Mianhae (미안해)

672 78 5
                                    

"Yeobo, setelah ini kita akan makan, aku injeksikan ya insulinmu." Suga menghampiri Mine yang dari tadi membelakanginya di tempat tidur. Ia masih bisa merasakan sesenggukan dari Mine. Dari tadi siang, hingga kini langit mulai menggelap. Mine tidak tidur, ia hanya menangis merasakan sakitnya kehilangan seseorang yang selama ini ia harapkan. Suga tahu itu, ia merasa Mine butuh tempat untuk sendiri dahulu tadi.

"Yeobo, aku tahu ini sulit, baik untukmu dan untukku. Tapi ingatlah aku ada untukmu." Suga memeluk Mine dari belakang.

"Yeobo... Hiks... Mianhae." Mine membalikkan badannya dan memeluk erat Suga, ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Suga.

"Yeobo. Mian... Hiks... Mian..." Mine masih terus meminta maaf.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan darimu, kamu tidak melakukan kesalahan." Suga mengelus surai Mine sampai punggungnya. Suga dapat merasakan betapa beratnya punggung itu.

"Ini semua karenaku, coba saja aku bisa menjaganya dengan baik... Mungkin kita tidak akan kehilangan Min Min. Hiks..." Mine menyesali apa yang ia telah lakukan dan menganggap itu salah, padahal. Ia sudah melakukan yang terbaik.

"Aniyo, ini bukan karenamu. Allah telah menakdirkan ini untuk kita."

"Aku telah... Melakukan kesalahan... Yeobo, mianhae... Hiks... Hiks... Hiks..." Mine tidak bisa menghentikan penyesalannya. Suga terus memeluk Mine lebih erat, ia tidak bisa membiarkan Mine seperti ini. Cukup lama Mine menangis kencang dipelukan Suga, untuk Suga ini juga berat. Mendengar Mine meminta maaf rasanya ia ingin melempar rasa bersalahnya, karena ia merasakan apa yang dirasakan Mine, ia juga merasa bersalah karena tidak pernah ada untuk Mine dan Min Min selama ini, terakhir kali pun Mine merasakan hal yang berat karena tindakannya.

"Yeobo, kita bisa melalui ini bersama. Allah bersama kita, jangan buat dirimu lebih menderita lagi ya." Suga berbisik ke Mine.

"Yeobo, tidakkah aku ibu yang jahat? Aku seperti membunuh..."

"Jangan katakan itu, Yeobo. Kamu telah melakukan yang terbaik." Suga memotong kalimat Mine.

"Sekarang, aku tidak ingin kamu sakit, Yeobo. Aku juga tidak ingin kehilanganmu. Aku suntikkan insulinnya ya, setelah ini kita makan. Ne?" Suga membujuk Mine yang masih sesenggukan. Ia mengambil suntik itu, dan menyuntikkannya pada perut Mine seperti sebelumnya pompa insulin biasanya berada. Ia menyuntikkannya dengan hati-hati dan terlihat telaten. Mine yang biasanya merasa sedikit nyeri, sekarang rasanya ia tidak dapat merasakan rasa sakit itu lagi, kehilangan membuatnya sakit lebih parah.

"Saranghae, Yeobo. Aku tidak suka jika kamu terus menyalahkan dirimu sendiri." Suga menghapus air mata Mine dan mengecup dahi Mine.

"Yeobo, aku merindukan Min Min." Mine mulai tenang saat ia mengingat kandungannya kembali.

"Aku juga, tapi aku yakin dia sudah tenang disana." Suga. "Aku juga merasakan apa yang kamu rasakan Mine, kamu tidak sendiri. Ada aku yang bersamamu." Suga merapikan rambut Mine yang berantakan.

"Apakah kamu sekarang membenciku?" Mine menanyakan hal bodoh kepada Suga.
Ia hanya merasa tidak berguna saja untuk Suga. Masih dengan wajah merah dan sedihnya.

"Kamu bicara apa sih, Yeobo? Aku sudah pernah mengatakannya bukan, aku tidak dapat membencimu. Apapun yang terjadi itu." Suga kembali memeluk Mine yang dari tadi terduduk di hadapannya. "Kamu istriku, wanita yang paling kucinta di dunia ini, bagaimana bisa aku membencimu?"

***

Setelah makan Mine kembali istirahat dengan Suga. Tubuh dan batinnya tidak mendukung untuk melakukan aktivitas.
"Yeobo, kita tak perlu mengkhawatirkan Min Min di sana, ia pasti bahagia. Jika kita merasa kehilangan sekarang itupun wajar, tapi InsyaAllah kita akan dipertemukan nanti." Suga berkata lembut dengan Mine yang tidur di lengannya. Ia masih terus menghapus air mata Mine yang belum bisa berhenti.

Mine masih merasa ia yang salah, tangisnya lebih deras lagi. Bahkan suara tangisnya mengeras saat Suga berusaha memeluk dan menenangkannya. Suga tidak tega melihat Mine seperti ini terus, bahkan matanya sudah sangat sembab. Mine merasakan kehilangan yang mendalam.

"Hiks... Hiks... Hiks... Yeobo... Aku merindukannya. Aku sangat merindukannya." Ucap Mine disela tangisnya.

"Ara... Ara... Yeobo. Aku juga merindukannya." Suga masih memeluk erat Mine. Ia masih bisa merasakan kebersamaan Mine dengan calon anaknya selama ini. Mungkin Mine yang selama ini mengandung sendiri tanpa Suga di sampingnya, jadi ia tahu bagaimana Mine merasakan kehilangan.

Jiwa Mine terguncang. Suga-lah yang paling merasa bersalah. Ketidakhadirannya selama ini membuatnya menyesal. Ia juga lebih merasa tidak berguna, ia selama ini hanya memantau Mine dari jauh tanpa turun langsung di sampingnya.

Mine melepas pelukannya dan tiba-tiba bangkit menuju kamar mandi. Suga berpikir mungkin Mine ingin buang air kecil. Tapi, ada yang aneh, Mine mengunci kamar mandi dan menyalakan shower untuk mengisi bath up. Padahal ini bukan waktu yang tepat untuk mandi.

Suga di sana khawatir dan langsung mengetuk pintu. "Yeobo, kamu sedang apa?" Mine tidak menyahuti.

Di dalam Mine sudah merendamkan diri di air dingin yang sudah menenggelamkan hampir seluruh badannya. Di bath up itu hanya terdengar suara air yang memberi ketulian akan suara suaminya. Ia memejamkan matanya di sana, ia membiarkan semua pakaiannya basah. Menyatukan air mata dan air yang merendamnya menjadi satu. Mine putus asa, ia sangat kehilangan kali ini.

"Yeobo, tolong buka pintunya!" Suga tidak mendengar jawaban dan hanya suara air yang sudah penuh dan tumpah di lantai. Mine tak menyahuti, air perlahan masuk ke mulut Mine, menyumpalnya dan membuatnya tak bisa bernafas.

"Yeobo! Pikirkan aku di sini ada untukmu, Mine-ah!" Suga berusaha membuka pintunya. Sudah beberapa menit Mine di dalam tapi masih tidak ada balasan.

"Yeobo, jangan buat dirimu menderita sendiri!" Teriak Suga masih mencari cara membuka pintu. Suga panik sekarang. Air dingin itu mennjafi saksi bisu keputusasaan Mine kali ini.

"Mine! Mine! Kamu tidak mendengarkanku?!"

Mine di dalam sudah penuh tenggelam di bath up warna putih itu. Suga menggunakan sumpit untuk membuka kunci kamar mandinya, ia tahu cara ini saat ia kecil bermain bersama kakaknya.

Saat Suga berhasil membuka pintu itu. Yang pertama ia lihat adalah pemandangan Mine sudah tenggelam di bath up. "Mine-ah!" Suga langsung mengangkat tubuh Mine yang sedingin es. Ia memeluk Mine yang sudah basah kuyup. Ia tidak peduli apapun sekarang, ia ingin menghangatkan Mine.

"Mine, Mine, Mine?! Bernafaslah." Suga menepuk-nepuk pipi Mine yang tidak menghembuskan nafas. Kulit Mine sekarang lebih pucat dari biasanya.

Suga membawa Mine yang sudah tak berdaya ke ranjang, ia terus melakukan pompa manual untuk membuat jantung Mine berdenyut llagi, CPR, dan sekali-kali ia membuat nafas buatan.

"Mine-ah, il-eona! Ppali, il-eona!" Suga berteriak dengan wajah kemerahan penuh kekhawatiran-masih terus memompa, ia bahkan tidak bisa terpikirkan untuk meminta bantuan. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi apa-apa dengan Mine. Ia juga tidak kuasa menahan air matanya. Akankah ia juga kehilangan orang yang disayanginya untuk kedua kalinya?

"Mine, jebal!!!" Teriak Suga kecewa, ia menghentikan kegiatannya. Usaha Suga seperti sia-sia, ia hanya memberi kehangatan dari peluknya sekarang.

"Mianhae, Mine-ah." Lirih Suga memeluk Mine dengan tangisnya yang deras.

***

Tunggu Part selanjutnya ya...
Jangan lupa vote dan comment 👍

Dan jangan lupa follow instagram aku @jasminaya2004

Mine~Suga | Fan-fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang