-= MEMORABLE NIGHT =-
"Pak, Mr. Mallory minta preview foto revisi desain tas baru kita," kata Yayan terus terang saat atasannya sibuk memeriksa berkas-berkas laporan dari divisi. "Katanya sekalian sama modelnya juga. Mereka nanyain terus, Pak."
Ufi melepas kecamatanya lalu ia letakkan di atas meja kerja. "Aduuh, Yan! Kamu coba kasih penjelasan lagi ke dia, tahu sendiri 'kan kalau kita lagi nggak ada model. Saya pusing, Yan!"
"Ini sudah ketiga kalinya kita ngulur waktu, Pak. Kalau terus-terusan begini bisa-bisa proyek kerja sama kita dibatalkan. Perusahaan bisa kehilangan tendernya." Yayan menutup lembaran data di tangannya. "Modelnya kita ganti aja gimana, Pak?"
"Kalau segampang itu, saya juga gak akan sepusing ini Yayan!" Satu tangan Ufi memijit keningnya, ia berusaha mendapatkan pencerahan dari apa pun yang kini ia lakukan.
Kepala rasanya mau pecah, fokus untuk bekerja tanpa beban saja sudah terbagi bercabang lebih dari dua. Ufi sudah berusaha agar bertemu Violla bagaimanapun caranya tapi usahanya selalu gagal, entah itu cuaca atau memang jadwal padat Violla. Sampai sekarang, Ufi masih merasa hanya Violla yang mampu meningkatkan penjualan perusahaan, makanya tak mudah baginya untuk mempercayakan sesuatu yang sudah besar pengaruhnya pada orang lain.
Yayan terdiam, atasannya akhir-akhir ini cenderung lebih pemarah dan mudah berubah suasana hatinya. Pernah ketika pulang dari Jakarta sore hari, Yayan melihat Ufi merokok di atap setelah semua karyawan pulang dengan raut kacaunya. Ia tercengang karena tidak tahu jika Fikar adalah seoramg perokok, ia kira hidupnya benar-benar sehat.
"Ya... terus gimana, Pak, kalau Mr. Mallory kekeuh sama keputusannya?"
Ufi mengerjap. "Minta waktu satu minggu lagi, habis itu terserah dia mau batalin proyeknya atau enggak. Saya benar-benar bingung dengan masalah ini! Argh!" Pria itu menggebrak meja.
Yayan mengangguk, tak ingin memperkeruh suasana. "Baik, Pak."
Ufi menyandarkan tubuhnya ke kursi setelah Yayan pergi dari ruangannya. Masalah datang silih berganti, setelah Papa masuk rumah sakit lagi kini dia harus mencari model baru untuk perusahaan agar tender yang susah payah mereka kerjakan tidak berakhir dengan pembatalan.
Hari ini adalah hari ke lima setelah Ufi menaruh bingkisan itu di apartemen Violla, tapi sampai sekarang tidak ada respons apa-apa. Sepertinya wanita itu benar-benar serius dengan apa yang dikatakannya, perasaanya dengan cepat berubah dan permintaan Ufi terdengar seperti bukanlah hal yang harus ditanggapi.
"Pak, Mr. Mallorry cuma ngasih tiga hari. Gimana ini, Pak?" keluh Yayan setelah membuka pintu masuk.
Ufi mencelus. "Langsung dia bales? Secepat itu?"
"Iya ...." Yayan mengangguk sama khawatirnya. "Pak, nggak mau hubungin ...." Perkataannya tertahan, "Mbak Sisca aja?"
Ufi menoleh dengan mata tajamnya, ia tampak kesal karena lagi-lagi yang keluar dari asistennya selalu merujuk pada wanita itu. Ia tahu Sisca pasti profesional tapi ia tak yakin luka masa lalu mampu membuatnya bertahan lama melihat mantan kekasih yang sudah mengkhianati bekerja bersama ia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable Night #N1 ( LENGKAP )
Romance"Maaf ...." "Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!" Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi model, Violla Sanjaya justru mendapat dua malapetaka yang tidak pernah ia duga: 1) hampir kehilanga...