* Mohon dikoreksi jika terdapat kesalahan dalam penulisan.
-------•-------Pemilik mata di depan Violla terus saja memperhatikan tampilannya yang duduk bersebrangan. Di sisi kanannya terdapat Ufi yang gugup, padahal ini hanya pura-pura dan cemasnya sudah berlebihan. Apalagi kalau sungguhan? Bisa-bisa jantung Ufi melompat dari tempatnya.
"Kamu benar pacarnya Fikar? Tante tahu kamu lho dari majalah."
Sekarang waktunya Violla mulai berpura-pura menjadi kekasih Zulfikar Kartawidjaya. Masalah lancar atu tidak? Tuhan pasti membantu mereka yang sedang kesusahan. Lagipula ini tidak terlalu menegangkan baginya, semuanya masih terlihat biasa saja toh Miranda tidak suka memakan daging manusia, jadi bisa dijamin secara fisik ia akan baik-baik saja.
"Iya, Tante. Senang bertemu dengan Tante." Violla tersenyum ramah, dia sangat pandai berlakon.
"Fikar! Kamu tahu Violla dari mana?"
Ufi lupa kalau ibunya fashionista, jelas saja kalau dia tahu Violla. "Sebenarnya, aku sudah kenal Violla cukup lama, Bu. Cuma belum berani bilang saja sama Ibu."
"Kamu ini! Ibu kan jadi nyangkanya kamu nggak suka cewek. Ternyata Ibu salah, ya? Pilihan kamu ini cantik sekali," puji Miranda mengelus tangan wanita muda di depannya.
"Makasih, Tante." Violla tersenyum sampai matanya menyipit.
"Violla? Benar kamu pacar Fikar?"
Violla mengangguk.
"Kamu nggak bohong sama Tante?"
"Maksudnya Ibu nggak percaya sama aku? Demi Ibu lho aku beranikan diri nyatain perasaan agar Violla mau jadi pacar aku."
Miranda menatap wajah putranya dengan tatapan tak acuh. Kemudian kembali menatap Violla yang ia tahu adalah pacar anaknya. "Kamu kenapa pilih Fikar?"
"Karena Fikar laki-laki yang baik, Bu. Dia bertanggung jawab juga penyayang."
Miranda terdiam. "Kamu tahu Fikar tanggung jawab dari mana?"
"Banyak yang sudah Fikar lakukan untuk saya. Contohnya saja dia bertanggung jawab atas ucapannya pada Ibu, kan? Saya sedikit tahu kalau Fikar berjanji mau bawa seseorang yang ia cintai kepada Ibunya. Dan saya beruntung, sebab Fikar memilih saya."
Wanita berambut bob sebahu itu mangguk-mangguk. "Fikar ... Ibu nggak nyangka kalau kamu bisa menemukan seseorang yang pengertian seperti Violla. Ibu nggak akan jodoh-jodohin kamu lagi."
Fikar membelalak. "Serius, Bu?"
Miranda menggangguk yakin.
"Makasih, Bu." Kepala berambut klimis itu tak henti-hentinya mengangguk rendah saking senangnya.
Violla yang mendengar juga ikut senang. Entah kenapa, meski pura-pura tapi perasaannya terbawa juga.
"Oh iya. Ini Ibu kembalikan." Miranda merogoh tasnya kemudian mengasongkan sebuah kunci di atas meja ke hadapan putranya. "Ibu rasa kamu butuh ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable Night #N1 ( LENGKAP )
Romance"Maaf ...." "Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!" Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi model, Violla Sanjaya justru mendapat dua malapetaka yang tidak pernah ia duga: 1) hampir kehilanga...