"Maaf ...."
"Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!"
Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi model, Violla Sanjaya justru mendapat dua malapetaka yang tidak pernah ia duga: 1) hampir kehilanga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
* Mohon koreksi jika ada kesalahan dalam penulisan bahasa asing -------•-------
Akhirnya setelah satu jam di perjalanan Violla sampai di sebuah rumah bergaya minimalis yang ukurannya lumayan besar. Di mana tempat ini merupakan rumah dari kedua orangtuanya, Violla memilih pergi ke sini sementara untuk menghindari Robin, sekalian menjenguk orang yang sudah membesarkannya.
Seketika bayang-bayang peristiwa kemarin yang sedari tadi singgah di benak Violla lenyap kala Clara membuyarkan lamunannya. "Oh, udah nyampe."
Clara mengembuskan napas, prihatin. "Vi, udah dong jangan kayak gini. Keputusan lo buat putusin si brengsek itu udah tepat, kok."
"Iya, Ra." Violla melepaskan seat belt yang mengekang. "Gue cuma butuh waktu buat nerima itu semua."
Clara mengikuti sang model keluar mobil. "Tapi setelah cuti, lo nggak boleh sedih-sedih kayak gini lagi, ya? Promise?"
"Iya ...." Violla mengeluarkan koper-kopernya dari bagasi dibantu teman di sampingnya. "Sori, ya, Ra, gara-gara gue agensi jadi nyuruh lo pindah tugas."
"No problem. Ngawasin orang-orang yang casting doang bukan masalah besar." Clara bicara seolah itu adalah hal kecil, tujuannya hanya agar Violla merasa baik-baik saja. "Daripada gak ada kerjaan, kan? Eh tapi lo beneran mau balik lagi pas acara fashion show-nya Mas Johan? Berarti pas peluncuran iklan lo nggak bakal datang?"
"Beneran lah. Jadi semua jadwal gue dua minggu ke depan tolong kosongin aja, ya? Gue benar-benar butuh waktu buat sendiri dulu." Violla menutup pintu bagasi, semua barangnya sudah dikeluarkan.
"Iya tenang, Pak Emi juga ngerti 'kok kalau soal itu. But, I will miss you so much ...."
"Lebay lo ah." Violla terkekeh sejenak, lalu menjinjing koperya. "Mau masuk dulu?"
Ponsel Clara tiba-tiba berdering. "Sebentar, Vi." Ia mengangkat telepon dari orang yang baru saja mereka bicarakan. Pak Emi menyuruh Clara untuk segera kembali dan ia ditugaskan membantu pemotretan untuk foto kalender tahunan yang ternyata modelnya diganti jadi bukan Violla. "Yaah, Pak Emi nyuruh gue buru-buru balik ke kantor, katanya photoshoot buat kalender tahun depan tetep dilaksanain hari ini. Tetep di Anyer."
"Spesial banget kayaknya hari ini buat dia. Ya udah, cepet balik!"
Clara memeluk Violla sejenak. "Baik-baik ya lo di sini." Ia lalu berjalan menuju mobil.
"Enak aja, lo pikir gue anak nakal?" timpal Violla bercanda. "Hati-hati!"
Suara mesin yang dihidupkan terdengar, Clara melambaikan tangan lalu dalam sekejap mobil hitam itu sudah lenyap ditelan tikungan. Berat memang keluar dari zona nyaman, tapi bukankah ini keinginan Violla kemarin? Hidup hanya untuk menikmati hidup? Ia bisa melakukannya sekarang meski hanya beberapa hari saja.