44 | Cemas, Risau, Khawatir

2.9K 244 6
                                    

NOW PLAYING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NOW PLAYING

Suara Hujan Instrumental

-= Happy Reading =-

"Violla, tolong katakan sesuatu."

Violla berusaha membuka mulutnya untuk menyahut, tapi semakin ia berusaha suara menyedihkan itu semakin gila mendobrak pertahanannya. Ia ingin menangis, tidak mendengar suara Ufi berhari-hari rasanya seperti ditinggalkan di dalam gua sendirian.

I'm afraid, Fi. Tangisan Violla kembali berjatuhan, ia tak sanggup jika harus bicara.

"Vi ... di sana hujan?" Cemas Ufi kala mendengar bunyi air semakin menderas. "Vi, you're not alone right? Kamu nggak sendirian kan di sana? Vi? Tell me something."

Sendirian? Sebenarnya tidak bisa dikatakan begitu karena banyak orang di sana. Clara juga sepertinya mulai berjalan mendekat, tapi Violla tetap merasa sendiri sebab tak ada yang mengerti perasaannya.

"Aku suruh Yayan buat nemenin kemu ke sana ya?"

Air mata terjatuh semakin deras saja, tapi Violla tetap mengubur isakannya.

"Atau aku harus pulang sekarang? Aku akan lakuin itu kalau kamu minta. Vi ... tolong jangan menangis.  Aku di sini kayak orang kehilangan akal.  Selalu kamu yang aku cemaskan. Klienku ngajak kamu untuk datang, jadi niatnya aku akan nyuruh Yayan untuk jemput kamu besok. Tapi kayaknya aku akan pulang saja sekarang."

No! Violla tahu bagaimana susah payahnya Ufi agar bisa melakukan perjalanan bisnis ini, meski ia tak tahu Ufi di mana tapi ia yakin ini mengenai sebuah rencana besar yang sudah ada di daftar rencana pria itu. Meski kenyataan yang Ufi perbuat pada Violla itu sangat menyakitkan tapi bagaimanapun juga ia menyayanginya, ia tak mau Ufi gagal. Sungguh, ia juga selamat berkat Ufi meski dipikirkan tergambar seperti konspirasi.

"Aku akan ikut Yayan. Jadi apapun yang terjadi kumohon jangan kembali sebelum urusannya selesai." Hampir terbata-bata Violla bicara, antara takut dan tak bisa berbuat apa-apa.

"Aku akan pulang, Vi. Aku cemas, aku khawatir kalau kamu nggak baik-baik saja."

Jika Ufi pulang dan gagal dengan urusan bisnisnya, hak itu akan membuat Violla semakin tersiksa. Ia sudah menjadi penghalang kepergian Ufi dan kini akan menghancurkan rencana bisnisnya? Violla yakin ia tak bisa memaafkan kelakuannya kalau sampai hal itu terjadi.

"Kalau kamu pulang, aku akan terus menagis karena bisnismu gagal di sana. Jadi jangan terlalu cemas. Kita akan sama-sama baik-baik saja setelah bertemu." Sulit sekali mengatakan kalimat itu, bahkan Violla muak dengan omongannya sendiri. Bohong kalau ia tak sakit hati.

Brak!

Tiba-tiba ponsel yang tergeletak di terotoar hancur dihantam baseball bat sampai kehilangan nyalanya. Kemudian ponsel itu dipukul ke tengah jalan sampai terlindas kendaraan.

Memorable Night #N1 ( LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang