00 | Prologue

14K 703 40
                                    

Bukankah semuanya sudah kacau sejak awal. Jadi untuk apa semua ini aku pertahankan?

|Nay kecil|

~o0o~

"Anak sialan, mati kamu mati!" teriak murka seorang perempuan paruh baya.

"Kamu pembunuh!"

"Kembalikan putraku!"

"Pembunuh!"

Gadis kecil itu mengangkat wajah, setelah lama menenggelemkannya. Menatap penuh takut sosok perempuan yang nampak seperti monster di matanya.

"Kembalikan putraku, sialan!"

Prang.

Suara pas bunga yang di lempar, menyentuh lantai. Hampir pas itu menyentuh bagian tubuhnya, namun dengan sigap gadis kecil itu menarik tubuhnya.

"Kelahiranmu merusak keluargaku," Perempuan yang sudah berusia berkepala tiga itu kembali menangis histeris.

Gadis kecil itu terus menggelengkan kepala. Bukan dia bukan pembunuh, dia bukan perusak, dia tak tahu apapaun.

"Bunda➖"

Prang.

"Diam!"

Gadis itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Rasa ketakutannya semakin kentara, dengan kedua mata yang semakin berkaca kaca.

"Anak nakal, harus di hukum."

Gadis itu menggelengkan kepala, tidak.

Wanita paruh baya itu memdekat. menjambak rambut hitam pekat itu dengan sangat keras, pipi yang semulanya putih bersih kini nampak merah padam, akibat tamparan.

Gadis itu terus memberontak, mencoba menjauhkan badan kecilnya dari hukuman.

Namun semakin gadis kecil itu memberontak, semakin banyak siksaan yang dia dapat.

Dengan gerakan tak siap, gadis kecil itu terhuyung kebelakang saat dengan tidak punya hatinya perempuan paruh baya, yang dia panggil Bunda menyeretkan menuju kamar mandi. Melempar tubuh kecil itu, sampai punggung menabrak pingkiran bathup dengan sangat keras.

Gadis kecil itu semakin menangis histeris, saat rasa panas mulai menjalar di punggungnya.

"Bunda, bukan salah Nay?" katanya dengan sesenggukan.

Bruk.

Ember itu tepat melayang mengenai pelipis gadis kecil itu, membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

"Diam aku tak menyuruhmu bicara!"

"Setelah membunuh putraku, kau berniat membunuh putriku juga begitu!"

Gadis itu menggeleng di sela rasa sakitnya.

"Tidak➖"

"Kamu hampir membunuhnya sialan." teriak perempuan paruh baya itu semakin murka.

"Kau tahu, putriku sedang kesakitan di ruangan itu, sedangkan kau bersenang senang disini."

Tidak, dia tidak pernah bersenang senang.

"Kau lupa tugasmu Nay,"

"Tugasmu adalah menutupi semua lukanya, melengkapi semua kekurangannya dan menuruti apa yang di harapkan. Karena itu alasan kenapa engkau di lahirkan!"

Gadis itu mendongkan menatap Bunda. "Bunda aku juga putrimu."

Perempuan paruh baya itu memalingkan wajahnya. "Aku tidak punya putri sepertimu!"

Mata yang tertutup itu perlahan terbuka, genangan airmata berlomba lomba untuk turun membasahi pipinya.

Matanya menatap sungai yang mengalir deras di atas jembatan. Bukankah dirinya memang tidak berarti, dirinya sumber masalah dan kekacauan. Itu yang selalu bundanya bilang tentangnya. Kalau begitu pilihan ini tidak salah bukan, dirinya hanya berniat mengakhiri setiap rasa sakit yang diderita juga mengakhiri nasib buruk keluarga karenanya.

Dirinya bersiap melompat dari atas jembatan. Setelah ini dirinya tidak akan lagi merasa tersiksa.

"Lo ingin mati? gue bisa bunuh lo dengan mudah daripada harus susah susah loncat dari atas jembatan."

Gadis itu menoleh, menatap seseorang yang tiba tiba berbicara lurus sambil menariknya menjauh dari atas jembatan.

-

-

-

-

-

-

[GENESIS : 11 Agustus 2020]

Jangan lupa Vote dan coment untuk melanjutkan Chapter yang selanjutnya.

Kritik dan saran selalu aku tunggu. Semoga suka.
See ya:v


GENESIS [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang