"Udah lama."
Cowok itu menoleh saat punggungnya di tepuk dari belakang. Namun mendengar suara gadis yang memang dia tunggu, dia langsung menepuk tempat yang tersisa untuk perempuan itu duduk.
"Enggak." kata cowok itu menjawab pertanyaan gadis yang telah duduk manis di sampingnya.
"Maaf, aku telat." kata cewek itu sambil menundukan pandangan.
"Don't worry, i understand." ujar cowok itu sambil menggelengkan kepala. Tatapan matanya teralih menatap ke depan, lurus menikmati pemandangan di hadapannya yang memang sudah lama tak ia rasakan.
Angin sejuk membawa kesan tersendiri bagi dirinya. Itu adalah sebuah keistimewahan dimana ia bisa menikmati kembali dunia, setelah lama terkurung dalam sebuah balik kamar yang menyesakan.
Keindahan yang sangat jarang dia nikmati. Menikmati sinar matahari saja cowok itu sangat mensyukuri. Setelah semua masa kelam yang ia lewati, membuatnya belajar menikmati hidup itu sangat sulit.
Setelah menunggu lama di ruang gelap, pengap dan sendiri, akhirnya dia kembali menemukan cahaya.Walaupun hanya sekedar cahaya kecil, tapi jujur itu sangat berarti.
Dia sosok perempuan di depannya adalah satu satu cahaya di ruangan gelap itu. Dia satu satunya orang yang berani berdekatan dengan sosok kelam sepertinya. Dia bagaikan satu kunang kunang kecil di tengah hutan,cahaya yang dikeluarkan itu sangat berarti, setidaknya baginya.
"Are you okay?" tanya perempuan disampingnya sambil menyentuh pundak pria yang terus menatap kedepan.
"No, i am not okay." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.
"Everything will be fine, Now."
Cowok itu menoleh, menatap perempuan yang menemaninya dari masa terpuruk sampai dia mulai kembali baik baik saja.
"I am not sure." dia menggelengkan kepalanya. Gadis itu mengambil kedua tangan cowok itu, lalu digenggamnya erat. Mata gadis itu menatap tepat netra kelam dihadapannya sangat dalam.
"You should truth to me." pria itu menundukan kepalanya dalam. Demi apapun dia tak berani menatap netra yang kini menatapnya.
"Look at me," tak ada jawaban, gadis itu semakin menggenggam erat tangan pria itu untuk menyakinkan bahwa dia tidak sendirian. Ada dirinya disampingnya, itu yang harus pria di hadapannya tahu dan itu sesuatu yang nyata.
"I'm not ready to face people's hetred." ujarnya sambil menundukan kepala semakin dalam.
"I'm here, on your side. Don't listen to them." lelaki itu kembali tak menjawab.
"Lihat aku, kamu harus percaya sam aku. Jangan dengarin mereka, sekalipun dunia membencimu, aku akan tetap disini, di sampingmu." gadis itu berucap dengan sungguh sungguh, tidak ada keraguan sama sekali dimatanya.
Lelaki itu mengangkat kepalanya, menatap tepat wajah gadisnya.
"But they are➖"
"Shut up." ujar gadis itu tegas. Lelaki itu tak lagi bicara, netranya menatap netra gadis yang sedang menyakinkan dirinya.
"Jangan dengarkan mereka. I'm in here, Don't listen to them."
Tidak ada jawaban dari seberang sana.
"You trust me, right?"
Lelaki itu menganggukan kepalanya, lalu kembali menatap gadis di hadapannya.
"Everything will be okay, After this. I promise."
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Teen FictionDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...