11. Kode (Revisi)

4.3K 168 1
                                    

Happy Reading Guys

Malam itu, hujan masih sangat deras di luar rumah, Alan yang juga masih di rumah Nisa, pria itu tak sengaja mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu.

Tiba tiba netranya tertuju pada beberapa Miniatur pesawat dibawah bingkai foto besar bergambar Kuda di dinding.

Apakah dirumah Nisa ada yang berprofesi sebagai Pilot seperti dirinya?? Mungkin salah satu teman Nisa ada yang menjadi seorang pilot. Pikir Alan.

"Nis, rumah kamu banyak miniatur pesawat, temen kamu ada yang jadi pramugari?

"Emm.. gak ada si pak, emang kenapa pak?"

Nisa mengikuti arah mata Alan yang terus saja melirik ke arah miniaturnya. "Ohhh... Itu punya saya pak."

"Punya kamu??Kamu suka ngoleksi miniatur pesawat juga??"

Pertanyaan Alan hanya di balas anggukan saja, apakah salah jika Nisa mengoleksi miniatur pesawat di rumah nya?

"Saya emang suka koleksi miniatur miniatur pesawat kaya gini pak, menurut saya cantik buat di pajang."

Alan tersenyum melihat beberapa koleksi miniatur itu yang terbilang cukup banyak di rumah ini. "Tapi jarang loh, perempuan yang suka sama pesawat, apalagi sampai ngoleksi miniatur sebanyak ini."

"Iya sih, tapi saya memang dari dulu suka banget sama pesawat pak, sampai saya bercita cita jadi pilot. Hahaha."

"Terus, kenapa kamu gak wujudin cita cita kamu itu?"

Entah berawal dari mana obrolan mereka, tetapi rasanya Nisa nyaman sekali berbicara tentang pesawat dengan driver nya langsung.

"Ribet pak, harus sekolah dulu kan. Saya juga gak punya biaya sebanyak itu buat sekolah pilot."

"Ya harus nya kamu usaha dulu. Terus, cita cita itu kamu pupusin gitu aja?"

Nisa tersenyum, entah kenapa Nisa menyukai pertanyaan Alan yang satu ini. "Enggak kok pak, saya sih gak memaksa harus jadi pilot. Tapi saya berharap, saya bisa dapet suami seorang pilot."

Alan yang tengah menyruput teh hangat nya, tiba tiba tersedak karna ucapan Nisa barusan.

Apa Nisa salah bicara, sepertinya tidak.

"Bapak gak apa apa?"

"Kamu tadi bilang apa?"

Nisa menggelengkan kepala. "Emm saya lupa pak, tadi saya bilang apa. Emang saya bilang apa?"

Alan meletakan cangkir teh ke meja, mengambil tissu dan membersihkan area bibir nya. "Lupakan."

***

Malam sudah pukul 23.52 WIB, tetapi mata Nisa sama sekali tidak ingin menutup. Jiwa nya sudah sangat ingin tidur, tetapi otak nya terus memutar kejadian beberapa jam yang lalu saat dirinya bersama Alan.

Berani sekali seorang Nisa memberikan kode kepada sang Captain Pilot. Memang siapa dirinya? Belum tentu Alan terpikat padanya.

Tetapi bukan itu yang menjadi pikiran Nisa sekarang, tetapi saat pria itu akan pulang,  Alan mengulang pembicaraan kami sebelum nya.

"Saya tau kamu tadi bilang calon suami Pilot. Gak apa apa, kalau cita cita kamu sebagai seorang Pilot belum tercapai. Tapi saya cuma berharap, semoga kamu mendapatkan suami seorang Pilot, bisa tercapai. Bersama saya contoh nya."

Wanita mana yang sanggup dengan gombalan ini...
Rasa rasa nya Nisa ingin sekali terbang melayang, menembus ratusan awan.


TBC

Lucu ya Airbus ini. Hahaha

Hello, Captain! (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang