.

"Apa tempat ini bisa digunakan Ven?" Tanya Raney tentunya dengan nada dingin dan datar. Ven hanya mengangguk sebagai jawaban.

Raney tersenyum tipis saat melihat tempat ini, dia memakai knuckles dengan sisi runcing dan tajam seperti pisau, dikedua belah bagian dan ditengahnya.


Ven bergidik ngeri saat merasakan aura berbeda dari Raney, gadis itu menyeringai menampilkan senyum menawan, hei bukan itu senyuman evil nya.

Raney berlari menuju Ven dan tanpa aba-aba ingin menusukan knuckles tersebut pada perut sixpack Ven. Laki-laki itu ketakutan setengah mati, walaupun dia bisa bertarung tapi siapa yang akan menang saat melawan seorang psikopat, mungkin gadis ini bukan psikopat tapi kita bisa menganggapnya seperti itu sekarang.

Raney melunturkan senyuman saat sebuah tangan menghalangi kegiatannya yang ingin adu jotos dengan Ven.

"Kevan! Oh ayolah come on! Gue mau cari temen buat muasin hasrat gue yang tiba-tiba muncul. Ini semua karena sala lo, kenapa Adain tempat penuh senjata seperti ini?"

"Untuk anak-anak latihan" balas Kevan.

Raney berjongkok, bibirnya mengerucut sebal. Entah kenapa Raney yang sekarang sangat menggemaskan seperti anak kucing yang mencakar tanah, ya seperti itu. Knuckles yang gagal mengenai Ven tadi dia cakarkan pada tanah dibawahnya.

"Mau bertarung denganku?" Tanya Kevan langsung membuat Raney berdiri dari tempatnya, netra kelabunya berbinar.

Kevan mengelus rambut Raney penuh sayang "pilihlah senjata yang kamu inginkan?" Kevan melepas stelan jasnya, sehingga dia hanya melepas kemeja berwarna navy yang melekat ditubuhnya.

Raney mengambil karambit dan memasang knuckles lebih erat "apakah tidak apa ? Jika aku melukaimu?" Tanya Raney agak takut.

Kevan menggeleng "tentu tidak"

Raney bergerak lebih dulu untuk menyerang Kevan, tapi laki-laki itu lebih dahulu menghindar hingga Raney sedikit terjungkal jika dia tidak bisa menyeimbangkan tubuh mungkin Raney akan terjatuh.

Raney menyerang membabi buta dan Kevan menangkis serangan Raney dengan santai. Saat bagian runcing knuckles mengenai lengan Kevan barulah pertarungan melelahkan mereka terhenti.

Raney maupun Kevan terhenyak saat yang menonton mereka bukan hanya Ven tapi anak buahnya juga melihat mereka.

Raney menyobek baju bawahnya kemudian mengikatkan pada lengan Kevan "maaf!" lirih Raney.

Kevan bergerak posesif, tangannya meraih jasnya dan menutupi perut serta belakang Raney yang terekspos karena bagian dari kain tersebut sudah membalut lengannya.

"Aduh Van, ceritanya itu milik lo. Agresif banget sih. Yaudah yuk kita pergi" ajak Ven pada mereka yang ikut menonton.

"Apakah sakit?"tanya Raney.

"Apakah hasrat bertarungmu sudah terselesaikan?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Raney ,Kevan malah bertanya balik yang dibalas anggukan dari Raney.

"Lain kali panggil saja saya jika kamu membutuhkan bantuan"

raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang