Jangan menutup mata, dengan apa yang kamu saksikan.
Jangan menutup telinga, dengan apa yang kamu dengar.
Semua hal punya alasan, setiap tindakan ada balasan.
Jangan menyimpulkan sesuatu dengan sekali pemikiran, kamu harus terus memutar pemikiran agar tidak menimbulkan kesalahan.➖Dari aku, dan setiap pemikiranku.
IchaRa.~o0o~
Shanaya berjalan memasuki rumah tepat pada pukul delapan malam. Wajah yang nampak lesu, tercetak jelas dari tubuh yang nampak sangat lelah. Matanya mengedar menatap sekitar, dia menghela napas kemudian melanjutkan langkahnya lagi dengan sangat cepat menaiki anak tangga.
Memasuki kamar di bagian kedua, pintu warna hitam lantas mengunci kamar dari dalam. Pandangannya Mengedar menatap isi kamar yang di penuhi oleh barang barang berwarna hitam.
Matanya mengerjap, tangannya terulur menyentuh bunga black rose yang terdapat di beberapa bagian kamarnya. Bertha membawa bunga blackrose yang berada di dekat nakas, ke tempat tidur. Tangannya terulur menggenggam erat, sebelum memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Sebelum masuk ke dunia mimpi, pintu di ktok dari luar membuat mata yang mulai terlelap kembali membuka dengan sigap. Naya bangkit dari ranjang king size, setelah meletakan bunga di atas nakas.
Pintu terbuka, menampilkan sosok seorang gadis seumuran dirinya tengah berdiri dengan wajah ragu.
"Nay, bisa bantu aku." katanya dengan suara pelan.
Naya mengangkat alisnya tanpa minat, menatap lekat sosok di hadapannya sambil menggelengkan kepala lantas berniat menutup pintu kembali. Bentuk respon menolak dengan gerakan tanpa kata.
Gadis itu menahan pintu, sebelum benar benar tertutup. Mata teduhnya menatap memohon, dengan tangan yang di satukan.
"Bantu aku, pilihin gaun buat bunda."
Naya menimang sebentar, sebelum kembali menggelngkan kepalanya. "Gue gak mau, Anna."
Pintu kamar telah tertutup sempurna, lantas Naya mengunci pintu dari dalam.
Tubuhnya merosot di balik pintu, pandangannya menatap langit malam di balik kaca jendela yang tidak di tutupi gorden.
"Kak natta, i miss you."
🌻🌻🌻
"Maksud lo apa?"
Bertha mengebrak meja, lalu menyingkirkan semua barang yang berada di meja kantin.
"Maksud lo apa sialan! majang rumor palsu tentang gue." katanya dengan nada suara yang semakin meninggi. Membuat kantin yang tadinya heboh langsung menjadi hening, serta memusatkan pandangan mereka menatap kericuan yang terjadi.
"Kenapa lo nyolot le gue, gue gak tahu apa apa." ujar orang yang di lambrak dengan nada suara yang masih tenang.
Bertha berdecih. "Gak usah sok polos lo, lo pikir gue gak tahu kelakuan sialan lo itu."
"Jangan asal nuduh, apa lo punya bukti." tanya orang itu dengan alis tertaut, masih dengan pembawaan yang tenang.
Bertha terdiam beberapa saat, membuat senyum miring tercipta di bibir tebal perempuan dengan raut wajah tenang.
"Makanya jadi kalau jadi orang, mikir sebelum bertindak. Jangan asal nuduh, jadinya malu sendiri, kan?" Perempuan itu menaikan alisnya menantang.
Bertha bersedekap dada. "Lo pengen bukti yang kayak gimana? Bukti setiap malam lo masuk hotel sama om-om, bukti setiap malam minggu lo pergi ke club, atau bukti lo gak suci lagi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Подростковая литератураDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...