chapter 46

644 34 1
                                        

Fabi menatap kepergian Kevan dengan sendu. Sedangkan Raney, jangan ditanya gadis itu hanya menganggukan kepala sebagai kata hati-hati. kemudian membawa Fabi yang sudah berlinang air mata kedalam rumah.

"Fabi mau main sama kak Raney gak sayang?" Tanya Raney lembut.

Gadis itu menggeleng lemah. Dia merasa sedih karena baru beberapa hari bahkan belum genap seminggu datang kerumah ini, sang kakak sudah pergi.

"Ehumm Fabi mau main sama kak Raney gak? Didapur tapi, kita bikin cookies buat kamu dan Andra" senyuman manis langsung terbit di wajah Fabi yang sudah manis. Gadis dengan lesung pipi itu mengangguk ceria.

Di dapur. Kedua gadis berbeda umur itu sekarang, mereka sama-sama sudah memakai celemek dan bersiap membuat kue.

Blair datang, wanita paruh baya itu tersenyum ramah "ada yang bisa saya bantu nyonya Raney dan nyonya muda?" Tanyanya mendekati mereka.

Fabi menatap tajam Blair, dia tidak suka dengan wanita itu "gak usah deh Blair, Fabi maunya sama kak Raney" sanggah Fabi yang hanya diangguki Blair sebagai jawaban. Wanita itu pun pergi meninggalkan mereka bersiap melanjutkan pekerjaannya.

"Abis ini apa lagi kak?" Fabi sangat antusias dengan aktivitas mereka. Sekarang dia sedang megaduk adonan sedangkan Raney mengolesi loyang dengan mentega.

Setelah selesai Raney memadatkan adonan kemudian membaginya dengan Fabi, mereka membentuk adonan dengan bahagia walaupun Raney hanya menampilkan senyuman berbeda dengan Fabi yang terus bergumam akan hasil karyanya yang lumayan.

Raney menambahkan sedikit air panas dengan beberapa tambahan pelengkap lain agar adonan mencair dan memindahkan kedalam plastik khusus dan menaruhnya diwadah bergantian dengan Fabi.

"Huh! Selesai juga" Fabi mengelap keringat yang turun dari keningnya.

"Cape?" Tanya Raney tersebut lembut.

Fabi mengangguk "cape, tapi seru lain kali Fabi pengen bantuin kak Raney masak lagi. Sekarang Fabi ketemu cita-cita yaitu jadi chef terkenal" Raney terkekeh. Ia mengelus puncak kepala Fabi seraya mengangguk.

"Kejar cita-cita kamu"

°°°

"Ma, pa, ayo kita nyari Raney" ucap Abi. Dia sangat merindukan adik perempuan satu-satunya itu.

Athan menyeruput secangkir kopi yang ada didepannya "cari anak itu? Buat apa? Bukannya kamu yang usir dia?" Tanyanya beruntun.

Abi menunduk. Sungguh ia merasa sangat bersalah, entah kenapa dia sampai khilaf saat itu.

"Abi khilaf pa, Abi udah tahu alasannya kenapa Raney jadi berubah kaya gitu, di ngetes Abi sama kalian semua, siapa yang masih peduli sama dia" tutur Abi dengan suara pelan.

"Oh" balas Athan singkat.

"Papa gak peduli sama Raney?"

"Tentu saja"

"Tapi pa-"

"Gak ada tapi-tapian kamu pikir papa gak ada alasan ngelakuin ini semua"

"Ariana ikut mas!" ucap Athan yang langsung dituruti wanita itu.

"Mah-" Abi memelas, Ariana menggeleng.

Abi mengejar mereka dan menahan lengan Athan.

"Pah jelasin semuanya, Abi gak bisa terus penasaran. Kalau alasannya logis Abi bakalan berhenti kaya gini"

Athan menyerinyitkan dahinya, sedetik kemudian kata itu keluar saja dari mulutnya "dia bukan adik kamu, dia bukan anak kami, dia bukan anak kandung demaris jadi wajar saja kalau namanya dihapus dari keluarga kita, sudah takdirnya!" Jelas Athan sejelas-jelasnya.

Duar !

Bagai disambar petir Abi langsung melepaskan cekalan tangannya dari lengan Athan. Menggelengkan kepala, berharap ini semua tidak nyata.

"Bilang ini semua bohong ma" Abi beralih pada Ariana yang menggeleng pertanda yang dikatakan Athan memang benar.

"Jelasin semuanya ma, pah!" cicit Abi menatap ibu dan ayahnya bergantian.

Athan mengangguk pasti. lalu berjalan kembali ke sofa yang tadi sempat mereka duduki. Tidak enak mengobrol berdiri, alasannya.

"Kamu ingin tahu semuanya?" Tanya Athan memastikan. Abi mengangguk dan Ariana hanya menatap meja didepannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, bagaimana juga ini salahnya.

Flashback on

Ariana merasakan keram diperut besarnya yang masih menginjak usia 7 bulan lebih, ini bukan saatnya melahirkan bukan?

Semua orang yang ada di rumah panik dan langsung membawa Ariana kerumah sakit. Athan tidak ikut karena pria itu sedang melakukan rapat darurat di perusahaannya.

"Aduhh perut aku sakit banget.." teriak Ariana saat beberapa perawat dan juga dokter mendorong brankarnya .

Beberapa saat setelah itu Ariana melahirkan dan selamat tapi tidak untuk bayinya. Bayi tersebut dikabarkan meninggal karena kondisinya yang terlalu lemah mengingat belum saatnya dia dilahirkan.

Ariana menjadi merasa takut. Ia menatap sudut rumah sakit dengan perasaan kalut. Tepat saat itu Tuhan menyelamatkan Ariana dengan mengirimkan malaikat dengan nama Raneysha yang lahir dengan tubuh mungil sangat pas dengan kelahiran Ariana .

Flashback end.

Tidak ada yang tahu di balik itu semua sebenarnya Raneysha memang anak kandung keluarga demaris. Ada beberapa orang dokter yang berpura-pura atau dokter gadungan dan meletakkan Raneysha di tong sampah.

Melihat itu seorang suster langsung mencari ibu dari bayi tersebut dan benar ibunya adalah Ariana. Sejak saat itu Ariana tetap menganggap Raney sebagai anaknya sendiri walaupun kadang merasa bersalah telah membohongi Athan.

"Sekarang kamu percaya kan!" Athan menarik tangan Ariana dan menggenggamnya menuju kamar mereka.

Abi mendongak dan menyender di punggung sofa "argh.. kalau dia bukan adik gue, kenapa gue ngerasa punya ikatan yang sama kayak gue sama randu" Abi mencakar rambut frustasi.

raneysha (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang