"Gabut banget lo tau gak? Ke jepang cuma menghadiri meeting, abis itu pulang. Ngabisin duit aja." Ucap Rere saat mereka berhenti di lampu merah.
Nisa berdecak pelan. "Nama nya juga kerja, buang duit demi dapet duit. Lagian ga sia sia gue kesana kalo akhir nya menang tender."
"Tapi dimana mana, nginep dulu kek apa kek. Ini langsung pulang. Ketauan banget perusahaan lo takut rugi." Jawab Rere menjalankan mobil nya setelah lampu merah berubah menjadi hijau.
Beberapa saat kemudian, Rere kembali bertanya. "Lo juga tadi ngapain di bandara lama banget, jam landing lo udah beberapa puluh menit yang lalu. Lo nyasar ya."
"Sembarangan. Gue tadi abis papasan sama pangeran gue di bandara."
Rere melirik Nisa sekilas. "Hah pangeran? Pangeran apaan anjir. Gajelas banget lo."
"Gak percayaan jadi orang, tadi gue sebenernya udah jalan mau ke lobby, tapi ada orang nabrak gue. Gue jatoh, terus di tolongin sama orang itu. Pas gue liat orangnya. BEEUHHH!!! kaya di film film Re, ternyata yang nabrak gue Pilot, cakep banget sumpah."
Tiba tiba Rere tertawa, bahkan tawaan gadis itu terdengar sumbang. Apa ada yang lucu dengan cerita Nisa?
"Gue tau Nis lo kelamaan jomblo. Tapi plis lah ya, gak gini juga. Haduhhh, kasian gue sama lo. Ngakak gue sama halu lo sumpah."
Dikira halu gaes. "Dih, siapa yang halu. Gue beneran anjir. Sumpah deh gue ketemu pilot tadi. Kalo lo ga percaya nih gue ada bukti nya."
Nisa mengeluarkan benda yang sempat dia simpan di tas nya. Niat nya sebelum dia bertemu pilot itu, dia akan tetap menyimpan benda itu. "Nih, ini punya pilot yang tadi nabrak gue. Dia kayak nya gak sadar kalo barang nya jatoh."
Rere merebut benda itu dari tangan Nisa, dengan hati hati Rere melihat siapa pemilik benda itu.
"Pilot?" Tanya Rere.
Nisa kembali merebut benda itu. "Kan apa gue bilang. Ga percayaan si, udah gue bilang gue abis tabrakan sama pangeran gue."
Benda yang Nisa temukan adalah Kartu Identitas, seperti Kartu untuk menandakan jika pria itu bekerja sebagai pilot. Tertera nama di kartu itu Alan Darma Wijaya.
Dari nama dan foto nya saja sudah sangat memperlihatkan sosok bibit benih terbaik.
"Terus lo mau apain tu kartu gue tanya?" Tanya Rere seakan tidak senang jika sahabatnya mendapatkan rejeki nomplok.
"Ya gue mau balikin lah, kali aja ntar gue ketemu lagi kan sama orangnya."
"Emang bakal ketemu lagi?"
Nisa berfikir sejenak. "Ya pokoknya harus ketemu lah, gimana pun ini kartu pasti penting buat dia."
"Ya udah lah, kalo gak ketemu palingan juga si pilot nya bikin lagi kali."
Setelah meributkan hal yang tidak penting, mereka terdiam. Mobil tiba tiba sunyi,
"Oiya tadi gue abis beres beres rumah sama Yolan, terus beresin semua miniatur lo buset, debu doang anjir."
Sejak dulu Nisa memang sangat menyukai kendaraan terbang bernama pesawat. Setiap bulan dia akan membeli miniatur untuk menjadi koleksi favorite nya, ditambah poster poster pesawat yang sudah memenuhi kamar gadis itu.
"Wiii, tumben lo rajin."
Rere menjitak kepala Nisa. "Enak aja, gue emang selalu rajin gaes. Emang nya lo si paling males."
"Iya deh, si paling rajin. Makasih ya."
"Sama sama, tapi itu semua gak gratis. Kata Yolan, abis lo pulang, lo kudu traktir kita."
Mata Nisa memicing, gadis itu langsung melayangkan jitakan. "Pamrih lo jadi orang."
"Traktir kenapa si, lo kan abis dapet bonus gede dari bos lo. Anggep aja untuk merayakan bos lo yang menang tender."
"Iya in biar cepet."
"Asesole!!"
FanisaZoya
![](https://img.wattpad.com/cover/234800020-288-k741579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Captain! (Repost)
Romance18+ Harap Bijak dalam memilih Bacaan! Seorang gadis sangat menyukai Pesawat serta Pilotnya. Dia memiliki impian bisa memiliki suami seorang Pilot "Gue gak bisa jadi Pilot, setidaknya gue bisa nikah sama seorang Pilot" Ucap gadis itu. Apakah imipi...