21 | Gray in my Feeling.

917 86 2
                                    

Kamu memiliki tiga pilihan dalam hidup. Menyerah, menyerah atau memberikan semua yang kamu punya.

-Sea

~o0o~

Olivia mundur dengan langkah tertatih, pandangannya mengerjap ke kanan dan ke kiri dengan gurat takut. Sampai tiba tiba punggungnya menabrak sesuatu yang sangat keras membuat Olivia terjatuh ke depan.

"Butuh bantuan?"

Olivia menghela napas gusar, lututnya sakit karena menubruk lantai. Dengan perasaan tak menentu Olivia membalikan tubuhnya perlahan untuk melihat seseorang yang dia tabrak juga yang menawarkan sebuah bantuan.

Olivia meneguk ludah, saat yang berhasil dirinya tatap menyeringai di balik pakaian serba hitam yang di kenakan.

Tangan Oliv bergetar saat pisau yang memiliki tetes tetes darah di ujung runcinya. Oliv menyeret tubuhnya membawa mundur, menjauhi orang itu.

"Mau lo apa?" tanyanya dengan suara bergetar. "Jangan ganggu gue."

"Singa takan menerkam mangsa, jika kehadiran mangsa itu tidak membuatnya terbangun dari tidur panjangnya." ujarnya sambil terkekeh miring, tangan kanannya senantiasa mengusap pisau dalam genggamannya. Dengan sesekali mata orang itu melirik Olivia, membuat Olivia siaga.

"Mau lo apa?" tanya Olivia dengan keringat dingin yang sudah memenuhi pelipisnya.

"Lo!" sarkasnya cepat.

"Kenapa gue? kalau gue punya salah sama lo, gue minta maaf."

Orang itu terdiam tak membalas. Langkahnya dibawa semakin mendekat kepada Olivia yang berlingsur mundur. Tangannya dengan cepat meraih kerah kemeja yang dipakai olivia, wajahnya mendekat membisikan sesuatu di telinga Olivia.

"You'll die!"

🌻🌻🌻

Pagi telah datang kembali, dimana biasanya untuk ukuran anak remaja mereka telah bersiap untuk kesibukan persekolahan. Berbeda dengan seorang remaja laki laki ini yang hanya diam, duduk di tepi ranjang sambil menatap mentari dari jendela kaca yang terbuka.

Dua minggu yang telah sosok itu tunggu akhirnya datang menghampiri. Tidak ada waktu yang lebih lama dari waktu yang memang kita tunghu tunggu kedatangannya. Namun waktu yang telah lama dinanti, nampak tidak se-spesial untuk di jalani. Banyak perasaan kelabu yang terus senantiasa menghampiri. Akankah semua orang akan menerima, pria cacat mental seperti dirinya?

Pertanyaan itu selalu berputar di dalam benaknya, sampai rasanya pria itu ingin waktunya kembali berhenti. Rasanya seperti ingin menghirup dunia luar, dirinya urungi. Untuk apa? Untuk menambah rasa sakit?

Netra hitam pekat itu perlahan terbuka, sedikit terkejut saat matanya menangkap seseorang berdiri di samping kanannya sambil menutup mata. Senyuman tipis terukir, setidaknya ada dia bukan?

Dulu sewaktu dunia menolah, hanya dia yang suka rela selalu merentangkan tangan. Dulu saat semua orang mendorongnya sampai titik terendah, hanya dia satu satunya orang yang membantunya untuk kembali berdiri tegak. Dulu saat semua orang memusuhinya, hanya dia yang dengan berani menemaninya.

Katanya, 'orang yang gak pernah punya rasa sakit mana ngerti rasa sakit yang dialami orang lain. Hidupnya hanya tentang dirinya, kebahagiannya dan kepuasannya.'

Perlahan tangan pemuda itu menyentuh lembut bahu gadis yang berdiri di sampingnya dengan mata terpejap. "Are you okay?"

GENESIS [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang