35 | Abstrak!

828 90 0
                                    

Hal tersulit di dunia adalah memperbaiki hati yang tidak engkau hancurkan sendiri.

~o0o~

Pamela tersenyum senang. Netranya tidak lepas dari Arka yang berjalan menjauh, bahkan sampai punggung Arka tak terlihat. Pamela tetap menatapnya dengan pandangan Menang.

Tangannya bersedekap. Menatap Vega yang menunduk dengan air mata yang mengalir deras, dengan pandangan menilai. Kesenangannya semakin mumbuncah apalagi saat Rayyan, Gema dan Althea tetap berdiri di tempat tanpa adanya rasa untuk merengkuh tubuh Vega yang bergetat hebat.

"Kalian tahu, bukan cuman itu alasan gue benci Bertha. Bukan cumana karena gue suka sama Arka."

Seluruh murid yang masih berkerumun mengalihkan perhatiannya ke arah Vega yang sejak kepergian Arka terdiam cukup lama. Akhirnya membuka suara.

Pamela mengangkat dagu angkuh, seolah apa yang akan di ucapkan Vega hanya lolucun semata.

Vega mengkat kepalanya. Menatap satu satu persatu orang yang berada di sekelilingnya dengan pandangan datar. Tidak ada lagi airmata yang mengalir. Hanya tertampik kebencian yang mendalam.

"Gue benci dia yang selalu satu langkah di atas gue. Bukan cuman lo Ray, yang merasa tersaingi sama dia, tapi gue juga. Apa yang gue suka selalu terambil alih, gue merasa gue gak papa kalau kejadiannya cuman sekali, mungkin bukan rezeki gue. Tapi ini selalu berulang bahkan sampai saat ini. Gue rasa, yang gue rasa gue perlu nyingkirin dia."

"ITU BUKAN SALAH BERTHA. TAPI SALAH LO SENDIRI. SALAH LO KENAPA LO GAK MAMPU NGELAKUIN APA YANG MAMPU BERTHA LAKUIN!" suara teriakan nyaring itu membuat beberapa pasang mata menatap Alvino, yang sedari tadi hanya terdiam di belakang Pamela.

Vega tak mengindahkan perkataan Vino. Netranya kini memandang ketiga mantan sahabatnya, yah mantan karena sebentar bersahabatan mereka akan berakhir kan?

"Awalnya rasa ingin menyingkirkan itu gak ada sama sekali meskipun dia selalu di atas gue. Tapi... Perlahan semuanya berubah apalagi dengan kenyataan gue bukan Vega Adasha Pratama yang punya segalanya lagi, semua hal yang menimpa gue belakangan ini ngebuat gue minder. Ditambah lagi..." Vega menghapus airmata yang tiba tiba mengalir dengan kasar. "... Orang terdekat gue pun gak ada di pihak gue, semua hancur."

Althea menatap Vega dengan pemandangan sedih. Althea ingin mendekat dan merangkul tubuh itu, tapi otak dan hatinya bertentangan.

"Gue berusaha mempertahankan apa yang gue punya dengan susah payah. Gue berusaha mempertahankan kalian berempat buat selalu ada di samping gue. Tapi lagi lagi gue kalah sama Bertha.  Gue kalah ketika tahu berdua..." Vega menunjuk Gema dan Rayyan dengan tatapan sendu. "Suka sama dia. Bahkan Arka."

Gema menatap Vega terkejut. Sementara sisanya menutup mulut tak percaya, sama seperti Althea. Althea rasa dunianya berputar. Apalagi ini.

"Gue..."

"Semuanya hancur lebur." Vega memotong ucapan Gema dengan cepat.

"Gimana bisa Gema dan Rayyan suka sama Bertha." Althea tidak bisa menahan rasa keingin tahunnya lagi. Dia terkejut.

Vega membenarkan tatanan seragam, lantai menampilkan raut sinis dan dingin yang tak pernah di tampilkannya kepada orang. "Jadi... Gue udah putusin... Seperti apa kata gue tadi. Kalau gue gak bisa milikin kalian dan ngecapai tujuan gue, makan Bertha pun sama."

"Lo gila..." Althea menyuarakan opininya yang di tahan sejak tadi.

Vega mengangguk sambil tersenyum getir. "Ya, gue emang gila. Gak usah sok polos Althea, Rayyan gak suka sama lo. Dia cuman nganggep lo sahabat paling mentok mungkin adik. Jangan terlalu berharap buat jadi pacarnya, lo bakal jatuh."

Althea menggeleng kikuk. "Gue e-ng-gak..."

"Cukup. Gue tahu Althea. Gue tahu lo suka sama Rayyan. Tapi Rayyan gak suka sama lo. Sama kayak gue, gue suka sama Arka tapi dia gak suka gue. Jangan terlalu berharap Rayyan gak bakal suka sama lo, karna dia cuman suka sama cinta pertamanya atau bisa dibilang pacar pertamanya."

Althea menggeleng tak percaya. "Rayyan gak pernah pacaran. Lo pasti bohong iya kan."

"Lo tahu bahkan Rayyan ninggalin dia setelah berhasil bikin dia kacau. Dia buat permainan. Dia ninggalin pacarnya setelah nilai  dia melonjak tinggi. Dia ninggalin dia cuman memamfaatin kepintarannya. Rayyan gak lebih dari laki laki brengsek yang rela ngelakuin apapun asal dia jadi nomer satu di sekolah! Terus lo tahu apa karma buat dia.  Dia benar benar jatuh cinta sama cewek itu, tapi sayangnya cewek itu buat benteng kokoh yang ngebuat Rayyan sulit merobohkan benteng tersebut. Bahkan untuk sekedar meminta maaf Rayyan gak dapetin itu. Dan lo tahu siapa cewek itu?"

Althea menggeleng. Althea rasa hatinya bergetar sakit. Orang yang Althea kira menyukainya, selalu membantu dan menyelesaikan masalahnya adalah orang yang mencintainya. Tetapi salah.

"Shanaya Bertha Olesia! Orang yang Rayyan benci sekaligus Cinta pertamanya!"

"Gak mungkin!" katanya dengan tegas. Althea berbalik menatap Rayyan yang terdiam membantu. Bahkan hanya untu sekedar membantah, Rayyan tak melakukan itu. "Rayyan itu hak bener kan?" lagi lagi Rayyan tak menjawab. Dan itu cukup membuktikan apa yang di ucapkan Vega memang benar adanya.

Bahu Althea melemas Althea tidak bisa lagi menahan airmatanya yang baru saja mengering untuk menvuat kembali. Cinta pertamanya? Tak terbalaskan. Althea merasa dunianya berhenti, dengan sekuat tenaga dia menahan diri untuk tidak jatuh disini.

Althea menutup mulutnya dengan kedua tangan. Berlari melewati kerumunan tanpa menoleh kebelakang. Hatinya benar benar mati.

Pamela bertepuk tangan keras. "Drama yang menarik. Tapi bakal jauh lebih menarik kalau lo gak bawa nama sahabat gue!" kata Pamela sambil menyindir Vega yang masih terpaku menatap kepergian Althea.

"Gue gak mau jatuh sendiri!" balas Vega tak nyambung.

Pamela terkekeh sinis. Vino di belakang Pamela menatap Geram perempuan berambut ikal di hadapannya. "Sekarang apa yang bakal lo lakuin."

Vega menatap Vino datar. "Nothing, untuk saat ini. Tapi kalu udah terlanjur basah, kenapa gak sekalian nyebur kan?"

GENESIS [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang