E P I L O G

8.8K 390 156
                                    

-= HAPPY READING =-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-= HAPPY READING =-

Violla menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Beberapa menit lagi ia harus berjalan di lantai sepanjang lima meter dengan mengenakan busana rancangan desainer kondang yang saat ini tengah naik daun di Indonesia.

Beberapa waktu lalu Violla menerima tawaran dari Mbak Rianti yang tak lain seorang perancang busana kondang yang karyanya sudah banyak dipertontonkan di berbagai majalah dan event-event Festival. Kebetulan Violla pernah menjadi model yang mengenakan hasil rancangannya untuk salah satu majalah, jadi sekarang ia  dipercaya untuk bekerja sama dalam acara Jakarta Fashion Week yang pada bulan ini dilaksanakan selama enam hari.

Violla harus tenang, musik di ruangan sana sudah mulai berganti, menandakan sebentar lagi mereka harus segera berjalan dengan pakaian yang dikenakannya. Baru sejenak Violla tenggelam dalam lamunan, model yang memiliki nomor urut pertama sudah mulai berjalan ke arah sana.

Seiring berjalannya waktu, Violla tersenyum. Padahal ini bukan kali pertama ia melakukan cat walk untuk fashion show, tapi Violla masih saja merasa gugup. Dalam hati ia membuat ketukan agar tepat waktu kapan harus mulai berjalan.

Gemuruh itu terdengar lagi dan lagi ketika setiap model keluar dari bilik yang membuat tak kasat mata, banyak kamera yang memotret setiap momen mereka juga beberapa media informasi yang sengaja melakukan liputan untuk kepentingan penyiaran.

Wonderstretch pants warna putih dengan asymmetric shoulder dress biru motif bunga sangat membuat Violla mempesona. Lenggak-lenggok satu irama dengan hentakan kakinya membuat kesan menarik tersendiri, sedikit berpose di depan kumpulan kamera Violla lakukan kemudian kembali berbalik untuk berbaris dengan rekan-rekannya yang lain. Setelah semua model melakukan aksi single show-nya masing-masing kini giliran semua model berjalan secara bersamaan hingga membuat kesan mewah dan mahal pada setiap pasang mata yang memandangnya.

Violla tersenyum, merasakan dirinya baik-baik saja tanpa kehadiran seseoramg yang ia jadikan dunianya.

Mundur bukan sesuatu hal yang buruk, ungkapnya dalam hati.

***

"Makasih banyak ya atas kerja samanya. Saya benar-benar beterima kasih sekali. Acara hari ini berjalan dengan lancar," ucap Mbak Rianti di hadapan semua model yang berkumpul di sebuah ruangan.

Acara JFW hari ini sudah selesai dan berakhir dengan kesan manis untuk Mbak Rianti. Bagi seorang model, hal yang menyenangkan baginya adalah ketika ia berhasil menunjukan apa yang orang lain percayakan dengan baik dan disenangi orang banyak. Makanya sampai sekarang Violla tidak—pernah—lelah menjadi seorang model, baginya melakukan sesuatu atas dasar suka tidak akan pernah terasa capeknya.

Tiba-tiba seseorang datang lalu membisikkan sesuatu di telinga Mbak Rianti dan setelah itu sang desainer memutuskan untuk pergi dan sekali lagi ia mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Tepat ketika Mbak Rianti keluar, ponsel Violla yang ia simpan di dalam tas berbunyi sesekali lantas langsung diceknya dan menemukan sebuah nama yang mampu membuat seulas senyum terpancar di bibirnya.

My Bee
Bee, aku udah di parkiran. Kalau udah selesai cepet ke sini ya, aku kangen.

Violla tersenyum dan mengetikkan balasan pesan untuk kekasihnya itu. Bee adalah sebuah sebutan sayang mereka yang sudah berlangsung selama dua bulan. Hans memang manja dan selalu bilang rindu pada Violla padahal mereka selalu bersama seharian jika tak ada kesibukan. Katanya kalau ia tak melihat Violla sehari saja dunianya selalu ambigu, makanya Hans selalu punya cara agar bisa bertemu Violla.

Wanita yang kini mengenakan dress berwarna cokelat muda itu keluar dari gedung dan melihat sekeliling. Dari posisinya sekarang ia melihat Hans tengah melambaikan tangan dalam radius lima belas meter. Violla tersenyum, tapi matanya tiba-tiba menagkap wajah seseorang yang sudah lama tak ia jumpai.

"Ufi ...," lirih Violla dengan kaki gemetar.

Sudah satu tahun lebih mereka tidak lagi ada ikatan, tidak bisa bertemu tatap muka juga teleponan karena setelah keputusan melepaskan itu Violla mengganti semua koneksi pribadinya hanya karena tak mau mengingat Ufi lagi. Tak mudah baginya bisa memudarkan Ufi dari ingatannya, butuh air mata ekstra agar wajah itu dapat pudar perlahan, butuh keyakinan yang lebih agar saat mengingat Ufi tak lagi merasa perih.

Ini bukan kali pertama Violla merasa Ufi memperhatikannya. Waktu Adam meninggal karena kecelakaan pesawat lima bulan yang lalu, Violla merasa ada Ufi di dekatnya tapi tak berani untuk bicara atau sekadar berkata ; semua akan baik-baik saja.

Mata Violla mulai berkaca-kaca, ada sedikit rasa lega kala melihat Ufi baik-baik saja. Tubuh itu baru saja memasuki sebuah mobil, Ufi pergi lagi membiarkan setetes air mata rindu jatuh di pipi. Violla ingin mengejar entah kenapa, tapi Hans tiba-tiba ada di depannya.

"Ada apa, Bee?" Hans meletakkan kedua lengannya di bahu Violla.

Violla memejam, berusaha terlihat baik-baik saja di depan kekasihnya. "I'm Fine. Capek aja tadi."

"Kasihan," rengeknya lalu memeluk Violla dengan hangat. "Kalau gitu biar kamu nggak capek kita ke mana nih enaknya?"

Violla tersenyum, air mata sudah tak lagi membasahi pipi. Pria itu pandai membuat penat pergi jauh darinya. "Hans ... makasih ya udah selalu ada buat aku."

"Hey?" Hans kembali memeluk Violla mengusap belakang kepalanya lembut. "Kamu segalanya buat aku, Bee. Jadi nggak usah bilang makasih-makasih."

Terdengar kekehan kecil. Sampai detik ini, Violla bersyukur karena Hans hadir dalam hidupnya. Zulfikar memang tidak pernah akan tergantikan, tapi Hans adalah orang yang Violla jadikan masa depan. "Antar aku pulang, Hans."

Hans melepas pelukan. "Tapi jalannya nggak lewatin pohon gede di sana, ya?" Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Violla, "Takutnya roh Adam cemburu sama aku. Haha."

Violla menepuk bahu kekasihnya. "Jangan aneh-aneh, deh! Ayo!" Ia memeluk tangan Hans dan menggiringnya menuju mobil.

"Aku suka nih Bee yang gini-gini," goda Hans lagi hingga membuat Violla tersipu.

Dari jarak yang cukup tepat untuk bersembunyi, seorang laki-laki yang tertangkap basah oleh wanita yang ia sayangi memperhatikan Violla dengan mata berkaca. Ufi terlalu penakut untuk menyentuh hidup Violla yang sudah berwarna, ia tak mau menularkan abu-abu lagi di hidup wanita itu. Namun, di satu sisi Violla tak pernah bisa terganti di hati Ufi.

Setelah wanita itu pergi, Ufi tersenyum pahit. "Kamu nggak ingkar janji, Vi. Kamu tetap baik-baik saja seperti apa yang kamu bilang empat belas bulan yang lalu. Beruntung laki-laki itu memilikimu ...  dan aku bersyukur Adam nggak sama kamu sekarang."

Ufi menoleh ke tempat semula Violla berada. "I love you." Kemudian air matanya jatuh dari sisi kanan, betapa ia sangat mencintai Violla meski sangat menyakitkan.

-= SELESAI =-
.
.
.
a/n

Terima kasih sudah membaca cerita ini hingga akhir. Terima kasih sudah selalu setia menunggu.
.
Apa yang kalian pelajari dari kisah ini?
.
Apa kalian menikmati ceritanya?
.
Tulis perasaan kamu setelah berhasil menamatkan cerita ini, jawaban yang bagus akan aku pasang di halaman awal cerita ini.
.
Mari ajak teman-teman dan yang lainnya untuk membaca MEMORABLE NIGHT
.
Aku tidak tahu kapan dan di cerita mana akan membuat akhir yang bahagia. Tunggu saja. Follow aku dulu tentunya.
.
Salam:
Pai.

Memorable Night #N1 ( LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang