LXXIX. Kehilangan dirimu (?)

598 97 34
                                    

"Bagaimana jika rencana kita gagal?"

Satu pertanyaan yang sejak lama Hoseok tunggu dari semua yang telah ia lakukan bersama Yoongi.

Yoongi menatap Hoseok dengan tatapan yang sulit diartikan sekarang.

Ia menggerakan posisi duduknya padanya kursi kepemimpinan miliknya itu, berusaha membuat punggungnya senyaman mungkin dari rasa pegal.

"Sebaiknya utamakan keberhasilan"

"Apapun bisa terjadi!"Tekan Hoseok.

Yoongi menghembuskan nafasnya perlahan.

"Mati, satu-satunya adalah mati. Bom bunuh diri, lebih baik dari hukuman mati"Jawab Yoongi dengan entengnya.

"Kau sudah tidak waras!"Protes Hoseok.

"Ketidakwarasan ku adalah realita, kita melakukan pemberontakan. Sudah pasti nyawa adalah taruhannya untuk membalaskan dendam"

"Dan jika hal pahit harus terjadi, kita harus mati bunuh diri. Itu sudah jalanku, Hoseok. Kau sudah masuk ke dalamnya maka kau juga harus melakukan hal yang sama"






























































BOOM!

Dentuman ledakan pun terjadi diatas atap. Membuat Jimin, Seokjin, dan Mina menunduk.

"KAK SEOKJIN! TURUN KEBAWAH!"Teriak Namjoon yang berada di salah satu helikopter yang ada di sana, sebelum mereka menjauh akibat kobaran api yang membakar gedung ini.

Ada sedikit kelegaan ia bisa melihat wajah adiknya selamat. Namun, situasi saat ini sangat buruk.

"Sial! Dia sepertinya bunuh diri!"Umpat Seokjin.

Api semakin menyebar dari atas menuju ke bawah.

"Seokjin lihat! Mereka banyak menanam bom rakitan disini!!"Ucap Mina sambil menunjukkan beberapa titik bom rakitan berada.

"Sebaiknya kita segera pergi dari sini!"

"Kak Yoongi...."Lirih Jimin, ia masih tidak percaya apa yang baru saja terjadi, Yoongi baru saja tiada.




BRAK!



Beberapa puing bangunan runtuh akibat terbakar. Api semakin merambat, dan hitungan bom rakitan itu semakin menipis.

"Jim! Aku mohon padamu! Kita harus pergi dari sini!!"Seokjin mengguncang tubuh diam Jimin.

"Tapi....kak Yoongi..."Jimin meneteskan air matanya.

"Aku tau Jim, tapi kumohon....ikut denganku, kita pergi dari sini!"

"Seokjin! Ruangannya akan meledak sebentar lagi!!"Teriak Mina.

Jimin pun mengusap kasar air matanya, benar. Dia harus pergi sekarang, ia mengangguk kearah Seokjin.

"Bawa istrimu, aku akan berjaga untuk kalian"

Seokjin pun setuju, ia beralih kearah Mina meski cara jalannya sudah tidak stabil.

Ia menangkap kedua pipi Mina, mengusap air matanya dari tatapan yang penuh ketakutan itu.

"Sayang, percaya padaku. Kita pasti selama, jangan takut ya..."

"Hiks...tapi perutku sakit...argh!"Mina memegangi perutnya, sontak Seokjin sangat khawatir.

The Vengeful Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang