"Maaf ...."
"Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!"
Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi model, Violla Sanjaya justru mendapat dua malapetaka yang tidak pernah ia duga: 1) hampir kehilanga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOW PLAYING
AFGAN - Kudengannya Kau Dengan Dia
00:00 •───────── 05:03 |◁ II ▷|
-= HAPPY READING =-
Akhirnya, hari yang tidak pernah Violla tunggu tiba juga. Hari sabtu yang amat mengerikan dan tak pernah diharapkan. Biasanya sabtu adalah hari yang tepat untuk melepas penat, tapi sabtu kali ini adalah sabtu yang membuat bebannya semakin berat.
Jika saja Violla punya granat, sudah pasti ia lemparkan ke kumpulan meja di sana agar acara bubar dan lamaran dibatalkan. Tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa, ia pernah berontak sekali lagi agar pertunangan dibatalkan, tapi Papa dengan gila mengancam akan menjatuhkan perusahana Ufi. Seharusnya Violla tahu Papa akan berbuat lebih dari ini jika pada anak perempuannya saja ia tak segan-segan melayangkan tamparan.
Violla ingin Ufi baik-baik saja, ia tak mau perusahaan yang selama ini susah payah Ufi kembangkan hancur gara-gara papa. Meski yang dilakukan Ufi padanya sangat menyakitkan, tapi gara-gara Ufi Violla tahu apa itu ketulusan.
Sejak tadi wanita itu make-up tapi tidak pernah benar hasilnya karena Violla dengan pakaian long a line off the shoulder dress itu selalu mengeluarkan air mata. Violla ingin mengulur waktu, tak peduli Papa akan berbuat apa setelah acara tidak jadi digelar. Lagi lagi-lagi ia mengusap pipinya untuk yang ke dua belas kali, tim make-up tak ada yang protes meski sudah lelah dan tampak putus asa memoles wajah Violla yang memerah.
Tiba-tiba riuh rendah terdengar sampai ke dalam ruangan, padahal gedung yang Papa sewa cukup besar sampai dekorasi ruangannya saja mencapai jumlah yang tidak sedikit. Mungkin biaya yang dikeluarkan Papa sekarang tidak sebanding dengan hasil yang akan didapat setelah Danu dan Papanya Adam bekerja sama.
Gaduh dari luar terdengar semakin menjadi-jadi, Violla ingin melihat kekacauan apa yang sedang terjadi, mungkin saja ia bisa menyelinap keluar dan meninggalkan tempat ini. Tunggu ... perihal pergi dan meninggalkan, sepertinya Violla harus memupuskan rencana itu dari otaknya. Kadang kesempatan memang memberi jalan, tapi jalan yang diberikan juga tidak selalu mendapatkan hasil yang baik, tak jarang kesempatan malah membuat semuanya semakin rumit.
Violla berdiri, telanjur penasaran. Hatinya merasakan sesuatu dan rasanya ada yang begitu dekat dengan dirinya dari kegaduhan sana. Namun, niatnya untuk hanya sekadar melihat siapa yang tengah mengacau itu saja sepertinya harus ditunda karena Papa kini berada di ambang pintu ruang make-up.
"Tolong tinggalkan kami sebentar," titah Danu dengan sebuah laptop putih di tangannya.
Seketika ruangan sepi, mereka menutup pintu, seolah percakapan yang akan terjadi adalah sebuah obrolan penting yang jangan sampai diketahui siapapun.