Mimpi tidak memiliki tenggat waktu.
~o0o~
Althea menatap ke arah jendela kamar yang rusak akibat dari adanya sebuah leparan batu seseorang dari luar.
Tidur tenangnya harus terganggu, peluh sedikit membanjiri wajah. Althea bangkit dari tidurnya dan berjalan hati hati, agar kakinya tak mengenai serpihan kaca yang berserakan di lantai.
Netranya menatap ke area luar rumah. Gelap, hanya itu yang mampu Althea gambarkan tentang keadaan rumah orang tuanya dulu sebelum pindah. Orang tua Althea telah kembali ke solo, karena tugas pekerjaan ayahnya yang memaksa beliau untuk segera kembali.
Tatapan mengedar menatap semburat bayangan, berjalan santai menjauhi area taman rumahnya. Althea dapat melihat Orang itu menoleh, Althea memang tidak dapat melihat wajah orang itu karena selain karena gelapnya malam, orang itu juga memakai sesuatu seperti masker. Membuat Althea hanya bisa melihat iris matanya, walaupun agak kabur. Althea dapat memastikan orang itu memberikan sebuah senyuman, di lihat dari ekspresi matanya.
Sebuah senyuman menyeringai, yang entah artinya apa.
Pandangan kembali mengedar, ke seisi kamarnya. Sampai Althea melangkah sambil menjijit kakinya agar tak terkena serpihan serpihan kaca. Tangannya mengambil sebuah batu yang di baluti sebuah kertas berwarna seperti langit malam. Lagi, pikirnya dalam hati.
Tangannya dengan gesit membuka kertas yang telah di remas sebelum di pakai untuk membungkus batu. Batu yang sengaja orang itu lemparkan, ke bagian kaca tepat kamar Althea.
Aku meredup.
Udara, tanah, Air bahkan duniaku
Direngut paksa dariku.
Semua salahmu!🌻🌻🌻
"Darimana aja kamu?"Bertha menatap bundanya dengan pandangan tak terbaca. Kehadiran ayahnya di tengah tengah mereka adalah sesuatu hal yang amat langka.
"Anak gadis gak baik pulang malem malem."
Nayaka Kawilarang, ayah Bertha. Ayah yang selalu berdiri sangat jauh saat Bertha benar benaf butuh. Ayah yang selalu Bertha harap akan selalu menuntun jika dirinya melakukan kesalahan, ayah yang selalu Bertha harapkan kehadiran serta kasih sayangnya. Bertha yakin Nayaka sangat menyayanginya, walaupun cara menunjukannya salah.
"Aku➖" Shanaya berkata dengan kepala tertunduk.
"Masuk kamar." seruan Elsi, membuat Bertha segera berlari menuju kamar tanpa basa basi lagi.
🌻🌻🌻
"Bapak harap, kalian mau untuk bekerja sama."
"Ini bukan demi kalian, tapi demi nama baik sekolah. Tolong kerja samanya."
"Olimpiade ini menyantumkan sekolah sekolah terbaik, termasuk sekolah kita."
"Bertha bapak yakin, kamu gak akan pernah ngecawain saya."
Bertha menatap Arthur, kepala sekolah Sma Brianna sekaligus ayah Ariana.
"Saya yakin, kamu juga akan menjadi teman yang baik untuk menemani kelompok olimpiade Bertha, Rayyan."
Rayyan yang di panggil namanya menganggukan kepala singkat, menyanggupi permintaan kepala sekola.
"Saya harap kalian tidak mengecewakan saja. Terutama kamu Bertha, walaupun saya yakin, kamu tidak akan mengecewakan saya dengan ketangkasan kepintaranmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Genç KurguDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...