Luka-luka Jaehyun memang sudah pulih tapi dia belum berniat untuk kembali bekerja di kantor. Dirinya masih butuh refreshing yang menyegarkan tubuhnya. Dia juga masih mau quality time bersama Luna seharian. Menemani gadis itu menonton film, membaca buku, melukis, main masak-masak. Apapun yang Luna mau akan Jaehyun turuti.
Luna sebenarnya merengek meminta bertemu dengan Sohyun. Namun mengingat masalahnya dengan Sohyun, Jaehyun berpikir kembali untuk mengabulkan permintaan Luna. Dia ingin menjelaskan sesuatu tentang dia dan Naeun, namun lidahnya seakan kelu untuk membuat menjelaskan semuanya.
"Ayah! Una bosen."
"Mau makan sesuatu? Ayah buatkan."
"Mau ketemu aunty Oyu."
Jaehyun menghela nafas. "Mau pie susu nggak?" Luna menggeleng yang membuat Jaehyun lagi-lagi menghela nafas. Sudah seminggu semenjak Jaehyun kepergok membohongi Sohyun, pria itu belum bertemu dengan Sohyun. Jaehyun masih malu untuk menampakkan dirinya. Room chat nya juga sepi karena Sohyun sama sekali tidak mengirimkan dia pesan. Jaehyun akui dia yang salah karena membohongi Sohyun, padahal dia sendiri tahu kalau gadis itu tidak suka di bohongi.
Lagian siapa orang yang mau di bohongi?
"Aunty Oyu sibuk, sayang. Lain kali aja."
"Ayah sama aunty Oyu nggak lagi marahan kan?" Jaehyun terdiam. Apa yang dikatakan Luna itu memang benar adanya. "Una nggak suka main sama tante Naeun. Una harus main Barbie terus, padahal Una udah bosen, Yah."
"Ke rumah nenek, mau?"
"Nenek Retta?"
"Nenek Vio dong, sayang."
"Enggak mau, Una mau melukis sama nenek Retta. Ayo antar Una, ayah!" Rengek si gadis kecil yang manja.
"Jangan, nenek Retta..." Jaehyun menggantungkan ucapannya, dia bingung harus memberi penjelasan seperti apa.
"Ih ayah jangan suka bohong. Una mau ketemu nenek Retta." Mau tak mau Jaehyun segera bersiap. Dia hanya mengenakan pakaian santainya. Semoga saja ada Sohyun disana, Jaehyun akan bicara sekarang juga. Ternyata berlama-lama berjauhan dengan Sohyun membuat Jaehyun kesepian juga. Seperti tidak ada penyemangat hidup. Bukan hanya anaknya saja yang merindukan Sohyun, dirinya pun sama. Merindukan Sohyun yang galak dan cerewet. Jaehyun tersenyum geli saat membayangkan wajah Sohyun yang kesal karena Jaehyun menggodanya.
•••
"Menurut kamu apa warna yang bagus?"
"Kalau warna hitam sih gelap banget. Jangan warna hitam deh, warna abu tua aja, gimana? Bagus kan?"
"Jangan abu tua, abu muda aja, mau?"
"Katanya mau tema dark, tapi dipilihkan warna-warna gelap, nggak mau!" Sohyun kesal. "Pilih aja warna sendiri. Jangan tanya aku. Mending diam sambil makan coklat."
Pria itu tersenyum melihat tingkah Sohyun yang menggemaskan saat kesal. Alis bertaut, bibir cemberut, dan pipi mengembung. Sungguh menggemaskan. Dia meninggalkan semua cat yang kebanyakan warna gelap dan lebih memilih ikut duduk bersama Sohyun sambil menatap jendela besar.
"Ngapain ngikutin kesini?" Tanya Sohyun jutek.
"Kenapa? Enggak boleh emang?" Ucap pria itu sambil menaik turunkan alisnya. "Terserah aku dong. Toh, kaki-kaki aku sendiri." Sohyun mendengus kesal dan tidak mempedulikannya pria itu.
Sohyun terdiam cukup lama sambil memperhatikan jalanan. Matahari sudah siap memanggang siapapun yang berjalan di jalanan. Sohyun jadi teringat dengan Luna. Dia pernah berjanji dengan Luna akan mengajarinya melukis. Namun saat mengingat Luna sama saja mengingat Jaehyun. Sohyun selalu galau kalau sudah memikirkan Jaehyun. Pria itu tidak datang menghampirinya, menjelaskan sesuatu, atau membawanya keliling dunia. Tapi sebelum kekesalan Sohyun memuncak, dia berdiri di depan kaca untuk menatap dirinya sendiri. Kenapa dirinya harus kesal? Memang Jaehyun peduli jika dia kesal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Keren - Jung Jaehyun
Hayran Kurgu🌱 Follow dulu sebelum baca! 🌱 Fanfiction Jaehyun NCT ver. 🌱 Untuk plagiator jauh-jauh. Saya yakin kamu lebih kreatif. "Ayah Jaehyun!" Sohyun membelalakkan matanya. Dia tidak salah dengar? Anak kecil itu tadi memanggil Jaehyun dengan panggilan aya...