25 | You Never know.

903 91 1
                                    

Orang orang menangis, bukan karena mereka lemah. Ini di sebabkan karena mereka menjadi kuat terlalu lama.

~o0o~

"Harusnya kamu coba kayak kakak kamu, dia gak pernah sedikit pun ngecewain Papa. Dia selalu membuat Papa bangga, apa kamu gak pengen kayak dia?"

Anak laki laki berusia genap empat belas tahun itu menghentikan acara makannya. Matanya menatap lurus pria paruh baya yang berbicara sambil mengambil lauk, tanpa menatapnya.

Laki laki remaja itu menatap datar, menghiraukan ucapan pria paruh baya, yang tak lain adalah Papanya. Tangannya kembali meraih sendok yang sempat ia tunda. Kembali memasukan makanan ke dalam mulut dengan khidmah, raut tenang seolah tak terganggu.

"Apa kamu akan tetap berada di garis yang sama, tidak ada sedikitpun kemajuan." pria paruh baya itu kembali membuka suara.

"Lihat kakakmu, apa dia pernah mengecewakan kami?"

Laki laki remaja itu mengikuti arah pandang Papanya. Disana terdapat kakak laki laki berbeda selisih tiga tahun dengannya. Kakak yang memang cerdas dalam kemampuan akademik, bahkan mendapatkan nilai tertinggi di kelulusan Sma kemarin.

"Jawabannya tidak. Dia tidak pernah membuat kami kecewa."

"Lihat Sepupumu, dia selalu membuat keluarga besar kita bangga. Apakah kamu tidak malu setiap saat selalu menjadi buah bibir kakek mu?"

Laki laki itu menghentikan acara makannya. Tanganya mengepal tanpa di sadari.

"Apakah kamu tidak ada niat untuk membuat kami bangga padamu, Rayyan?"

Wanita paruh baya itu kini menatap putra keduanya dengan pandangan intens. Semantara yang di tatap hanya menundukan kepala dalam.

"Pa, apakah juara satu dalam perlombaan Lari masih kurang?" tanyanya dengan kepala yang masih menunduk.

"Itu non Akademik, aku bertanya tentang nilai Akademik!"

"Pa, aku tahu nilai akademik ku kecil, tapi aku akan terus berusaha. Sampai aku bisa membanggakan kalian." kata remaja laki laki yang tak lain adalah Rayyan dengan tatapan menyakinkan.

"Kapan?" ujar pria paruh baya itu dengan kembali menyatakan pertanyaan.

Rayyan tidak menjawab, karena dia tidak tahu.

"Makanya jangan bergerak kayak siput. Orang lain udah hampir sampai di finish, kamu masih pemanasana di garis start!"

🌻🌻🌻

Rayyan Giovvano. Laki laki berusia genap empat belas tahun, di tahun ini. Menyukai warna putih, dan hobi berolahraga. Semua orang menyapanya Rayyan.

Laki laki yang mempunyai kulit berwarna putih itu terduduk gusar di banggu paling depan barisan kedua. Kepala nya tertunduk, dengan talapak tangan yang di satukan tanpa Orang orang sadari.

"Juara ke delapan, Galang Adwija."

Sorai tepuk tangan di kelas 8-A menggema. Seorang siswa berambut lepet melangkah kakinya mendekati pak Enjang dengan senyuman tipis, menyalami sambil mengucapkan terima kasih, lantas kembali ke bangku tempat di duduk dalam dua semester terakhir.

Rayyan terus menenggelamkan wajahnya, tak berani menatap ke depan. Sampai suara pak Enjang, semakin meruntuhkan pertahanannya yang semakin menundukan kepala. Dengan badan lemas Rayyan bangkit dari bangkunya, berjalan pelan menuju beberapa cm ke depan.

GENESIS [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang