Kenyataan (17)

1K 56 0
                                    

Dimas sedari tadi mondar mandir di ruang kerjanya
Mansion berlantai lima itu nampak sepi
Hanya Dimas dan beberapa maid dan bodyguard saja
Beberapa bulan sejak kejadian dimana Della dan Bella diusir oleh nya ia juga sedang mencari tau tentang pembunuhan terhadap Mila beberapa tahun silam, dan bodohnya ia percaya akan saja jika anak nya Zara yang melakukan hal sekeji itu
Tok tok tok
"Masuk"
Ceklek
"Permisi tuan"
Akhirnya orang yang ia tunggu sedari tadi datang juga
"Silahkan duduk"
Mereka duduk di sofa yang berada di ruangan kerja Dimas
"Apa perlu apa tuan memanggil saya? Bukannya saya sudah berhenti bekerja?" Tanya pria berkepala lima itu dengan sopan dia adalah mantan scurity di mansion Dimas lebih tepatnya ia di pecat tanpa alasan oleh Della dan Dimas ingin mengintrogasi nya karna scurity ini dulu bekerja di sini sebelum kejadian pembunuhan terhadap Mila
"Saya hanya ingin bertanya ,apa kamu tau sesuatu tentang pembunuhan Mila " ujar Dimas yang tengah duduk di depan mantan scurity itu
Dimas menaikkan alisnya melihat pak Ujang selaku mantan scurity itu menunduk dan wajahnya pucat pasi
"Pak? Ada apa? Kenapa bapak seperti ketakutan? Ada yang bapak tau tentang pembunuhan itu?" Tanya Dimas seraya berpindah duduk di samping pak Ujang
"Eh? Em..anu..anu tuan" ujar pak Ujang seperti sesuatu yang ingin ia sampaikan namun seperti segan dan ketakutan
"Kenapa pak? Bilang saja,saya akan mendengarkan ucapan bapak,saya sangat percaya dengan bapak,bapak dulu lama sekali bekerja disini,dan bapak orang kepercayaan almarhum mama saya" ujar Dimas menatap wajah pak Ujang yang gelisah
"Ma..maaf pak,se-sebenarnya sa-saya melihat jika nyonya Mila di-dibunuh ol-oleh nyonya d-Della ka-karena ketahuan se-selingkuh di be-belakang tuan"
Deg
Seperti tersetrum listrik dan tersambar petir siang bolong, hancur dan hancur sehancurnya hati Dimas
Air mata keluar dari mata keriput nya
Katakan ia banci karna sudah percaya dengan jalang sialan itu dan ia telah mengusir anak semata wayangnya darah dagingnya sendiri , dan tak peduli akan Zara anak nya
Sebelas tahun silam ia tak bertemu lagi dengan Zara
Zara kecil yang tak tau apa-apa , Zara yang masih terlalu kecil untuk melakukan hal sekeji dan sebusuk itu
Zara yang tak mungkin tega membunuh mamanya sendiri dan bodohnya ia percaya dan mengusir Zara kecilnya
Pandangannya kosong
Menyesal dan kecewa
Sakit dan sesak di dadanya
"Tuan! Tuang tidak papa?" Tanya pak Ujang melihat Dimas yang diam dan memegang jantung nya
Air mata tak henti keluar dari matanya
"Tuan! Tuan! Tuan! "
Dimas berdiri dengan tatapan kosong
Ia jatuh kelantai
"Za-zara,zara! Zara! Zara!" Teriak nya dalam isak tangis nya
Dimas memukul-mukul meja kaca didepannya
Persetan dengan tangannya yang berdarah akibat meja yang pecah tak perduli serpihan kaca menusuk kulit nya
Pak Ujang berteriak memanggil bodyguard dan tak lama lima bodyguard datang
Pak Ujang dan bodyguard itu menenangkan Dimas. Merebahkan tubuh Dimas di sofa
Dimas diam tak memberontak terhadap mereka
Tiga maid datang dengan alat-alat P3K dan air hangat serta handuk kecil
Mereka mengobati tangan Dimas yang tak henti keluar darah segar
Mereka melihat itu meringis. Mereka mancabut serpihan kaca itu dengan hati-hati
Dimas diam tatapan kosong dan sayu
"Saya ingin mencari Zara!" Dimas bangkit dari sofa
Untungnya maid itu sudah selesai mengobati lukanya
Tak ada yang menghalanginya.dan mobil Dimas melesat jauh dari mansion nya
"Sepertinya tuan sudah sadar" gumam pak Ujang yang masih ditempatnya dan salah satu bodyguard menatap nya sambil menyipitkan matanya
"Em..Ujang kan?" Tanya bodyguard bertubuh kekar tegap itu
Usia mereka seperti seumuran terlihat dari keriput wajah mereka yang hampir sama
"Loh? Doni toh"
Mereka bertos dan berpelukan
"Makin tua makin ganteng aja Lo Don" ujar pak Ujang setelah berpelukan erat dengan bodyguard didepannya ini
"Alah bisa ae Lo Jang,dah lama gak ketemu sahabat gue yang satu ini kangen gue"
Mereka keluar dari ruang kerja Dimas dengan canda tawa melepas rindu beberapa tahun tak bertemu
Pak Ujang dan pak Doni memanglah sahabat sejak dulu
Dan mereka selalu bersama kala pak Ujang masih berkerja di mansion milik Dimas




PSIKOPAT GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang