08 | Penurunan Pendapatan

8K 568 95
                                    

* Mohon dikoreksi jika ada kesalahan dalam penulisan bahasa asing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* Mohon dikoreksi jika ada kesalahan dalam penulisan bahasa asing.
-------•------

Jika orang lain lebih memilih tinggal di tempat yang dekat dengan pekerjaan atau tempat-tempat yang menunjang kebutuhan, Ufi justru lebih memilih mengasingkan dirinya. Ia bukan sosok introver, tapi ketenangan setelah bekerja ia temukan di rumahnya yang sekarang. Bagi Ufi, kenyamanan adalah hal wajib sebelum memutuskan untuk menetap.

"Violla ... Violla...," lirihnya sembari mengetukan jari ke setir kemudi. Selama perjalanan menuju kantor, wanita itu terus berlalu-lalang dalam pikiran, Ufi mencoba mengingat masa lalu karena dirasa pernah bertemu, tapi usahanya gagal karena ingatan itu masih menutup diri.

Setengah jam kemudian, Ufi sampai di perusahaan. Setelah turun, ia langsung disampaki sekretaris di lobby.

"Pagi, Pak," sapa Yayan-sekretaris Ufi.

Ufi mengangguk lalu masuk. Sembari menunggu lift terbuka Yayan menjelaskan agenda bosnya hari ini, terlebih lagi perihal rapat nanti siang yang akan digelar. Lift terbuka, mereka memasukinya.

"Saya mau rapatnya dimulai sekitar jam sepuluh. Tolong disiapkan."

"Baik, Pak. Nanti saya kasih tahu yang lain."

Kini mereka sampai di ruang kerja Direktur Utama perusahaan. Ruangan yang salah satu dindingnya terbuat dari kaca bisa menampilkan langsung pemandangan kota. Sedangkan di atas meja, tercetak nama Ufi sebagai Direktur perusahaan tas yang namanya sudah cukup dikenal industri pasar Indonesia.

Ufi membuka jas dan menyimpannya. Setumpuk berkas di meja sudah menunggu untuk segera diselesaikan. Ia mengambil pulpen dan mulai menandatangani juga membaca beberapa lembar berkas agar tidak terjadi kesalahan. Di sampingnya, Yayan terus menjelaskan beberapa hal mengenai apa yang mungkin belum diketahui Ufi, tapi sepertinya tidak didengarkan. Pria itu sibuk dengan pekerjaannya sampai apa yang Yayan katakan dianggap seperti angin lalu.

"Bagaimana, Pak? Good advice, right?" tanya sang sekretaris dengan seringaian sebab apa yang ia jelaskan dirasa sangat luar biasa panjang dan cemerlang.

Ufi menoleh tanpa ekspresi. "Kamu memangnya ngomong apa? Bisa diulangi? Saya nggak dengar." Kemudian matanya kembali pada kertas di tangan.

Yayan menghela napas gusar. Ingin memaki secara langsung tapi ia lakukan dalam hati. Ulangi? Setelah saya bicara panjang lebar dan di tidak mendengarkan? Sial!

***

Violla mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang ia bawa dari toilet menuju ruang TV dengan langkah yang masih terlihat sakit-sakit. Sampai sekarang Violla masih tak percaya permintaanya benar-benar terwujud, beberapa hari lalu ia ingin hidup tenang tanpa memikirkan pekerjaan dan Tuhan mewujudkan itu dengan cara yang tidak pernah diduga. Ia benar-benar tidak bisa mendengar kabar pekerjannya sekarang.

Memorable Night #N1 ( LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang