38 | Kenapa kalian tak pernah sayang aku?

1K 93 0
                                    

Semua datang pada waktunya sendiri.
Semuanya datang saat anda matang.
Semuanya datang ketika anda layak mendapatkannya.

🍃

"Gimana, sakit?"

Jessika memegang pisau kecil sambil berkacak pinggang. Matanya meneliti dengan pandangan mencemooh.

"Kedua tangan lo udah penuh, gimana kalau di perut? Kayaknya bakal bagus kan?"
Bertha hanya diam. Semua yang dilakukan Jessika tak membuatnya tergertak. Semua terlalu biasa, sehingga terlalu luar biasa untuk Bertha ekspresikan. Bahkan saat Jessika dengan kasar merobek kasar baju sekolah yang sudah terisi peluh dengan teringat, Bertha hanya diam.

Mata Jessika melotot, lalu menyeringai. Tangannya dengan cepat mengelus perut Bertha yang ternyata telah di penuhi bekas sayatan. "Ternyata gue gak perlu repot repot ya?." Jessika mendongkang menatap wajah Bertha yang lurus menatap ke depan. "Boleh gue ukir, tanda gue." kemudian tiba tiba Jessika langsung menggeleng keras. "Gue gak perlu minta izinkan, lo emang harus mati di tangan gue."

Bertha meringis saat pisau Jessika menusuk perutnya lumayan dalam. Namun, semua itu tak berlangsung lama saat perkataan Jessika membuatnya tersentak.

"Tapi ini gak ada apanya sih dari siksaan mama tiri lo." jawabnya santai. "Dia bukan ibu lo Ber, dia cuman ibu Anna."

"Jangan bicara omong kosong!" Bertha menatap Jessika tajam.

Jessika mengidihkan bahu, tak peduli. Tangannya terus menari di perut Bertha yang rata, melukis dengan pisau kesayangannya.

"Lo mau tahu apa dari gue? Kenapa ibu lo selalu nyiksa lo? Ayah lo yang selalu acuh atau terkesan benci sama lo? Orangtua lo yang gak peduli sama lo? Atau kenapa Nabil kakak kedua lo pergi? Gue tahu segalanya. Lo mau denger?" Jessika berkata sambik tertawa kecil, merasakan Bertha yang menengang.

"Lo pengen tahu alasannya? Jawabannya karena lo pembunuh!"

Brak.

"Omong kosong apa yang lo bicarain, gue bukan pembunuh!"  Bertha menggeram kesal, kakinya yang terbebas menendang Jessika yang berlutut di hadapannya, membuatnya tersungguh.

Jessika hanya tertawa mengejek, lantas berdiri menganggap apa yang Bertha lakukan tidak mengubah apapun.

"Gue punya cerita, lo mau denger?"

Bertha masih tak bergeming.

"Dahulu dalam sebuah keluarga ada anak kembar perempuan, karena terbiasa sama sama dari kecil mereka juga jatuh cinta sama orang yang sama. Nama mereka adalah Elsa dan Elsi. Sayangnya Cowok yang mereka suka cuman suka sama Elsa, Elsi tahu itu, tapi dia lebih memendamnya. Akhirnya Elsa dan Nayaka, nama laki laki itu. Menikah. Mereka bahagia dalam beberapa tahun lalu, apalagi di tambah dengan kehadiran dua malaikat kecil di tengah tengah mereka, Nathan dan Nabil.  Kebagiaan mereka semakin bertambah sampai Elsa hamil kembali." Jessika menjeda ceritanya hanya untuk melihat airmuka Bertha, yang tak menentu.

"Tapi dalam sebuah keluarga gak ada yang selalu berjalan mulus kan? Saat Elsa ngelahirin bayi ketiganya, nyawa Elsa gak tertolong. Dan itu menjadi pukulan paling keras buat Nayaka, yang sangat mencintai Elsa. Dia menganggap bayi itu sebagai sumber masalahnya, karena bayi itu yang ngebuat Elsa-nya pergi. Dan lo pasti udah nebak kan siapa bayi itu?"

Bertha menatap Jessika, menatap dalam berusaha mencari kebohongan dimatanya, namun tak ia temukan. Tubuhnya semakin melemas saat kata selanjutnya benar benar menghancurkan jiwanya telak.

"Itu Lo."

Airmata Bertha mengalir perlahan. Bibirnya bergetar.

"Selanjutnya lo pasti tahu apa yang terjadi." Jessika tersenyum puas. "Naka dan Elsi menikah. Lo tahu kenapa Elsi benci sama lo? Lo tahu kenapa?" Jessika berjalan mendekati Bertha, tangannya mencengkram dagu Bertha kasar. "Lo tahu kenapa?" Jessika mengulang kalimatnya dengan geram.

Bertha menggeleng pelan, sangat pelan.

"KARENA LO MIRIP SAMA ELSA! DIA BENCI SAAT MENGINGAT IBU LO, IBU LO YANG SELAKU LEBIH UNGGUL DARI ELSI! DAN KEBENCIAN ELSI SEMAKIN BESAR SAAT DIA TAHU, LO LEBIH UNGGUL DARI ANNA, ANAKNYA. LO LEBIH SEMPURNA DARI ANNA!" jessika berteriak melempar semua amarahnya, membuat bahu Bertha gemetar tertampar kenyataan yang selalu melintas dibenaknya.

Kenapa mereka gak pernah sayang aku? Kenapa mereka gak pernah peduli sama aku?

"Dan lo kenapa Nabil pergi ngejauh dari lo?" Jessika memelankan nada bicara, terdengar seperti bisikan. Jessika mengatakan kalimat terakhirnya tepat di telinga Bertha yang mulai terguncang.

"Karena nabil gak percaya sama lo. Dia percaya kalau lo benar benar pembawa sial. Setelah membuat ibu lo mati, lo juga ngebuat kakak lo mati. Dan pilihan yang baik buatnya adalah,➖"

Bertha merasa dunianya runtuh, tak peduli seberapa banyak goresan luka yang Jessika buat di tubuhnya. Tak peduli seberapa banyak luka batin yang dia dapat. Nyatanya yang sekarang Bertha rasa hanya ...

... Hatinya mati rasa.

➖ngejauh dari lo, pergi sejauh jauhnya."

GENESIS [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang