#LavenderWritersSeason4
#TemaMemperjuangkan
#Kelompok4
•••
Hidup dengan segala kemewahan bukan kunci suatu kebahagiaan. Bergelimang harta tak jadi jaminan jika pada akhirnya kamu hidup sendirian, kesepian, dan penuh tekanan. Namun, hidup tetaplah hi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌸Happy Reading🌸
***
Tiiiiitttttttttttttttt...
Bagai disambar petir, telinga Clara berdengung oleh suara itu. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras, "gak mungkin. Gak mungkin! Lo gak mungkin ninggalin gue, Zov! GAK MUNGKIN!" teriaknya sambil menutup kedua telinganya keras-keras. Pikiran Clara seakan blank, tak ada bisikan positif yang berkeliaran di kepalanya.
"GAK MUNGKIN!!" Clara terbangun dengan keringat dingin mengalir di seluruh tubuhnya. Napasnya tak beraturan dengan mata berkaca-kaca.
'Apa itu tadi?' batin Clara. Ia meraih ponselnya di atas nakas lalu menghubungi seseorang.
***
Pagi kembali hadir mengalir bak biasanya. Dengan senyum cerahnya Zovia melangkah keluar kamar menuju meja makan. Terlihat kedua orang tuanya tengah sarapan tanpa Evelyn. Zovia sangat gembira saat perjuangannya siap lebih pagi membuahkan hasil. Semoga rencananya merebut kembali hati Ayah dan Mamanya pun berhasil.
"Pagi Ma, Yah." Zovia duduk di hadapan keduanya yang bahkan tak peduli akan kehadiran Zovia di sana.
"Mama sama Ayah, mau berangkat kerja ya?" tanya Zovia basa-basi.
"Hm." Fandi berdehem pelan menjawab pertanyaan Zovia tanpa minat. Sedangkan Sabrina memilih untuk diam saja.
"Tahu gak, Yah? Zovia masih suka selai coklat lho, belum berubah sejak kecil. Ayaha masih suka selai kacang?" tanya Zovia lagi dengan senyum yang masih ia pamerkan dengan indahnya.
"Hm." Fandi kembali berdehem pelan. Terlihat dari raut wajahnya, ia tidak nyaman dengan pertanyaan itu.
"Udah jelas lihat! Ngapain nanya?!" Sabrina mendumal pelan tapi masih dapt didengar oleh Zovia. Walaupun begitu, ia tak patah semangat, Zovia harus mengutarakan maksudnya.
"Zovia punya permintaan Ma, Pa." Zovia menatap kedua orang tuanya bergantian.
Hening.
Zovia menghela napas pelan, ia sudah menduga ini akan sulit.
"Zovia boleh minta sesuatu sama Mama dan Ayah?" ulang Zovia dengan nada penuh harap.
