Rasa sakit hari ini adalah kebahagiaan besok.
~o0o~
"Maaf gue telat." Bertha menatap menatap bersalah orang yang duduk di kursi yang terhalang meja di hadapannya.
"Gak papa." orang itu berkata dengan senyuman manis, merasa kesalahan Bertha bukanlah hal yang patut untuk ceramahi.
"Lo selalu bilang gak papa."
Lelaki di hadapannya hanya terkekeh pelan, lantas tangannya mengodorkan sebuah berkas yang memang telah ia siapkan sedari tadi. "Gue gak akan pernah bisa marah sama lo."
Bertha terdiam sesaat. "Lo gak masalah kita bicara Elo-gue, gini?"
Lelaki itu tertawa kembali, "Emang lo mau, manggil gue big bos?"
Bertha menggeleng. "Ogah, gue."
Bertha menerima berkas yang memang belakangan ini selalu ia kerjakan. Tangannya dengan lihai membaca dan memahami beberapa hal yang sangat penting, yang terdapat di dalamannya.
Tangannya dengan cekatan menulis sambil membaca dengan begitu lihai. Matanya langsung menatap layar komputer yang memang telah tersedia, di khususkan untuknya. Di tempat dalam ruangan yang sama dengan pria yang menatapnya dalam. Itu dapat di artikan bahwa kedudukan mereka sama, namun Bertha tak pernah menganggapnya sama. Karena nyatanya mereka memiliki kedudukan yang berbeda.
"Tha."
Mata Bertha masih pokus menatap layar komputer dengan penuh kepokusan dan ketelitian. "Ya,"
"Makasih."
Bertha mengalihkan pandangannya menatap lelaki muda di depannya. "Untuk?"
"Semuanya."
Bertha menghela napas berat. "Gue gak ngelakuin apa apa." kata Bertha kembali menatap komputer di depan.
"Semua ini terjadi, karena lo."
"Gue gak suka, lo ngebahas itu."
"Tapi gue pengen."
"Serah."
"Lo selalu nemenin gue. Untuk masalah itu, gue mau bergerak sendiri." Bertha menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan yang tak terbaca.
"Jangan lakuin itu."
"I have to."
🌻🌻🌻
"Selen, gue disini. Kenapa lo murung banget."
Selena menatap datar sepupunya yang baru kembali dari amerika tanpa minat.
"Ada masalah?" kata dia dengan alis terangkat.
"Banyak."
"Jelasin ke gue,"
Selena menghela napas, dirinya mulai menceritakan semua yang terjadi sampai ia malas kembali ke sekolah. Tentang pentengkarannya dengan Bertha, sampai kelasnya hancur karena Bertha yang murka, hingga yang dirinya yang terkema tampatan bertubi tubi tanpa jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Novela JuvenilDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...