13 | Singa Betina.

1.1K 91 4
                                    

"Jawab, diantara kalian." Bertha menatap murka, dua orang siswi senior di hadapannya tanpa takut. "Siapa yang berani ngacak ngacak isi loker gue?"

"Kenapa lo nyalahin kita."

Bertha mengepalkan tangannya erat. Pandangannya menyapu sekitar dengan tatapan yang mengintimidasi. Seluruh murid yang berada di dalam kelas langsung bergerak menjauh, bahkan ada yang sudah berlari terbirit keluar, guna melindungi diri sendiri.

Bertha mengambil pot bunga kaca yang berada di meja guru, kelas 11 Ips 3. Melempar kelewat kasar mengenai dinding membuat semua orang yang berada di kelas 11 semakin menjauh.

"Gue tanya sekali lagi, siapa yang berani ngacak ngacak isi loker gue." Bertha menatap dengan tatapan tajam, mata keabuannya berubah menjadi merah.

Kedua siswi di hadapannya meneguk ludah kasar, bahkan salah satu dari mereka tubuhnya sudah bergetar.

"B-bukan gue." ujar orang yang terlihat sangat ketakutan, tubuhnya gemetar dengan kepala yang tertunduk dalam.

"Bukan kita, lo salah nyari orang." kata orang yang satunya lagi, dengan tampang malas bahkan terdengar malas menimpali.

"Lo pikir gue gak punya mata, sialan." umpat Bertha semakin tersalut emosi.

"Lho, gue kira lo gak punya mata." ledek siswi yang masih berani itu,dengan senyuman mengejek.

Brak.

Pintu lemari kayu di dalam kelas itu rusak, karena menjadi samsak kemarahan Bertha.

Seluruh murid yang masih berada di kelas, bahkan yang melihat lewat kaca menatap was was ke arah Bertha. Bisa mereka lihat tangan Bertha yang terkepal kuat.

"Kemarahan lo terbuang cuma cuma disini, lo salah ngelampiasin emosi lo."

Bruk.

Kakinya menendang dengan keras meja guru, membuat tumpuaan samping kanan patah. Meja guru Ambruk setelah kaki depan dan belakangnya yang terjatuh terlebih dahulu.

"Lo salah karena berurusan sama gue."

Dug.

Siswi yang memang sudah dari tadi ketakutan, memalingkah wajah. Saat matanya melihat kepalan tangan kanan Bertha, mengarah ke arahnya. Reflek mata itu terpejam rapat, di barengi dengan tangannya yang semakin gemetaran.

Dug.

Setelah beberapa menit di rasa tidak ada apapun yang mengenai pipinya, takut takut siswi itu membuka kelopak mata perlahan. Bukan apa, karena pukulan itu terdengar sangat keras. Siswi tersebut melebarkan matanya, saat menoleh ke samping kiri memastikan. Matanya terbelalak mendapati Whiteboard yang kini seperti akan terbelah, bahkan banyak bekas patahanan membentuk akar yang memenuhi papan tulis berwarna putih itu. Yang semakin membuatnya melebarkan mata adalah tanda merah darah di tengah tengah remukan bekas tinjuan. Dengan gerakan reflek pula, siswa itu menatap tangan bawah bagian kanan Bertha, yang sudah mercucuran darah.

Siswi bernama 'Arania Suhaa' semakin menegang ketakutan. Sungguh dia tidak ikut mengobrak abrik Loker Bertha, dia hanya menemani karena teman dekatnya memaksa.

Ditambahlah bergetar tubuh Arania, saat tatapan tajam itu mengarah padanya. "Lo," telunjuk Bertha mengarah pada Rania, "Pergi dari sini sekarang, atau➖"Belum sempat Bertha menyelesakain kalimat ancaman, Rania telah terbirit birit pergi dari sana.

Bertha memang sendirian sekarang, tidak ada Thabina ataupun Pamela. Bertha memang tidak memberitahu mereka, Bertha terlalu emosi saat sepulang dari toilet, netranya melihat Lokernya telah terobrak abrik. Sampai Bertha dengan keberaniannya menuju kelas yang dia yakini, orang ini yang membuat darahnya mendidih.

GENESIS [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang