Ada beberapa alasan kenapa hati selalu memilih bertahan.
Karena ada suatu hal yang tidak dapat diucapkan dengan lisan~o0o~
"Udahlah al, jangan dipikirin. Mereka cuman niat menggertak kita doang." Gema memakan pizza mini dengan lahap.
Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi. Mereka memutuskan untuk ke hilarious sebentar untuk mengisi perut yang telah keroncongan, akibat terus memikirkan perdebatan dengan Bertha dan Thabina.
"Tapi gimana kalo mereka gak main main." tanya Althea sambil menundukan kepalanya dalam.
"Sejak kepan seorang Althea kenal rasa takut." ujar Arka sambil merangkul Althea, dengan senyuman hangat.
"Tapi gue masih bingung, maksud dari kata 'Boom' yang mereka bilang itu apa?" Vega akhirnya menanyakan hal yang sejak tadi terus berputaran di otaknya.
Mereka berempat tidak ada yang menjawab pertanyaan Vega. Mereka pun sama tak mengertinya dengan apa yang dimaksudkan Thabina.
"Udahlah jangan dipikiran, lo kan tahu sendiri si Bertha kan suka ngancam." ujar Gema lagi, mencoba menyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja.
"Semoga." jawab Althea cepat, lalu berpokus pada Juice jeruk yang di pesannya tadi.
Rayyan hanya diam, tidak menimpali ataupun memberi solusi. Rayyan terlarut dalam pikirannya sendiri. Satu hal yang Rayyan yakini, Sesuatu Akan segera terjadi.
🌻🌻🌻
Vega membuka pintu rumah dengan perlahan, berjalan memasuki ruang tengah yang nampak sepi. Vega mulai menaiki anak tangga namun urung, di kala suara bel rumah berbunyi.
Vega kembali berjalan ke arah pintu,memang di rumah sebesar ini tidak ada orang selain dirinya. Pembantu hanya akan datang dari jam empat pagi dan pulang jam 3 sore, lalu kembali pada jam delapan untuk membuat makan malam, setelahnya rumah ini akan kembali sepi.
Vega membuka knop pintu, Vega menautkan alisnya bingung pasalnya tidak ada siapapun saat ia membuka pintu.
Vega menghela napas, sepertinya dia kurang minum air putih makannya gagal pokus. Vega kembali menutup pintu dan berjalan menuju ruang tengah, namun bel rumahnya kembali berbunyi.
Vega awalnya tidak ingin berbalik, bukannya sombong tidak mau membuka pintu. Vega cuman takut pendengarannya salah, makanya dia menghiraukan. Namun pada akhirnya dia berbalik menuju arah pintu utama, saat dirasa dia sedang tidak berhalusinasi. Buktinya karena bel rumahnya berbunyi lebih dari sekali, berarti ada orang bukan.
Saat Vega membuka pintu, tidak ada siapapun di depan rumah Vega. Vega menghela napas pasti cuman orang yang tidak ada kerjaan. Vega sudah akan masuk, namun sesuatu terinjat oleh sepatunya. Vega berbalik menatap ke sekeliling halaman rumah, lalu dengan berani menatap ke lantai memastikan apa yang barusan Vega injak.
Vega menemukan sebuah amplop kecil dengan mawar hitam diatasnya. Vega menatap sekeliling surat itu namun tidak ada tulisan untuk siapa,atau dari siapa. Vega bangkit dari berjongkoknya dan berjalan memasuki rumah. Vega menatap bingung mawar hitam serta amplop yang berada di genggamannya. langkahnya sampai di depan pintu bercat putih, Vega membuka knop pintu lalu masuk kedalam kamar.
Vega mendudukan tubuhnya di ranjang king size. Menatap amplop yang berada digenggaman, lalu membuka perlahan. Vega mengeryitkan keningnya saat hanya ada satu kertas lipat kecil bernuansa langit malam yang dilipat di dalam amplop tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Teen FictionDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...