Semua yang dilakukan adalah bentuk pembenaran dari pola pikir masing masing orang yang bertolak belakang.
➖Thabina.
~o0o~
"Berhenti Ber, latihan hari ini selesai."
Bertha menulikan telinga. Tangannya meninju samsak dengan penuh tenaga, kakinya dengan cepat menendang berkali kali samsak tanpa ada niat akan berhenti. Bertha melakukan gerakan yang sama berkali kali, keringat telah membasahi area wajah. Baju polos yang di kenakan Bertha bahkan telah berubah basah sedari tadi.
"Penyebabnya adalah elo!"
"Lo penghancur dalam keluarga gue!"
"Anak pembawa sial!"
"Mati, kamu mati!"
Dugh.
Samsak tinju terlempar jauh, oleh tinjuan terakhir Bertha. Bertha menetralkan napasnya, sebelum membuang sarung tinju ke samping.
Bertha berbaring membentang menatap langit-langit ruang latihan. Matanya terpejap, guna menelisir rasa lelah. Bertha berkali kali menarik napas dengan sangat panjang, mencoba menstabilkan kembali pernapasannya.
Selang beberapa menit, seseorang menempelkan air mineral dingin di kulit pipinya membuat Bertha membuka kelopak mata.
Bertha bangkit dari duduknya, tangannya terulur mengambil botol minuman di tangan cowok itu dengan cepat. Meneguknya dengan sekali tegukan, sampai menyisahkan setengah dari seluruh isi air di dalamnya.
"Jangan terlalu maksain, lo juga harus istirahat." kata pria itu sambil menatap Bertha lekat.
Bertha menutup kemasan botol tersebut, lantas menaruhnya di samping kanannya. "Gue suka ngelakuin ini." ujarnya santai.
"Lo berlebihan Ber, dari tadi lo gak berhenti saat gue suruh."
"Gue lagi emosi."
"Kenapa?"
Bertha tak menjawab, Bertha meluruhkan tubuhnya kembali berbaring.
"Gue mau nginep di sini, bolehkan?"
"Kenapa gak pulang?" kata orang itu balik bertanya.
"Vin!"
🌻🌻🌻
"Jangan ganggu waktu belajar ipa 1,"
Aditia ketua kelas 10 Ipa-1 menatap geram, sosok gadis berperawakan tinggi yang terus merecoki kelas tanpa henti. Jangan lupakan tangisan gadis itu yang semakin menderas, membuat kelas semakin riuh.
Gadis itu mendorong bahu Aditia dengan keras sampai menabrak pintu kelas, secara otomatis pintu itu terbuka menampilkan kelas yang sedang belajar, walau tidak ada guru di dalamnya.
Semua murid kelas menatapnya aneh. Lingkaran hitam di bawah mata, tangisan yang menderai, juga pakaian yang bisa dikatakan jauh dari kata baik baik saja.
Langkahnya terhenti di bangku Thabina.
Thabina sedang asyik mencatat, dirinya tidak mendengar semua kericuan yang terjadi di kelas karena telinganya di sumpal menggunakan airpod.
Gadis itu menarik buku di atas meja kasar, membuat Thabina mengangkat wajah datarnya.
"Balikin buku gue!" kata Thabina dengan suara datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Novela JuvenilDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...