#LavenderWritersSeason4
#TemaMemperjuangkan
#Kelompok4
•••
Hidup dengan segala kemewahan bukan kunci suatu kebahagiaan. Bergelimang harta tak jadi jaminan jika pada akhirnya kamu hidup sendirian, kesepian, dan penuh tekanan. Namun, hidup tetaplah hi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua orang yang berada di tempat itu tampak cemas sendiri, berharap orang yang sedang dirawat sekarang, cepat sembuh dan kembali sehat. Memunculkan sebuah senyuman hangat yang ditunjukkan ke semua orang. Selalu bahagia menyimpan semua luka yang ada. Seketika mereka semua ingin membuat perempuan itu sembuh dengan cepat. Mereka teringat dengan apa yang dilakukan Zovia akhir-akhir ini kepada mereka. Jika saja Zovia tidak seperti ini apa mungkin mereka akan melihat itu semua? hanya sebuah penyesalan yang mereka terima.
Termasuk Clara, yang sedari tadi berjalan mondar-mandir, begitu pun yang dilakukan Jovien yang hanya bisa mengusap wajahnya mengeratkan ke sepuluh jarinya, berharap akan kesembuhan Zovia sekarang.
"Cla," panggil Rino sambil memegang kedua bahunya, mencoba untuk menenangkan Clara. Dia masih saja belum tenang dengan apa yang terjadi.
Sedangkan Jovien menyenderkan kepalanya di dinding dan dihampiri Evelyn tanpa ekspresi cemas sedikitpun kepada Zovia.
"Kak, maaf." ucap Evelyn dengan kepala yang tertunduk.
Clara yang mendengar itu ingin sekali menamparnya, tapi Rino mencekal lengan Clara. Karena dia tidak mau Clara akan membuat keributan. Apalagi tempat ini adalah rumah sakit.
Jovien sama sekali tidak menoleh kearah suara dia tetap fokus ke depan pintu, berharap dokter akan membawa kabar baik kepadanya.
Evelyn yang sempat ragu memegangi bahu Jovien, dengan cekatan dia memberanikan dirinya.
"Maafin, aku ya Kak."
Respon Jovien bukan seperti dulu lagi, dia seakan kesal dengan situasi sekarang. Jovien memukul dinding tepat di belakang tubuh Evelyn, tangan Jovien seketika berdarah. Adit saja terkejut bukan main melihat perilaku Jovien yang sangat marah.
"Apa dengan minta maaf, lo bisa buat Zovia pulih?" Evelyn menggeleng lemah dia menyesali perbuatannya sekarang.
Jovien tersenyum miring dan memundurkan tubuhnya. Berpaling dari Evelyn dan melihat dari luar keadaan Zovia yang sedang di rawat.
Evelyn menunduk dari bahunya sudah jelas mereka tau bahwa Evelyn sedang menangis, tapi mereka membiarkan itu terjadi.
"EVELYN!" teriak seorang wanita lengkap menggunakan pakaian kerja, diikuti seorang pria dengan jas yang dia pakai.
"Ma!" Evelyn tiba-tiba memeluk wanita itu, Sabrina. Wanita itu langsung ke rumah sakit mendengar salah satu putrinya berada di rumah sakit dengan keadaan sangat parah. Untung saja bukan Evelyn yang dirawat.
Fandi yang melihat dari luar, kondisi Zovia seakan itu adalah pertanda awal dia akan menemui putrinya untuk terakhir kalinya. Mengingat Zovia kemarin yang selalu tersenyum dan selalu meminta selai roti kepadanya membuatnya sadar bahwa Zovia sangat berarti untuknya.