LXIX. Siapa dia ?

644 75 8
                                    

Wiu..wiu...wiu...

Suara sirine mobil kepolisian menggema di antara bangunan tengah kota.

Awan kelabu di siang hari menggantung disekitaran awang-awang. Menutup sang raja bumantara yang kini seharusnya berada tepat diatas kepala para pejalan kaki yang tengah menjalankan aktivitasnya.

Semuanya tampak begitu sibuk, meski sang langit sudah menujukkan tanda hendak menumpahkan seluruh air matanya.

Mobil-mobil tetap ramai berlalu-lalang membelah jalanan aspal kota, asap polusi kendaraan yang senantiasa mengapung di udara. Membuat beberapa orang disekitarnya memilih untuk menghindar, atau pun melakukan pelindungan diri pada daerah pernapasannya.

Semuanya begitu sangat sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sampai-sampai mereka tidak memperdulikan, ada satu pertemuan yang begitu sangat rahasia. Dan Tentunya, sangat penting.

Seorang pria, membawa tas jinjing bewarna hitam tengah berjalan diantara daerah kumuh pinggir perkotaan.

Ia merasa harus repot-repot menginjakkan sepatu bot kelamnya itu diantara jalanan yang begitu kotor dengan genangan air disekitarnya yang begitu keruh. Serta bau-bau tak sedap yang berasal dari tempat pembuangan sampah, memang banyak tong sampah berbau busuk di daerah tersebut.

"Sial merepotkan saja! Kenapa harus bertemu disini?!" Umpat pria itu tak sabaran.

Ia ingin segera menyelesaikan tugasnya dan pergi dari tempat menjijikkan ini.

Cukup sabar menunggu ditemani bau busuk yang menusuk, sebuah komplotan pun datang ke daerah tersebut.

Pria pemilik tatapan yang begitu mempesona itu menunjukkan smirk -Nya.

"Kau terlambat sepuluh menit, bajingan!" Protes pria itu.

Salah satu pimpinan dari komplotan tersebut hanya tersenyum, sambil sesekali menghisap cerutu yang sudah mengepulkan asapnya itu.

Pria berwajah keturunan latin itu menatap remeh musuhnya.

"Kau benar-benar datang sendirian rupanya" Ia lancar berbicara berbahasa Korea tetapi dengan aksen yang sedikit berbeda.

"Tidak usah banyak bicara, disini kita  hanya akan melakukan perjanjian. Dimana blue diamonds yang kau curi itu?! Asal kau tau saja, klien ku saat ini seorang miliarder yang lumayan cerewet"Jelas pria itu dengan wajah yang begitu santai, seakan dia tidak menakuti apapun.

"Baiklah cerwet! Di mana kau membawa uang tebusan dari klien mu itu?!"

"Ada disini, sesuai yang kau minta" Ia menunjukkan tas jinjing hitam itu, terdapat uang pecahan dolar yang begitu banyak di dalam sana.

Pria itu senang melihatnya, ia pun akhirnya menunjukkan sekantong kecil yang berada ditangannya.

"Aku juga membawa apa yang kau inginkan, anak muda"

Pria itu pun langsung berjalan maju, ia memberikan tas berisi uang itu. Saat si bajingan hendak menerimanya, dengan cepat ia mencegahnya.

"Biar ku periksa, apakah blue diamonds yang kau bawa asli atau palsu"

"Baiklah, silahkan di lihat"

Pria berwajah latin itu memberikan kantong itu padanya.

Ia mengeluar isi kantong itu, terdapat sekitar sepuluh biji blue diamonds yang berada diatas genggamannya.

Hanya dengan menyetuh berlian itu dengan jari-jari kecilnya, pria itu sepertinya langsung mengetahui. Mana berlian yang asli ataupun palsu.

Setelah dirasa cukup, dengan jumlah yang sesuai. Ia memasukkanya kembali ke dalam kantong itu.

The Vengeful Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang