LS - 53

87 6 11
                                    

Love Struggle © Kelompok 4

Chapter 53

Written by gloriarafael

Tiga hari telah berlalu setelah kepergian Zovia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari telah berlalu setelah kepergian Zovia. Namun, kepergian gadis malang itu belum diikhlaskan oleh siapapun.

Semenjak kepergian Zovia, Sabrina mengurung diri di dalam kamar Zovia. Setiap hari ia menangis di dalam kamar itu seraya memeluk boneka kecil pemberiannya dulu.

Evelyn menjadi lebih banyak diam. Bi Imeh sering menemukan Evelyn tengah melamun dengan diary Zovia di tangannya.

Rumah mewah itu berubah menjadi rumah yang sunyi dan temaram. Keceriaan di rumah itu seakan pergi bersama Zovia. Tidak adanya Zovia di rumah adalah hal yang biasa bagi Fandi, Sabrina, dan Evelyn tetapi tidak adanya Zovia di bumi benar-benar membuat keluarga kecil itu merasakan arti kehilangan yang sesungguhnya.

"Pak," sapa Bi Imeh membuyarkan lamunan Fandi yang tengah sarapan pagi sendirian.

"Iya, Bi?"

Bi Imeh langsung menyerahkan sebuah bontot berembun yang tampaknya baru saja keluar dari kulkas.

Fandi menyirit kebingungan tetapi ia memilih untuk membuka langsung bontot itu. Fandi sedikit terkejut melihat potongan roti yang sudah membeku bersama selai coklatnya.

"Itu roti yang bapak kasih ke non Zovia kemarin. Dia bahagiaaaa sekali, sampai-sampai tidak ingin memakan roti itu. Hikksss, memang sudah terlambat, tetapi saya hanya ingin bapak tau betapa Zovia mencintai keluarga ini," jelas Bi Imeh tertunduk sambil menangis.

Runtuh sudah benteng pertahanan Fandi. Pria paruh baya itu melepas kacamatanya dan mulai menangis. Tidak hanya dia, seluruh penghuni rumah tengah menangis di tempat yang berbeda.

*
*
*

Dengan lesu, Jovien turun ke bawah menuju garasi rumahnya. Ia tak mengerti, tetapi langkahnya menyeretnya untuk keluar dari rumah ini. Mungkin tubuhnya membutuhkan udara segar setelah berkabung di dalam kamar berhari-hari. Jujur, Jovien menyesali dan belum sanggup mengikhlaskan Zovia. Wanita yang ternyata ia cintai.

"Bang," sapa Claire mengentikan langkah Jovien.

"Jangan ngikut dulu, Claire. Gue butuh ruang sendiri," ujar Jovien berkenan Claire tidak memaksa ikut kemana Jovien akan pergi.

"Claire nitip salam ya ke kak Zovia," ujar Claire dengan suara bergetar dan senyum tipis. Tanpa menunggu jawaban dari Jovien, gadis itu langsung beranjak pergi ke kamarnya.

Jovien menatap sendu punggung Claire yang perlahan menjauh. Ada rasa bersalah ketika memarahi Zovia di depan Claire hanya demi menutupi perasaannya dulu. Ia tak sadar bahwa adiknya sendiri juga ikut menyayangi Zovia tanpa alasan dan ikut sedih juga sekarang.

04:Love Struggle✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang