Bukan hal yang mudah melepaskan atau mempertahankan apa yang semula baik, tiba tiba berubah drastis menjadi amat buruk.
~o0o~
Asap rokok semakin mengepul di ruangan dengan lampu yang tamaram. Pandangan pokus mengarah ke arah kaca tembus pandang yang menampilkan kemacetan kendaraan dari gedung pencakar langit.
Setelah beberapa detik pandangannya teralih menatap, tumpukan lembaran kertas yang tersaji acak di atas meja. Sebelum pada akhirnya, tubuhnya orang senderkan di kursi kebanggaannya.
Rokok dalam genggamnya ia jatuhkan, sebelum sepatu pentopel hitam mengkilapnya injak agar padam.
"Gue gak tahu sebenarnya apa yang lo rasain, sampai saat ini. Tapi yang gue tahu, apa yang lo lakuin saat ini bener bener salah."
Matanya menoleh, menatap lekat seorang pria paruh baya seumuran yang tengan duduk berhadapan dengannya.
"Gue tahu lo cinta banget sama Elsa, tapi dengan melampiaskan rasa sayang lo kepada Elsi, itu enggak di benarkan juga. Apalagi dengan ngebiarin Elsi ngelakuin apa yang dia perbuat sama Naya. Itu gak adil buat Naya."
Pria itu membuang pandangan, "Lo gak tahu apa apa, Adi!"
Adhidarma, melepas kaca mata yang tertengtang di hidungnya. Menyimpannya ke dalam saku. Matanya menatap lekat Nayaka, yang masih membuang muka.
"Justru karena gue tahu, gue tahu perjanjian antara lo dan Elsi. Naya anak lo, lo ngebiarin Elsi ngegunain Naya Buat nyelamatin nyawa Anna itu gak di benarkan. Itu gak adil buat Shanaya, Naka."
Nayaka hanya membisu, matanya menatap hamparan langut biru, namun pandangannya kosong.
"Lo tahu itu gak adil buat Shanaya, dimana Naya terus di pojokkan oleh Elsi dan lo yang terus memilih diam. Itu sama sekali gak adil. Itu gak adil, lo ngebiarin Naya terus menjadi bayangan buat Annaya. Lo ngebiarin Naya buat jadi harapan Anna. Lo terus ngebiarin Naya jadi malaikat untuk Anna, orang yang yang menutupi luka untuk Anna, Orang yang terus memberi cahaya buat Anna." Adhidarma menjeda perkataannya.
"Tanpa lo pikiran nantinya. Siapa yang bakal ngobatin luka Naya. Siapa yang bakal dengan suka rela ngasih cahaya buat Naya yang terkikis karena terus di kasih pada Anna. Siapa yang bakal rela ngasih Naya sayap, sedangkan Naya sendiri sibuk nyiapin sayap untuk Anna. Siapa yang ngeberi harapan, sedangkan keluarganya aja memilih diam."
"Siapa yang bakal ngasih dia kekuatan? Elsa, di saat dia sendiri gak tahu siapa itu Elsa. Nathan, bahkan kalian nyalahin Naya saat Nathan pergi. Nabil, lo tahu anak kedua lo itu bahkan milih pergi. Sementara lo, gak ada yang bisa di harapin dari lo." kata Adhidarma terus melanjutkan.
"Dia gak pernah marah." jawab Nayaka setelah diam terlalu lama.
"Itu karena dia sayang sama lo. Dia gak mau ngecewain lo. Itu karena dia tahu Anna anak kesayangan lo."
Naka tak membalas.
"Gue bilang gini karena gue ngelihat gimana dia. Gue ngeliat bagaimana dia ngebujuk Thabina biar balik ke rumah. Dia yang nasehatin Thabina bahwa gue sayang sama dia. Gue ngeliat dia ngeberi sama semua orang, tapi di balas dengan mereka yang menutup mata. Seolah kebaikan yang baru Naya beri, berupa benda yang tak terlihat. Gue ngeliat itu."
"Gue sebenarnya gak mau bilang ini, tapi gue gak mau lo ngerasain apa yang pernah gue rasa setelah gue kehilangan Binar."
"Ada masanya lelah menyapa. Mungkin hari ini dia terlihat baik, tapi siapa sangka esok hari kabar dia tak lebih dari menutup mata. Seberusaha apapun lo coba buat ngebuat di buka mata, kalau dia sendiri gak bisa lo bisa apa. Yang bakal terjadi sama lo nantinya hanya jadi penyesalan terbesar buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
GENESIS [ Completed ]
Novela JuvenilDia tidak pernah meminta untuk di lahirkan, jika untuk di benci. Dia tidak pernah meminta untuk di berikan napas, jika hadirnya adalah sebuah kesalahan. Dia tidak pernah meminta untuk bisa menapaki bumi, jika hadirnya adalah bentuk sebuah kehancuran...