Jangan menghamiki tanpa bukti.
Siapa tahu, dia memang melakukan tapi tidak sampai melebihi batas.
Atau bisa sebaliknya, dia melakukan di tambah kesalahannya sudah melebihi batas wajar.
Kita tidak bisa menebak setiap kejanggalan yang terjadi.
Asumsi tidak dibutuhkan disini, hanya bukti yang akan menunjukan. Dia pantas untuk dihukun ataupun sebaliknya.➖IchaRa_
~o0o~
"Eh lo tahu gak, katanya saat kejadian Linggar yang loncat dari rooftop Bertha gak ada di sekolah."
"Iya, gue juga tahu dari kelas Ipa. Bahkan katanya sebelum kejadian, Thabina ngebanting pintu saat pelajaran bu Fatma."
"Eh, eh, gimana?"
Siswi yang ditanya melambaikan tangannya kepada siswi yang bertanya, seolah menyuruh agar mendekat.
"Jadi katanya waktu Bu Fatma ngabsen nama Bertha, Thabina sama Pamela diam aja. Eh waktu nama Thabina yang di absen, tiba tiba Thabina bangkit dari kursi, jalan dengan tampang datar tanpa izin dulu ke bu Fatma. Itu ngebuat Bu Fatma marah, dan nanya dengan nada tegas. Katanya saat pintu udah kebuka, Thabina ngelirik dengan sinis, sambil bilang, "Bukan urusan anda." lalu udahnya ngebanding pintu." jeda siswi itu dengan sekali tarikan napas.
"Emang ya, gengnya Bertha itu gak ada takutnya!"
"Iya, saat kejadian itu, Cuman Pamela yang tersisa di sekolah. Tapi yang bikin aneh, waktu itu orang orang pada ributkan buat ngeliat keadaan Linggar? Bahkan keadaan sekolah udah rancu banget. Beda sama Pamela, yang bahkan katanya keliatan santai aja, seolah kejadian Linggar yang loncat dari rooftop itu bukan apa apa. Malahan ya, katanya ada yang lihat, sebelum Pamela masang Airpod di telinganya dia kayak senyum misterius gitu."
Siswi yang mendengarkan hanya menggelengkan kepala.
"Dan lo tahu apa yang lebih mengejutkan lagi?"
Siswi yang di tanya hanya menggelengkan kepala. "Apa?"
Siswi bername tag 'Ayudia putri' melirik sekitar, memastikan bahwa sekitar aman.
"Katanya dua hari sebelum kejadian, Linggar datang ke kelas Ipa. Dia ngebuat keributan hanya karena nyari Bertha, waktu itu Bertha gak masuk sekolah. Linggar meluk kaki Pamela, gue gak tahu memohon apa, tapi Pamela langsung nyingkirin Linggar. Terus bilang gini, "Jangan sentuh gue." Terus gue denger Linggar itu ngucapin kata maaf, namun Thabina ngebalas gini. "Gak ada yang perlu di maafin dan di perbaiki disini." setelahnya gak ada perbincangan antara Thabina, Pamela dan Linggar. Karena setelah itu Thabina beradu argumen sama Rayyan, dan itu tentang pembenaran."
Althea menyelipkan rambutnya di telinga kanan. Entahlah Althea tidak bermaksud menguping, tapi pembicaraan anak kelas sebelas itu terdengar di telinganya.
Hari ini, hari ketiga semenjak Linggar Dinyatakan meregang nyawa dalam aksi meloncat dari rooftop sekolah. Hari pertama masuk sekolah, setelah tiga hari di liburkan.
Althea tidak bisa menyangkal apa yang dia dengar, karena jujur Althea juga sempat berpikiran seperti itu. Bahkan Althea melihat, Pamela yang berdiri di lantai tiga mengamati sekerumpulan orang yang mengerumuni Linggar, sebelum pada akhirnya memasuki kelas dengan Airpod yang telah terpasang di telinga. Althea melihat itu sebelum dirinya turun dari kantin lantai tiga, kantin yang dikhususkan untuk anak kelas sepuluh bersama sahabat sahabatnya kecuali Rayyan.
Setelah jenazah Linggar di amankan oleh petugas polisi. Althea kembali melihat Pamela yang berjalan santai di area lapangan dengan ransel di gendongannya, dan setelah itu sekolah benar benar di bubarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Teen FictionDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...