Love Struggle © Kelompok 4
Chapter 12
Written by Nurmilah16
Semua siswa sudah melakukan Praktik, kecuali Zovia dan Rino.
Rino tengah sibuk dengan aktivitas menulisnya karena Pak Yungso sengaja melebihi catatan yang harus dicatat oleh Rino sebagai hukuman.Sedangkan Zovia? Zovia akan memulai praktiknya sekarang karena dia absen terakhir.
"Zovia Venizuela Lenzie, silahkan giliran kamu melakukan dribling seperti yang dilakukan teman-teman kamu, kamu paham?" panggil Pak Yungso diakhiri dengan pertanyaan pada Zovia.
"Paham Pak," jawab Zovia. Meskipun ia sedikit sulit untuk melakukannya.
Kata dokter Andi, ia tidak boleh terlalu capek, nanti akan mengakibatkan drop. Tapi apa boleh buat? dia harus yakin dan tetap bisa melakukan praktik ini.Kemudian Zovia mengambil bola basket yang tergeletak di lapangan. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkan secara perlahan.
'Semangat Zovia gak boleh lemah!' batinnya merasa tidak ada yang menyemangati, kecuali Clara. Tidak seperti teman temannya dia justru berteriak teriak hingga dimarahi pak Yungso, Zovia ingin seperti itu mempunyai penyemangat dalam hidupnya.
Zovia memulai dengan menggiring bola sampai masuk ke keranjang. Ia menggiring bola dengan gerakan yang pelan. Ketika Zovia mau meloncat untuk memasukkan bola, bel istirahat berbunyi.
Ia gagal untuk memasukkan bola ke keranjang. Zovia sangat kelelahan, ketika ia berjongkok ada tangan laki laki yang memegang air mineral dan menyodorkan kepadanya. Mata Zovia mengikuti tangan laki-laki itu, ternyata dia adalah Jovien Daveansa Afkar, yang tidak sengaja melihat Zovia dan menghampirinya.
"Jo-vien," ucap Zovia gugup, wajahnya merah merona, entah kenapa yang tadinya ia lelah, sekarang rasa lelah itu menghilangkan seketika.
Hati Zovia terasa berdetak kencang.
"Nih air minum buat lo, gue tahu lo capek dan butuh air," ujar Jovien menyodorkan air, yang tak sengaja melihat Zovia ngos-ngosan.
Kemudian Zovia menerima air itu karena memang untuk saat ini dia butuh air untuk mengisi ion ditubuhnya agar tidak lemah. Zovia meneguk airnya sampai habis tak tersisa.
"Makasih Jovien."
"Iya sama-sama, btw muka lo kenapa pucat?" tanya Jovien.
Raut wajah Zovia seketika gugup.
"Gue gak papa, kalau gue kecapean pasti muka gue pucat gini," jawab Zovia lagi-lagi memasang topeng.
"Tapi muka lo pucat banget Zov, Lo lagi sakit?" tanya Jovien lagi seakan terlihat khawatir. Memang Jovien tipe orang yang selalu khawatir jika melihat temannya sakit. Karena dulu ia pernah merasakan bagaimana rasanya sakit, terutama sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
04:Love Struggle✔
Teen Fiction#LavenderWritersSeason4 #TemaMemperjuangkan #Kelompok4 ••• Hidup dengan segala kemewahan bukan kunci suatu kebahagiaan. Bergelimang harta tak jadi jaminan jika pada akhirnya kamu hidup sendirian, kesepian, dan penuh tekanan. Namun, hidup tetaplah hi...