* Mohon dikoreksi jika ada kesalahan dalam penulisan bahasa asing.
--------•-------Violla duduk di sofa, ia meratapi dirinya yang tampak menyedihkan. Baju merah penuh noda masih ia kenakan, tak ada yang ia bawa. Tas, dompet, semuanya ada di mobil. Jika dipikirkan memang mustahil, wanita mana yang mau meloncat dari kendaraan yang bergerak cepat? Namun, jika Violla tidak seberani itu mungkin ia bisa benar-benar tamat.
"Minum dulu," ucap Fikar dengan segelas teh hangat yang disodorkan.
Perlahan Violla menerimanya. "Makasih."
Hachi!
"Kamu flu? Kamu sakit?"
"Sa ... saya alergi bulu kucing."
Fikar mengembuskan napas, ia tidak tega kalau harus membangunkan Kimi yang tengah tertidur pulas di sofa dekat Violla. Tapi pada akhirnya kucing itu ia bawa menuju kamarnya. "Kimi bobo di sini dulu, ya? Abang lagi ada tamu."
Langkah Fikar beralih menuju tempat obat-obatan miliknya. Wanita itu tampak begitu kesakitan dengan luka di tubuhnya. Setelah kotak P3K di tangan, Fikar kembali menemuinya.
"Sekarang kasih tahu saya. Kamu ini siapa?"
Wanita itu menelan teh hangatnya. "Saya Violla."
Ufi mengangguk. "Oh."
Gitu doang?
"Kok bisa sampai ke rumah saya?" Fikar berjongkok di depan Violla, ia mencoba meraih tangannya. "Sori...."
Violla termangu. Ia juga tidak menyangka bisa sampai ke rumah ini. Langkahnya membawa ia begitu saja, seolah takdir memang menuliskan kalau pemilik rumah ini akan menolongnya. Violla membuka mulut, berusaha merapalkan kalimat tapi entah dari mana ia harus mulai bercerita.
"Saat mobil saya diikuti dua orang tadi, saya benar-benar berniat mengakhiri hidup saya."
Fikar diam, mendengarkan Violla bercerita sembari memasang beberapa perban. Lalu wanita itu kembali bercerita. Ia tidak tahu nasibnya kalau sampai tertangkap oleh dua orang tadi, membayangkannya saja sudah sangat mengerikan.
Saat speedometer tengah dalam kecepatan tinggi Violla sempat menoleh ke belakang, ia sadar kalau mobil bodyguard itu masih jauh berada di belakang. Jika terus kejar-kejaran seperti ini ia pasti akan tertangkap juga. Maka dari itu Violla memejam mengumpulkan keberanian, kemudian hatinya menyetujui apa yang terlintas di benaknya.
Violla membiarkan mobil melaju dengan sendirinya, keadaan jalanan yang sepi semakin mempermudah aksinya. Ia lompat dari dalam mobil ke tepi jalanan sampai mengguling dan batu kerikil juga aspal berhasil membuat luka di tubuhnya. Kulit tangan serta lututnya sobek sebab kerikil yang tajam. Hampir saja Violla pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi intuisi memaksanya untuk bangkit, rasa sakit saat itu belum begitu terasa. Violla berjalan menyusuri jalanan lurus di depannya, ia juga sempat mendengar suara hebat setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable Night #N1 ( LENGKAP )
Romance"Maaf ...." "Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!" Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi model, Violla Sanjaya justru mendapat dua malapetaka yang tidak pernah ia duga: 1) hampir kehilanga...