NOW PLAYING
Siffah Harun - Selalu Sabar
1:05 ───|────── 04:34
|◁ II. ▷|-------•-------
"Yan, kamu masih nyimpen nomor orang di toko kado?"
"Nggak saya save, sih, Pak. Tapi kayaknya ada di riwayat panggilan. Kenapa gitu?"
"Kamu coba hubungin lagi."
"Oke, Pak, bentar." Terdengar bunyi tut kecil beberapa kali, tak lama dari itu Yayan kembali. "Nomornya nggak bisa dihubungi, Pak."
Ufi menggeram kesal. "Pasti karena berita yang mulai tersebar," gumamnya.
"Bapak nggak diam-diam nyuruh dia buat lakuin itu tanpa sepengetahuan saya, kan?"
Panggilan dimatikan. Sepertinya memang harus ia pastikan sendiri ke tempat kado itu, mungkin kalau bertemu langsung akan jauh lebih jelas keadaannya. Tak menunggu lama Ufi keluar dan menemui Violla karena pasti ini panggilan penting untuknya.
"Violla!" pekik pria itu dengan berjalan tergesa menghampiri sampai membuat aksi Violla terhenti. Benda pipih mengilat itu kini berpindah tangan. "Kamu tahu nomor itu? Ternyata dari tadi nelepon. Terakhir kali satu jam yang lalu. Maaf nggak keangkat karena hpnya aku silent. Salah satu pesannya nanyain kamu, memangnya kamu nggak hubungin dia? Hp yang dibeli kemarin nggak hilang, kan?"
Astaga! Bagaimana mungkin pikiran Violla terhenti hanya pada lingkup perasaannya sendiri, ia tak ingat untuk mengabari Clara dengan ponsel barunya. Pantas dia menghubungi ke nomor Ufi karena Clara hanya tahu nomor itu yang Violla gunakan, agensi pasti terkejut mendengar kabarnya yang mulai diberitakan lagi.
"Aku pinjem dulu, ya." Violla menjauh agar bisa berbicara dengan Clara. Asistennya itu pasti kelimpungan setengah mati karena banyak mendapat pertanyaan dari media pun juga agensi.
Panggilan pertamanya tidak menuai respons apa-apa, panggilan kedua ponsel Clara terus berdering dan di detik berikutnya baru mendapat jawaban. Dengan perasaan bersalah ia bertanya, "Hallo, Ra?"
Tapi di seberang sana, Clara tak menjawab apa-apa.
"Sori baru bisa hubungin sekarang." Suara rendah yang getir jadi terdengar halus, Violla tahu Clara sedang marah sekarang. Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok yang menjadi sekat rumah. "Ra ... lo di sana, kan?"
Tetap tak ada sahutan. Ini sudah pasti Clara sedang marah, Violla ingat tadi panggilan yang tidak terjawab sampai dua puluh kali, dan pesan sampai menyesakki ruang obrolan Ufi. Tapi mana ia tahu, pesan itu tak sampai ke ponselnya, Ufi juga tidak mengingatnya dan semesta tak mau mempermudah.
Tak lama, suara isak tangis terdengar meski agak ditahan-tahan. "Ra ... lo nangis?"
Hening sesaat, Violla sengaja tak menambahkan ucapannya karena ia tahu Clara sedang berusaha mengeluarkan kata-kata. Sampai satu menit berlalu dan Clara menyahut sendu. "Lo tahu betapa sulitnya gue sekarang, Vi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable Night #N1 ( LENGKAP )
Storie d'amore"Maaf ...." "Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!" Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi model, Violla Sanjaya justru mendapat dua malapetaka yang tidak pernah ia duga: 1) hampir kehilanga...